Chapter 18

181 29 3
                                    

•••

Saat ini Giselle sedang menemani Jihoon latihan di sasana tinju milik Bangchan.

"Jihoon benar-benar berpacaran dengan Giselle?" Bisik Bangchan pada Yoshi di sebelahnya.

"Ya begitu kenyataannya."

Bangchan terkagum-kagum, "Wah hebat sekali Giselle. Lalu aku dengar kau juga berpacaran dengan temannya Giselle, benar begitu?"

"Itu juga benar." Yoshi tersenyum bangga sedang Bangchan mendengus.

"Apa sekarang sedang musim berpacaran? Astaga padahal aku yang lebih tua tapi kenapa malah kalian yang lebih dulu dapat pasangan?"

Yoshi tertawa geli, "Hyung, aku turut prihatin."

"Dasar... Apa kau tidak punya teman yang bisa dikenalkan padaku? Aku sudah lelah ikut kencan buta tapi tidak ada yang cocok."

"Ada, temannya Karina dan Giselle. Tapi sayang kau bukan tipenya."

Wajah sumringah Bangchan seketika muram atas ucapan Yoshi, baru saja diberi harapan namun langsung ditampar oleh kenyataan.

"Kalau begitu tak usah bilang." Bangchan meninggalkan Yoshi untuk menghampiri Jihoon yang sedang beristirahat dengan Giselle di sampingnya, Yoshi mengekor.

Giselle yang menyadari lantas tersenyum menyapa.

"Aku lihat kau dalam kondisi terbaikmu, gerakanmu makin lincah seiring dengan kecepatan tinjumu. Apa ini pengaruh dari kekasihmu hingga kau makin semangat berlatih?"

"Pertandingan final itu mungkin jadi pertandingan terakhirku di underground, aku ingin berhenti Hyung."

Bangchan sedih mendengarnya karena ia akan kehilangan petarung andalannya itu namun ia mengangguk paham, baik Bangchan maupun Yoshi tahu kedua orang tua Jihoon menentangnya bermain boxing.

Giselle diam memperhatikan.

"Itu terserah padamu, tapi sasana ku selalu terbuka lebar jika kau ingin tetap berolahraga. Aku beri diskon setengah harga untuk temanku yang berharga." Gurau Bangchan.

"Hyung, kalau aku bagaimana?" Yoshi menyela.

"Aiish, kau bahkan belum berlangganan tapi selalu datang dan berlatih sesukamu. Sudah seperti tunawisma saja padahal uang sakumu lebih banyak dari punyaku." Gerutu Bangchan.

"Hyung... Jangan pilih kasih dong."

"Merengek saja pada kekasihmu sana." Ucap Bangchan seraya mendorong kepala Yoshi-yang menempel pada lengannya- dengan ekspresi jijik yang dibuat-buat.

Bangchan pergi menghindari Yoshi yang mengikutinya dan terus menggodanya. Jihoon tertawa melihat tingkah keduanya pun Giselle yang kemudian meraih tangannya lembut.

"Kau benar-benar akan berhenti?"

Jihoon mengangguk pasti, "Aku tak mau membuat Eomma ku khawatir lagipula Appa juga menentangnya."

"Kalau begitu aku sangat bersyukur, kau bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamaku." Giselle bersandar pada pundak Jihoon seraya memainkan jemari tangan yang jauh lebih besar dibanding miliknya itu, "Sebenarnya aku juga takut kau terluka. Kau tahu, saat pertama kali aku mengikutimu ke underground aku melihat pelipis juga sudut bibirmu yang terluka lalu lawanmu penuh lebam dan bersimbah darah. Itu mengerikan, bagaimana jika kau berada diposisi lawanmu? Membayangkannya saja membuatku takut..."

"Itu tidak akan terjadi."

"Dipertandingan final nanti, jangan sampai terluka. Kau harus janji padaku."

Happy In Sin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang