18. LUMPUH

159 17 23
                                    

Sasuke pulang di waktu yang tepat, jadi sang rokudaime langsung memintanya untuk bergabung dengan tim yang akan dipimpin Sai.

Sasuke mondar mandir di depan meja Hokage, membuat gurunya tersebut menghela napas beberapa kali.

"Kenapa mereka lama sekali?" tanya Sasuke, masih mondar mandir sambil mengembuskan napas frustrasi. Tim delapan dan sembilan belum datang, padahal ini adalah misi yang sangat penting.

"Kau datang terlalu cepat, Sasuke. Shikamaru meminta mereka datang jam delapan pagi," jawab Kakashi.

Pintu terbuka, Sasuke menatap mereka berempat, dan atmosfer menegangkan menguasai ruangan sang hokage.

Tenten melirik Lee dan dua ninja lainnya. "Kupikir Sasuke-kun akan memakan kita," bisik Tenten di telinga Lee.

Kakashi meninggalkan kursinya dan tak lama kemudian Shikamaru masuk.

"Shikamaru, jelaskan rencanamu pada mereka," ucap Kakashi dan Shikamaru langsung membuka gulungan di tangannya. Tadi malam dia menyusun satu rencana utama dan dua rencana cadangan.

"Mereka adalah kumpulan dari berbagai ninja dengan kemampuan yang berbeda-beda. Mereka adalah ninja bayaran, jadi jangan gegabah. Gaara mengatakan jika Ino mendapatkan beberapa informasi dari dua mayat yang mereka bawa ke markas. Informasi itu akan membantu kalian.". Shikamaru menjelaskan rencananya, kemudian dia melihat Sasuke.

"Sasuke, tim ini dipimpin oleh Sai, jadi dengarkan dia. Ingat, Sasuke! Mereka menyandera Ino dan kita tidak tahu mengapa mereka menculik Ino dan apa yang akan mereka lakukan pada Ino. Aku menebak, mereka menculik Ino karena mereka tahu siapa Ino."

Sasuke mengepalkan kedua tangannya. "Sedikit saja mereka menyentuh Ino, aku akan membunuh mereka."

"Sasuke," suara bariton Kakashi memanggil muridnya yang paling keras kepala. "Kendalikan dirimu! Benar kata Shikamaru, jangan gegabah karena kita tidak tahu kemampuan mereka."

Ch!

Sasuke kesal dan meremehkan kata-kata Kakashi.

Kemudian Kakashi melihat Sai. "Apa kau sudah menugaskan para ANBU untuk melakukan tugas mereka?"

"Sudah, hokage-sama. Aku juga sudah membicarakan masalah ini dengan Naruto dan dia siap siaga meskipun dia sedang cuti."

"Bagus! Sekarang kalian boleh berangkat."

***

Hinata melihat suaminya sedang melamun di sofa. Dia duduk di samping Naruto dan mengusap punggungnya. "Ada apa, anata?" tanya Hinata sambil tersenyum.

"Aku hanya memikirkan persalinanmu, sayang. Dua minggu lagi kamu akan melahirkan dan aku khawatir." Naruto tidak mungkin memberitahu Hinata tentang percakapannya dengan Sai. Ketua ANBU itu mengatakan jika penyerang akan datang saat pertemuan para kage dan itu adalah hari yang sama dengan prediksi hari persalinan Hinata. Naruto ingin mendampingi Hinata di rumah sakit tetapi dia harus turun tangan ketika kumpulan pengkhianat itu membuat kekacauan.

Hinata mengambil tangan Naruto dan meletakkannya di perut besarnya. "Aku akan baik-baik saja, anata. Shizune senpai mengatakan kalau Boruto baik-baik saja."

Naruto tersenyum dan mengangguk, kemudian dia mencium perut istrinya. "Boruto, otousan dan okasan tidak sabar lagi."

Hinata mengusap surai kuning suaminya. Dia mendengar percakapan Naruto dengan Sai dan saat ini dia yakin Naruto sedang mencemaskan desa dan teman-temannya. "Semua akan baik-baik saja, Naruto-kun."

Naruto mendongak sembari menegakkan punggungnya. "Kamu mendengarnya?" tanya Naruto dan Hinata menganggukkan kepalanya. Naruto sengaja menjauh dari rumahnya agar dirinya dan Sai bisa bicara lebih leluasa, tetapi dia lupa jika istrinya adalah pengguna byakugan. Hinata menangkap kegelisahan saat Sai datang ke rumahnya dan Hinata yakin telah terjadi sesuatu. Hinata mencari keberadaan mereka dengan byakugan dan menemukan Naruto dan Sai berdiri di samping ayunan. Hinata bersembunyi dan menguping pembicaraan mereka.

STAY WITH ME (Sasuino)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang