CHAPTER 24

788 46 34
                                    

Sound,
Bruno Mars - It Will Rain

tanpa terasa waktu telah 2 jam berlalu, Teddy terlihat terus berjalan mondar-mandir sambil menggigiti bibir bawahnya, kegelisahan sangat terlihat begitu jelas dari raut wajahnya. "Mas percaya Kamu itu perempuan yang kuat Sayang." gumamnya dalam hati.

sama hal nya dengan Teddy, Mamah dan Papah Alsa pun terlihat sangat gelisah di kursi tunggu. "Pah, kenapa lama banget ya?" ucap Mamah sambil memegangi tangan suaminya.

Papah pun langsung mengusap lembut tangan perempuan yang saat ini tengah terlihat gamang itu. "Kamu tenang aja ya Mah, Papah yakin pasti semuanya akan baik-baik aja." ucapnya lembut.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka.

"Krek... "

Dengan refleknya Teddy langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka itu.

terlihat Dokter Sulistyo dan Dokter Nafiza keluar dari dalam Ruang Tindak Operasi.

Mamah dan Papah langsung bangkit berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Dokter, begitu pun dengan Teddy.

"Dokter, bagaimana kondisi Anak Saya Dokter?" ucap Mamah yang terlihat sangat panik.

"Alhamdulillah Pak, Bu.. Operasi berjalan dengan lancar." ucap Dokter Sulistyo sambil tersenyum.

kedua Orang Tua Alsa langsung menghela panjang nafasnya dan tersenyum saat mendengar apa yang di katakan oleh Dokter.

Teddy langsung mendongakan kepalanya sambil menutupi sebagian wajahnya dengan kedua tangannya, seketika perasaan khawatirnya itu hilang dari dalam hatinya. "Alhamdulillah ya Allah." ucapnya lirih sambil tersenyum simpul.

"terimakasih banyak ya Dokter Sulistyo, Dokter Nafiza." ucap Teddy yang tersenyum sambil menangis haru.

Dokter Sulistyo tersenyum sambil menganggukan kepalanya sebagai bentuk respon dari ucapan terimakasih yang di sampaikan oleh Teddy, Dokter Sulistyo pun langsung berjalan pergi meninggalkan Ruang Tindak Operasi.

bukannya ikut pergi bersama dengan Dokter Sulistyo, Nafiza malah berdiam diri persis di samping Teddy, Ia terus memandangi wajah laki-laki yang terlihat sama sekali tak memperdulikannya itu.

"Kenapa Kamu gak pernah ngertiin perasaan Saya sih Mas? Asal Kamu tau Mas, saya itu cemburu!" gumamnya kesal.

selang beberapa saat kemudian, keluarnya beberapa Ners sambil mendorong Bed Emergency Alsa untuk memindahkannya ke dalam Kamar Rawat.

Mamah dan Papah pun langsung berjalan mengikuti Ners tersebut, saat Teddy hendak berjalan tiba-tiba saja Nafiza menahan tangannya. "Mas." ucapnya lembut dengan sorot mata yang terlihat sangat sayu.

Teddy langsung menghempaskan genggaman tangan itu tanpa sedikitpun memikirkan perasaan gadis yang sangat tergila-gila dengan dirinya itu. "Maafkan Saya, Nafiza." ucapnya yang langsung berjalan pergi.

Melihat respon yang di tunjukkan oleh Teddy membuat hati Nafiza terasa sangat sakit, Ia pun pergi meninggalkan lorong sambil menangis dengan tangan kanan yang menutupi sebagian wajahnya itu.

"jahat Kamu Mas! selama ini Saya selalu berusaha untuk terus ada di samping Kamu, tapi apa yang Saya dapat? sedikit perhatian pun sama sekali tidak Saya dapatkan dari Kamu, Mas." gumamnya.

sesampainya Nafiza di dalam Ruangan Kerjanya, Ia kembali menangis dengan sejadi-jadinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALSA & TEDDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang