Chapter 9 - Xie Kempat: Aku Juga Mabuk

18 11 0
                                    

Setelah saling mengungkapkan sisi gelap mereka, Xie Jie dan Wei Lan dengan cepat menjalin persahabatan yang revolusioner.

Sementara itu, Xie Zi Chen, setelah mempersiapkan diri bagaimana mencegah Xie Jie membunuhnya, mau tak mau merasa khawatir.

Di kehidupan sebelumnya, Xie Jie menggunakan trik sederhana dengan meletakkan jarum beracun di kudanya selama tamasya musim semi. Sekarang, ia takut dengan bertambahnya Wei Lan, yang pernah membunuh orang di garis depan dan memperoleh jasa militer, masuk dalam perhitungan—sepintas lihat, ia adalah orang yang jelas-jelas tak boleh diremehkan—artinya situasinya mungkin berubah.

Xie Zi Chen tak begitu peduli soal Xie Jie. Tidak mudah baginya untuk membunuh Xie Jie, tetapi memastikan Xie Jie tidak bisa mencelakainya jauh lebih gampang. Namun, dengan keterlibatan dadakan Wei Lan, urusan ini menjadi masalah hidup dan mati.

Tak ada seorang pun yang paling paham betapa ringannya nyawa manusia dianggapan orang yang pernah membunuh sebelumnya. Jika sesuatu bisa diselesaikan dengan menyingkirkan permasalahan sepenuhnya, mereka tidak akan pernah membiarkan seorang pun hidup.

Memikirkan ini, Xie Zi Chen mau tak mau merasa agak tertekan. Menutup buku akun tokonya, ia memanggil pelayannya, Xie Tong dan berkata, "Sekarang, arus kasnya pada dasarnya baik-baik saja, dan informan juga hampir siap. Kau dan Jin Zi ikuti rencana untuk mendirikan unit mata-mata rahasia. Juga, suruh informan agar mengawasi Wei Shizi."

"Baik." Xie Tong merespons hormat, dan Xie Zi Chen dengan lelah melambaikan tangannya untuk menyuruhnya mundur.

Setelah ia pergi, Xie Zi Chen memandangi tiang-tiang atap di atas, merasa agak putus asa—haruskah ia sedikit berkompromi?

Begitu pemikiran ini muncul, banyak pikiran lain yang mengiringi.

Misalnya, Wei Lan sebenarnya lumayan tampan;

Contohnya, ia akan berkompromi sebentar, dan menangani pihak lainnya tanpa terlalu dekat;

Misalnya saja, bahkan jika ia memang mendekat, selama tidak terlalu berlebihan, ia bisa berpura-pura Wang Ning-lah yang sudah menggila, dan itu tidak akan jadi masalah besar.

Contohnya, Wei Lan adalah orang yang sangat berguna jika ia berpihak pada seseorang. Bagaimanapun juga, di antara banyaknya putra bangsawan, ialah satu-satunya yang memiliki prajurit pribadi, pintar, disukai Kaisar, dan tidak punya sejarah perselisihan dengannya di kehidupan lalunya.

Semua keuntungan ini mengalir masuk ke benaknya satu per satu. Xie Zi Chen menghela napas dan menanyai dirinya sendiri—setelah berpikir sebanyak ini, apakah ia punya kemampuan untuk bermain-man dengan hasrat seseorang yang kelihatan seperti seorang playboy?

Berkaca pada tiga puluh tahunan hidupnya sebagai bujangan di kehidupan lalunya, Xie Zi Chen tak punya kepercayaan diri dalam urusan hati. Ia tidak pernah menyukai siapa pun dalam hidupnya, dan satu-satunya orang yang sepertinya menggugah hatinya, berakhir menikamnya sampai mati.

Kemungkinan, tak akan ada yang mau mengalami sejarah romantis seperti ini.

Tetapi sekarang, karena sudah sampai ke titik ini, bahkan jika ia tidak sanggup, ia harus memaksa dirinya untuk mencoba, karena pada dasarnya, tidak ada yang mustahil.

Jadi, Xie Zi Chen memikirkannya dan akhirnya memutuskan bahwa setidaknya, ia harus menstabilkan Wei Lan sampai ia masuk istana sebagai rekan belajar.

Menjadi seorang pria yang suka bertindak, ia segera menyuruh Xie Tong menyiapkan pakaiannya dan langsung pergi ke Kediaman Wei.

Sudah hampir tengah malam, dan bukannya melalui gerbang utama, Xie Zi Chen memanjat tembok masuk ke halaman belakang kediaman Wei. Tepat sewaktu ia mendarat di atas tembok, ia melihat satu sosok berjubah lengan lebar sewarna giok sedang berdiri di halaman, memegang seruling giok di tangannya, menatapnya agak terkejut.

The Trick to Teasing a Noble Family's Son [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang