AXELLION BACK!!
VOTE AND COMMENT FOR NEXT CHAPTER!!!
-"Jika memang hati mu lepas dengan membuat nyawaku tiada, maka lakukanlah agar tidak ada lagi pertikaian yang menyakitkan kita semua."-
HAPPY READING ❗ 💗
🏁🏁🏁
Mobil berwarna putih dengan merk ternama nampak melaju kencang menembus jalanan yang disampingnya dipenuhi oleh pepohonan. Bisingnya mesin tersebut seolah menjadi iringan musik ditengah tengah. Seperti apa yang direncanakan oleh sang pengemudi, dirinya memancing mobil yang kini sudah terang terangan mengejarnya. Netra ungu cerah itu terlihat menajam menunjukkan kewaspadaan luar biasa, tangan mungil dengan kuku tajam Aurel amat cekatan memegang stir, tak canggung dan bahkan begitu lihai mengendarai.
Merasakan bahwa mobil yang mengikutinya mulai tertinggal, lantas segera Aurel banting stirnya didekat lahan kosong dekat dengan jembatan. Bergegas ia keluar dari dalam mobil lalu bersandar dengan raut wajah setenang air, sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya.
Tak lama, mobil yang tadi mengikuti Aurel berhenti tak jauh dari tempatnya. Segera Aurel dongakkan kepalanya guna menatap 3 orang laki laki yang memakai topi serta masker keluar dari dalam mobil tersebut. Aurel lempar senyum sinis, lantas ia bawa kedua tangannya bersedekap didada, terang terangan bibirnya mendecih remeh kalah 3 orang itu mulai mengangkat balok yang nampaknya sudah dipersiapkan.
"Kalian niat bunuh gue atau gotong royong? kenapa yang dibawa cuma balok kayu??" celetuk Aurel.
"Terus bicara yang tinggi, mungkin aja hari ini hari terakhir lo lihat dunia." salah satu dari mereka mereka menjawab.
"Bodoh juga ya ternyata anak bungsu dari Addison ini, Udah tau diikuti malah mancing ke tempat sepi." cemooh mereka kepada Aurel.
Aurel mengangkat satu alisnya, "Hei, yang lembut dikit kalau ngomong, dipikir gue gak sakit hati apa dikatain bodoh gitu?"
"Langsung aja, anak ini kalau kita ajak bicara gak bakal ada takutnya.." salah satu dari mereka berucap kembali, menatap Aurel tajam seolah sudah tak tahan untuk menumbuk gadis itu.
"Jelas gak takut, bunuh orang aja dia berani." ketika kalimat itu terdengar, Aurel lantas tersenyum getir, kini ia mengetahui siapa dalang yang kembali mengusik dan mengincar nyawanya.
"Eh, eh, eh, tunggu sebentar...," pinta Aurel, gadis itu menatap kembali jam tangannya. "Gue gak bisa lawan kalian karena udah janji buat gak ada luka sedikitpun." tuturnya. Sontak hal tersebut mengundang pertanyaan dari tiga orang yang sepertinya preman bayaran itu. Sesaat kemudian, deru mesin motor sport terdengar membising sangar mengudara lalu berhenti tepat disamping mobil yang Aurel parkiran.
Axell membuka helm full facenya, wajah tampan dengan netra elang khas Panglima EnRider itu terpampang dengan paripurnanya. Tangannya bergerak membelah surai hitam legam, lalu pandangannya tertuju kepada Aurel yang menatapnya dengan senyum manis, seolah menyampaikan rasa terimakasih karena sudah tepat waktu menghampiri.
"Ada bocah ingusan yang sok pahlawan ternyata..." preman itu kembali bersuara akan tetapi tak dihiraukan oleh Axell. Ia bawa langkah lebarnya menghampiri Aurel lantas menatap gadis itu dari ujung kaki hingga kepala.
"Ada luka?"
Aurel menggeleng kuat, ia angkat tangannya tinggi tinggi ke udara. "Nothing." jawabnya seraya tersenyum begitu manis. Tingkahnya itu secara tak sadar membuat Axell mengulum senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELLION
Teen FictionKembalinya Aurel ketanah kelahirannya hanyalah berniat menyembuhkan luka, memperbaiki kesalahan pahaman yang pernah terjadi juga kembali hidup seperti apa yang pernah ia impikan. Namun, segalanya rumit kala kakak laki-laki nya menitipkan dirinya kep...