•Enjoy Reading...
Brak.!!
Pintu terbuka dengan sangat kasar, menampilkan pria berwajah datar dengan sorot mata tajam, berjalan angkuh menyusuri minsion yang tampak sepi.
Dion yang berada di ruang tamu merasa terkejut atas kedatangan pria itu, yang tidak lain adalah abang pertamanya, Raka.
Menatap segan ke arahnya, seakan ada dinding yang menbatasi dirinya untuk sekedar di dekati, karena Raka yang begitu tertutup dan enggan untuk berbaur dengan siapapun bahkan keluarganya sendiri, apalagi semenjak sang Mommy meninggalkan mereka membuat Raka semakin dingin seakan ia mengisolasi dirinya sendiri
Bisa terhitung jari kapan mereka berkumpul bahkan bisa terhitung berapa kalimat yang Raka lontarkan kepada mereka.
"Ba-bang Ra-"
"Daddy?"y Tungkasnya.
"Di ruangannya bang"
Raka berlenggang pergi tanpa memperdulikan Dion, yang saat itu hanya terdiam kaku.
"Bang.." panggil Dion sesaat, membuat Raka menoleh menatap nya dengan heran.
"Gak makan atau istirahat dulu? Abang pasti cape kan baru pulang?" ucapnya.
Namun bukannya mendapatkan respon, Raka lebih memilih pergi mengabaikan Dion yang merasa geram atas sikap abang pertamanya itu. Ingin melawan tapi dia tidak cukup punya nyali untuk melakukan hal itu.
Brak..!!
Pintu di buka dengan kasar, hingga seorang pria paruh baya yang sedang berkutat dengan komputernya menatap dingin ke arahnya.
"Apa-apaan kamu Raka?!"
"Alvan?"
Satu kata itu membuat Gino menatap penuh tanya, apakah barusan anak pertamanya ini menyebut nama Alvan? Tapi kenapa? Ada apa?
"Ada perlu apa kamu sama anak itu?"
"Dimna?"
"Jawab dulu pertanyaan Daddy Raka!!"
"Katakan. Alvan" ucapnya lagi.
"Mau apa kamu sama anak itu?"
Tch..
Raka melenggang pergi tanpa memperdulikan Gino yang menggeram marah, ada perlu apa dia dengan Alvan? Apalagi ia yang dulu begitu enggan bahkan untuk sekedar mengucapkan namanya saja ia tidak pernah mendengarnya. Lalu sekarang? Dia bahkan mencari keberadaannya. Di tambah aura yang begitu mencekam serta ada seumbrat raut wajah khawatir?
"RAKA.!!"
Teriak Gino dan langsung menyusul Raka.
Raka mengecek keseluruh ruangan bahkan meyusuri setiap pintu dan membukanya satu persatu, namun nihil keberadaan Alvan tidak ditemukan olehnya.
Sampai dia turun kelantai satu, menuju ruang tamu yang ternyata sudah ada Dion, Laksa dan juga Eri.
"Alvan.!!" Teriak Raka membuat seluruh atensi mata menatap Raka dengan heran.
Tidak biasanya abang mereka itu menanyakan keberadaan Alvan, jangankan Alvan keberadaan mereka saja sangat jarang Raka tanyakan.
"Kenapa sih bang kok teriak-teriak kaya gitu?" Ucap Laksa yang begitu heran, meski tangannya yang masih menggunakan perban serta banyak luka lebam di bagian wajahnya.
"Alvan" ucapnya lagi.
"Kenapa sama dia bang?"
"Dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...