Chapter 9

286 42 1
                                    

•••


"Kau serius mengajakku kemari?"

Pasalnya Jihoon membawanya ke aula tempat biasa diadakan pertunjukan seni sekolah tersebut. Untuk apa pula dia membawanya kemari, itu menjadi pertanyaan besar di kepala Giselle saat ini.

Terlihat banyak wali murid serta siswa-siswi yang memenuhi gedung aula. Jihoon menarik Giselle untuk duduk di kursi kosong pada barisan tengah tersebut.

Pertunjukan seni yang dibawakan oleh sebagian siswa-siswi sekolah menengah atas dari berbagai Departement itu dimulai. Macam-macam pertunjukan mulai dari musikal klasik, drama, dance, tari terapan dan sebagainya.

"Kalau kau pikir dengan membawaku kemari akan membuatku jera, kau salah besar. Lakukan hal ekstrim lainnya saja berusahalah lebih keras." Bisik Giselle.

"Aku tak peduli kau jera atau tidak."

"Setelah ini ayo pergi ke club."

Jihoon menoleh, "Terserah. Pergilah sendiri setelah ini aku ada urusan."

"Apa lagi? Ya Tuhan kau mau aku menghukum mu lagi?!" Giselle menjerit tertahan, "Sepertinya kau tak keberatan dengan itu, jujur padaku kau suka saat aku menciummu bukan?"

"Itu kau sebut ciuman?"

Jihoon berdeham, 'Astaga Jihoon sadarlah apa yang kau katakan!?'

"Ahh... Aku bisa lakukan lebih dari itu, sungguh. Tadi itu bukan apa-apa."

"Diam."

Giselle mengangkat bahu, kembali menyaksikan pertunjukan seni yang sedang berlangsung.

Empat jam berlalu pertunjukan seni yang mereka saksikan itu selesai dengan ucapan terima kasih dari seluruh siswa-siswi yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut, tak luput dengan iringan musik yang menjadi soundtrack perpisahan mereka dengan penonton di sana.

Para penonton mulai meninggalkan aula tersebut secara bergantian termasuk Giselle juga Jihoon.

Saat berjalan keluar aula Jihoon tiba-tiba berhenti di depan pintu seraya mengecek ponselnya membuat Giselle ikut berhenti tentunya. Jihoon melihat kesegala arah seperti tengah mencari seseorang.

Tepat sepersekian detik berikutnya seorang gadis tiba di hadapan keduanya dan langsung memeluk pinggang Jihoon yang dibalas oleh pria itu dengan tersenyum seraya mengusap puncak kepala gadis tersebut.

Giselle melongo melihat keduanya bergantian dengan raut wajah kebingungan itu, tak percaya apa yang dilihatnya bagaimana mungkin Jihoon yang seketus itu saat bicara padanya bisa tersenyum selebar ini sambil memeluk seorang gadis tepat di hadapannya.

Giselle menyentak lengan gadis itu dengan kasar, menariknya menjauh dari Jihoon.

"Apa-apaan kau!" Pekik gadis tersebut.

"Kau yang apa-apaan, kau tak tahu malu memeluk seorang pria di depan kekasihnya?! Kau hanya bocah ingusan, harusnya di usiamu sekarang kau belajar dengan benar bukannya mengganggu pacar orang!"

"Apa katamu?!" Gadis itu melotot kemudian menoleh ke arah Jihoon yang terlihat memijit pelipisnya, "Sejak kapan Oppa suka gadis urakan dan kasar seperti dia?! Oppa jelaskan apa maksudnya?"

"Oppa?" Gumam Giselle.

"Aku adiknya, mau apa kau?!"

Jihoon yang tak tahan melihat kedua gadis di hadapannya ini berdebat pun menarik lengan Yujin ketika gadis itu mulai maju selangkah lebih dekat pada Giselle. Jika dibiarkan mungkin kedua gadis ini akan adu jambak rambut satu sama lain.

Happy In Sin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang