Part 13

113 5 0
                                    

Minggu pagi, Kookie terbangun pagi-pagi sekali karena mendengar suara-suara. Ia berguling dan melihat jam. Belum pukul 7.

Kookie duduk dan mendengarkan, bertanya-tanya apa yang merasuki Bambam hingga menyalakan televisi seperti ini dan menyetel suaranya begitu keras?

Kookie berdiri, lalu mengambil jubah tidurnya. Saat berjalan mendekati pintu, suara-suara itu mulai terdengar berbeda dan dapat dikenali. Seakan-akan...

" Oh, tidak" gerutunya

Kookie berlari ke pintu kamar, selalu membukanya. Bambam berdiri di puncak tangga, menghalangi jalur masuk. Kookie tidak bisa melihat pria yang berusaha masuk, tapi ia cukup yakin siapa orangnya.

Sheila berdiri di samping bambam, marah.

"Aku tahu aku salah karena tidak mengganti kuncinya" ujar Kookie sambil bergerak menuju anak tangga dan menatap pria yang akan segera menjadi mantan suaminya.

"Ini bukan urusanmu lagi, mingyu. Pergilah"

"Aku takkan pergi sampai kita bicara. Walaupun sekarang aku tahu alasanmu menghindariku. Jadi dia kekasih barumu. Anak kecil? Apa itu hal terbaik yang bisa kau lakukan, Kookie?"

"Kau mengenalnya?" Tanya bambam

"Kami pernah menikah"

"Kami masih menikah" sahut mingyu

"Sudah berpisah, dalam proses perceraian. Sudah berakhir"

Bambam mengangguk, kembali memusatkan perhatian pada Mingyu.

"Kau harus pergi"

"Kurasa tidak" mingyu menatap Kookie

"Apa menyenangkan bersama anak kecil? Apa kau mengajarkan hal-hal yang kau ketahui padanya?"

Kalimat itu bagaikan tamparan tak terduga dan Kookie merasakan wajahnya merah padam. Namun sebelum Kookie tahu apa yang harus dikatakan, bambam menarik mingyu, menyeretnya ke tangga, lalu melingkarkan lengan di leher mingyu, mengunci pria itu agar tidak dapat bergerak.

"Apa ibumu tidak mengajarkan sopan santun?"

Bambam menggeram. "Kau tidak boleh bicara begitu pada Kookie"

Mingyu meronta, memukul-mukul, melawan penyerangnya, mengubah-kibarkan lengan dan terkesiap.

" Kookie!!"

"Dia berhak dihormati dan dihargai" lanjut Bambam, suaranya rendah dan marah.

"Itu sesuatu yang perlu kau pelajari"

Walaupun Kookie menikmati pertunjukan itu, dia tidak suka melihat aliran darah di wajah Mingyu tampak terkuras.

"Terima kasih telah menjagaku, bambam. Tapi kau harus melepaskannya. Kalian bisa menungguku di dapur"

" Ya. Ini bukan pertarungan yang seimbang"

Bambam tampak kecewa saat melepaskan Mingyu. Mingyu terhuyung-huyung ke depan, berusaha bernapas sambil menyeimbangkan diri di anak tangga.

"Wanita brengsek" ujar Mingyu, suaranya serak.

"Sepertinya kita tidak perlu bicara lagi"

"Tidak. Tunggu." Mingyu mengusap-usap lehernya.

"Aku ingin bicara"

"Kalau begitu temui aku di bawah. Dan jangan coba macam-macam.  Bambam tidak selalu menuruti permintaanku"

Tidak ada alasan untuk mengancam mingyu, Tapi tetap saja enak rasanya mengucapkan kata-kata itu. Mungkin aku ke kanak-kanakan, pikir Kookie sambil kembali ke kamar.

Sentuhan TermanisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang