Chapter 20 [Rate 18+]

245 28 5
                                    

Warning!!!
Some parts of this story might adult content
•••

Sudah sekitar satu jam yang lalu Jihoon menunggu, namun pintu ruangan kerja Ayahnya itu masih tertutup rapat. Duduk dengan kepala mendongak, ia sudah termakan bosan sejak tadi.

Hingga suara pintu terbuka membuat Jihoon sontak berdiri menyambut kedatangan sang Ayah.

Tanpa menatapnya, Kyungsoo melewati Jihoon berjalan menuju belakang meja. Meletakan ponsel serta iPad di sana sebelum duduk.

"Duduk." Ucap Kyungsoo.

Mendengar nada ucapannya, Jihoon yakin apa yang akan dikatakan Kyungsoo bukanlah hal menyenangkan sehingga secara tiba-tiba dirinya dipanggil untuk datang ke kantor pusat PH Group segera.

Padahal Kyungsoo bisa menemuinya di rumah.

Hening, Kyungsoo di sana masih terlihat sibuk menjawab beberapa panggilan pada ponsel dan telepon meja, serta membalas email. Baru setelahnya, pria empat puluh enam tahun itu menatap sang putra.

"Bagaimana kuliahmu?" Tanya Kyungso. Pertanyaan wajib yang ada dalam setiap kesempatan, selalu menjadi pembuka perbincangan mereka.

Ayahnya itu bahkan tak pernah basa-basi sekedar menanyakan keadaannya sekarang atau bagaimana harinya berlalu.

"Semua berjalan lancar."

"Selancar apa?"

Jihoon menebak-nebak kemana agaknya arah pembicaraan Kyungsoo, yang tentunya belum Jihoon pahami sepenuhnya.

"Nilai Jihoon stabil, Jihoon juga belajar membangun relasi dan koneksi dengan anak-anak rekan bisnis Appa."

"Bagus."

Kyungsoo menutup laptop yang tadi terbuka di atas meja, menautkan jemarinya. Menatap Jihoon dengan seksama, "Kau memiliki kekasih?"

Jihoon meneguk ludah. Ia terkejut namun segera mengubah raut wajahnya, mengesampingkan kebingungan dari mana Kyungsoo tahu hal tersebut. Ia kemudian mengangguk, "Iya."

"Jadi dia, teman yang kau maksud sebagai alasan tak pulang ke rumah?

Jihoon bahkan belum selesai menyusun jawaban ketika Kyungsoo kembali bicara.

"Untuk apa? Untuk apa kau memiliki seorang kekasih?"

Jihoon terdiam.

Kyungsoo mendengus, "Hidup anak sepertimu sudah diatur sejak kau lahir, yang harus kau lakukan hanya menjalaninya saja dan menghindari masalah. Apa sesulit itu untuk kau lakukan?"

"Jihoon tidak membuat masalah. Jihoon hanya menginginkan dia."

"Omong kosong." Kyungsoo kembali bersandar pada kursinya, "Jangan merusak masa depanmu hanya karena permainan perasaan yang lemah. Appa tahu kau tidak benar-benar membutuhkannya."

Rasanya setiap kali mendengar ketentuan yang Ayahnya ucapkan membuat Jihoon seperti terjerat tali tak kasat mata. Menyesakkan sekaligus menyakitkan, seakan hal itu bisa menghabisinya dalam sekali salah gerakan.

"Tinggalkan dia." Tukas Kyungsoo.

Jihoon mengepalkan tangan kuat.

"Lagipula kau tak butuh seorang wanita." Lanjut Kyungsoo.

Jihoon tak sengaja berdecak. Namun ia juga sudah tak tahan mendengar semua perkataan Kyungsoo terhadapnya, "Seperti Appa tak butuh Eomma?"

"Jihoon!" Kyungsoo menatap tegas, bangkit dari sandaran kursi. Sorot matanya terlihat jelas akan amarah.

"Silahkan atur semua sesuai keinginan Appa. Tapi maaf, Appa tidak bisa melarang dengan siapa Jihoon berhubungan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happy In Sin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang