Chapter 10

247 38 2
                                    

•••


"Aku sudah menyiapkan hadiahmu. Ayo cepat ceritakan, bagaimana kencanmu kemarin?"

"Aku tidak yakin, apa menonton pertunjukan seni anak SHS bisa disebut sebuah kencan? Tapi bagaimanapun itu sudah masuk hitungan."

Karina dan Yeji yang mendengar hal tersebut pun tak bisa menahan tawanya.

"Setidaknya kau sudah kencan dengannya, berikan saja hadiahnya Yeji." Ujar Karina.

Yeji mengeluarkan sebuah kotak kecil-berisi jam tangan sesuai yang dijanjikannya pada taruhan mereka- dari dalam tasnya kemudian menyodorkannya pada giselle.

Yeji mengeluarkan sebuah kotak kecil-berisi jam tangan sesuai yang dijanjikannya pada taruhan mereka- dari dalam tasnya kemudian menyodorkannya pada giselle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah ini hadiahmu."

Giselle menatap tanpa minat pada kotak tersebut.

"Kenapa kau murung begitu, padahal kau menang taruhannya. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanya Karina.

Giselle mengangguk, "Park Jihoon... Bagaimana dia bisa melakukan itu? Kalian tahu? Meskipun dia selalu ketus padaku tapi dia tidak pernah bersikap kurang ajar, pria mana yang tahan saat aku mengecupnya begitu lama tapi dia hanya diam tak bergeming. Jika itu pria lain mungkin aku sudah berakhir di atas ranjang."

"Astaga... Kau melakukannya lagi?"

Giselle mengiyakan, "Lebih lama dari yang pernah kulakukan di parkiran, aku berusaha memancingnya tapi yang dia lakukan hanya diam dan menatapku."

Pernyataan Giselle membuat Karina memekik seraya memukul gemas lengan Giselle.

"Astaga, astaga... ya Tuhan kenapa aku tak ada di sana saat itu, sungguh, astaga kau benar-benar gila."

"Park Jihoon bukankah dia pria yang menarik? Aku rasa kau sudah bertemu pria yang dapat mematahkan teorimu itu." Sahut Yeji.

"Tidak Yeji, aku akui dia memang menarik tapi belum tentu dia bisa mematahkan teoriku. Lagipula ini hanya taruhan."

Karina membeo, "Kau hanya sedang mengelak saja sekarang. Jujur padaku kau pasti tertarik padanya bukan?"

Giselle mengendikan bahu, "Sedikit."

"Oh ayolah Giselle jangan terlalu gengsi untuk mengatakannya."

Giselle mendecak kesal, Karina benar-benar tahu cara membacanya. Giselle curiga jika Karina terlahir memiliki kekuatan magis yang dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat orang awam, juga tahu apa yang tidak dapat orang tahu.

Mengerikan jika itu benar.

"Kenapa menatapku seperti itu, Giselle jangan bilang kau menyukaiku..."

"Karina bodoh, aku masih suka pria ya. Sebenarnya aku curiga kau memiliki silsilah keturunan indigo."

"Eyy... Indigo apanya, kau bahkan tahu aku takut hantu."

"Aku akan ke perpustakaan. Bicara dengan kalian membuatku makin gila." Ujar Yeji meninggalkan Giselle juga Karina.

Happy In Sin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang