1. Pertemuan Pertama

40 5 0
                                    

Disclaimers:Cerita ini cuma fiksi semata ya guys 🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disclaimers:
Cerita ini cuma fiksi semata ya guys 🙏🏻

Happy Reading!

☆☆☆

"Halo, Little Phoni and Friends!"

"Mau ngapain? Jualan? Kamu kalo jualan tuh kayak malak, semua orang dideketin. Lebih-lebih dari orang yang lagi danusan," ujar Phoni pada Vericho yang ingin mempromosikan jualannya.

Senyum di wajah laki-laki yang memakai workshirt berwarna hitam itu langsung lenyap seketika. "Yaudah gak usah beli jualan gue! Gak bakalan lagi gue promosi depan lo lagi!" Suaranya langsung terdengar datar dan dingin.

"Ih jangan ngambek!" Phoni menahan tangan Vericho yang hendak pergi.

Tapi Vericho langsung menarik tangannya. Cowok itu mendengus seraya memutarkan bola matanya. "Gak ah, gak mood berbisnis dengan anda." Vericho membuang muka dari Phoni dan beralih menatap Winnie yang ada di samping Phoni.

Vericho langsung memberikan senyum lebar pada Winnie yang sejak tadi diam.

"Mau beli Nasi Sakit Hati gak? Ada banyak varian rasa loh. Kalo soal Enak gak usah diraguin lagi, daek keked aing kalo sampe gak enak," ujar Vericho sambil menunjukkan price list yang di cetak di kertas A4 pada Winnie.

Winnie diam dan Phoni pikir Winnie tidak paham maksud Vericho. "Pake bahasa Indonesia yang bener, Winnie orang Jakarta." Tapi saat Phoni bersuara, Phoni malah mendapat semprotan dari cowok itu.

"Dih, ngatur!" sahut Vericho dengan ekspresi bocah kematian.

Pandangannya kembali terfokus pada Winnie yang malah menatapnya dalam sekali hingga membuatnya bergidik ngeri. "Udah gak usah jadi," ujar Vericho seraya mengambil kembali kertas menu yang ada di atas meja. Menghindari tatapan Winnie yang menurutnya aneh.

"Mau gak?" Sekarang giliran Syara yang mendapat tawaran. Tapi belum sampai dua detik bahkan jawaban Syara masih ada di kerongkongan, Vericho kembali bersuara. "Gak mau? Yaudah!" Sesingkat itu sebelum akhirnya cowok itu berbalik badan dan menjauhi meja mereka.

"Woi, gue aja belum jawab!" sahut Syara kesal padahal dirinya sedikit tergiur dengan poster jualan yang di bawa Vericho. Tapi laki-laki itu malah menyia-nyiakan customer. "Si Jangkrik jualannya emang gitu?"

"Iya, gak usah heran. Capek banget aku kalo beli jualan dia, selain moody-an aslinya dia tengil parah!" Phoni menjawab sesuai pengalaman.

"Tapi katanya laku terus ya? Dia sampe di omongin sama kating juga," ucap Syara ketika mendengar kakak tingkat mereka, dari fakultas atau jurusan apapun, membicarakan usaha serabutan milik akun jangkrikjualan tersebut.

"Kalo laku ya gak usah di tanya, laku banget," jawab Phoni.

"Nama dia beneran Jangkrik?" Winnie akhirnya melontarkan pertanyaan ketika kedua temannya beberapa kali menyebut cowok itu dengan sebutan 'Jangkrik'. Winnie memang sempat mendengar ada seorang penjual yang serbaguna, serba bisa, dan serba ada di kampus mereka.

The Lost ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang