Chapter 7

282 38 0
                                    

•••


Seperti tak ada lelah bagi Giselle yang makin hari makin bertingkah-terhitung sebulan semenjak kejadian di cafetaria kampus dimana Jihoon meninggalkan gadis tersebut bersama rasa kesalnya- tidak ada satu pun hari dimana dia tak menganggu Jihoon.

Mulai dari mengiriminya pesan lalu tiba-tiba muncul di hadapannya, mengikuti kemanapun Jihoon pergi membuat sang empu kesal. Tentunya.

Jihoon sendiri tahu gadis gila yang sekarang berada di hadapannya ini tengah bermain-main dengannya. Dia bukan pria bodoh yang tidak bisa melihat usaha gencar yang Giselle lakukan untuk mendekatinya, sikap gadis itu sangat jelas terbaca.

Puluhan pesan, catatan panggilan tak terjawab-memang sengaja tak dijawab- itu dan lain sebagainya sudah menjadi bukti atas niatnya selama ini. Entah dari mana dia mendapat nomor telepon serta username sosial media Jihoon, yang Jihoon tahu gadis ini benar-benar menyebalkan.

"Aku bawakan makanan untukmu," Giselle tersenyum meletakan sekotak ayam goreng serta dua buah minuman kaleng di hadapan pria yang tengah duduk bersila di lantai rooftop gedung Departement kampusnya tersebut.

"Suasana di sini menenangkan, pantas kau betah berlama-lama di sini," Giselle melirik Jihoon di sampingnya, kembali menyodorkan sekotak ayam goreng tadi, "Ayo makan, jangan khawatir aku tidak menaburkan racun di makanan itu. Lagipula mana mungkin aku memberimu racun, aku tidak sejahat itu ya."

Menghela nafas, "Jika kau masih tidak mau bicara denganku setidaknya hargai apa yang aku berikan padamu, makanlah walau sedikit. Atau kau ingin aku pergi dari sini?"

Dia memang ingin Giselle pergi dan tak mengganggunya sehari saja, tapi raut wajah memelas yang Giselle tunjukkan kini entah mengapa membuat Jihoon sedikit merasa tidak enak. Ditambah gadis itu mulai beranjak dari duduknya.

"Tetap di sini, makan ini kemudian pergi."

Giselle berbinar, "Kau ingin aku makan bersamamu? Kenapa tak bilang dari tadi..."

Bukan, bukan itu maksud Jihoon tapi sudahlah bukankah gadis ini selalu seenaknya saja.

"Kau ingin aku suapi? Kenapa hanya menatapku saja," Giselle mengibaskan rambutnya, "Hah, susah memang menjadi cantik hanya dengan melihatku makan saja kau akan kenyang dengan sendirinya."

Jihoon tampak memutar matanya, selain bertindak seenaknya gadis ini juga memiliki tingkat kepercayaan diri setinggi langit.

Giselle mengambil sepotong ayam goreng dan mengarahkannya ke depan mulut Jihoon, menyuruhnya membuka mulut.

"Aku bisa sendiri."

"Ya sudah cepat makan."

•••


"Aku ada kelas habis ini, aku pergi dulu bye Jihoonie..."

'Hah panggilan itu.'

Giselle tersenyum cerah berjalan mundur sembari melambaikan tangan pada Jihoon setelah turun dari rooftop tadi.

Gadis itu sangat senang hari ini. Niat awalnya membelikan makanan untuk Jihoon sebagai sogokan agar Jihoon mau bicara lagi padanya, tak disangka pria itu justru mengajaknya makan bersama.

Ahh, tidak itu bukan sebuah ajakan Giselle tahu itu tapi bagaimanapun Jihoon tak menolaknya seperti yang sudah-sudah. Meski dia tak banyak bicara, ya memang Jihoon tidak mau banyak bicara kepadanya.

Setiba di kelas Giselle mencari keberadaan dua jelmaan setan yang sayangnya harus menjadi sahabatnya itu, dia tak sabar menceritakan kejadian apa yang baru saja dialaminya beberapa menit lalu.

Happy In Sin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang