HAPPY READING MY DEAR🌚
Dua manusia berbeda gender itu tengah berjalan beriringan di rute taman. Keduanya saling bercengkerama seperti hari-hari biasa. Tawa sang gadis mengiringi perjelanan mereka. Sungguh pasangan yang romantis di mata kalangan mahasiswa. Namun, kenyataannya hubungan keduanya tidaklah memiliki kejelasan. Realitanya, Dean tidak pernah sekalipun mengutarakan cinta atau bahkan meminta Naqila untuk menjadi kekasihnya.
Naqila menatap ke depan, dilihatnya Bianca yang berjalan dari arah tujuan mereka. Ia kemudian tersenyum, berniat menyapa gadis itu.
"Bi-"
"Bianca!" Dean menyela.
Deg.
Naqila menatap lelaki itu tak percaya. Dean menyapa Bianca merupakan hal asing yang belum pernah Naqila lihat. Senyuman yang selama ini ditujukan padanya kini lelaki itu berikan kepada Bianca. Hati Naqila rasanya seakan bergetar hebat, rasa sesak memenuhi ulu hatinya.
Bahkan senyumannya bukan lagi hanya untukku, batin gadis itu sendu.
Sedangkan Dean, bahkan menatap Naqila sekilas pun tidak, netranya terfokus pada sosok gadis di depan sana, Bianca.
Kepala Naqila menunduk dalam. Ada rasa tersingkirkan yang teramat dalam lubuk hatinya. Rasa yang selalu ingin ia pendam.
Bianca tiba di depan mereka. Mau tak mau ia harus balik menyapa. "Hai." Gadis itu melirik bergantian Dean dan Naqila. Namun satu yang mengganjalnya, yaitu Naqila yang terdiam tanpa menyapanya seperti biasa.
"Na, kamu sakit?" tanya gadis itu kepada Naqila
"Ah, tidak Bia, aku baik-baik saja." Sekuat tenaga Naqila memasang senyuman terbaiknya, menyembunyikan rasa sakit yang menderu hatinya saat ini.
Dia jelas tidak terlihat baik-baik saja, batin Bianca.
Meski begitu, Bianca hanya mengangguk, seolah dirinya tidak mengetahui apa pun. "Aku duluan ya, ada kelas tambahan," pamit gadis itu.
Naqila mengangguk, ia menatap punggung Bianca, gadis cantik itu selalu khas dengan setelan feminimnya, dress selutut dengan sepatu sneakers, pantas banyak yang menjadikannya role model kampus.
Dia sesempurna itu, batin Naqila.
Matanya bergulir melirik Dean, lagi dan lagi dadanya terasa sesak, pandangan Dean terhadap Bianca begitu intens dan dalam, sama persis seperti Dean menatapnya dulu saat mereka baru pertama bertemu.
"Kak, aku ada kelas juga," lirih Naqila yang menyadarkan atensi Dean terhadap Bianca.
"Oh iya," ucapnya. "Eh Na," panggilnya yang menghentikan langkah Naqila. "Kamu bisa sendiri dulu ya ke kelasnya? Aku ada urusan dengan rektorat, tidak apa kan?"
Naqila mengangguk, ia tersenyum tipis. "Nggak papa Kak, kamu pergi aja, lagian emang nggak ada kewajiban kan kamu antar jemput aku terus?" katanya berniat menyindir Dean akan status mereka
Namun sayangnya, si lelaki tidak peka, atau berpura-pura tidak peka.
"Ya udah, kamu hati-hati, Na," ucap Dean, ia menepuk sekilas pucuk kepala si gadis, kemudian berlalu pergi, meninggalkan Naqila yang menatap punggung lebar itu nanar.
"Kapan perasaan aku kamu pastiin, Kak," lirihnya dengan suara serak.
***
Di sisi Bianca, gadis itu sedikit terlambat memasuki aula tempat mata kuliah tambahan diajarkan. Ia duduk di barisan kedua dari belakang, Bianca sendiri, tidak mempunyai teman, lebih tepatnya gadis itu yang kepalang nyaman dengan dunianya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...