2.1 - Visual Menawan

170 12 10
                                    

Sambut pagi dengan senyum, tetapi sisakan sedikit senyummu. Hari masih panjang, barangkali kamu membutuhkannya nanti.
.
.
.
.
.

Selasa, 25 Juli 2023.

BAAAAAK!!

BUUUUUKK!!

B U N Y I keras terdengar dari ruang khusus latihan, di lantai dua. Sangat luas, tersedia berbagai alat olahraga yang memadai, bisa dibilang lengkap dengan harga yang tak main-main. Orang kaya tahu caranya menggunakan uang mereka.

Nereya berdiri di atas ring setinggi satu setengah meter. Samsak besar hitam pekat tergantung di tengah-tengah. Mata terfokus ke satu titik. Kepalan tangan dikencangkan. Dia melepas jap berkali-kali, kemudian kick mematikan. Tempo terus meningkat. Kekuatan harus diikuti dengan kecepatan untuk menimbulkan efek yang dahsyat.

Berhenti sebentar sarung tinju dilepas, lalu mengambil handuk putih kecil yang tergantung di sisi ring. Peluh yang membanjir diseka. Rambut dikucir tergesa-gesa. Helai-helai pendek yang tidak terjangkau, dibiarkan terurai menyentuh leher.

Sarung tinju kembali dikenakan. BRUAAAAAAKKKK!! Pukulan lebih cepat dari sebelumnya. Energi perempuan ini tidak berkurang sedikit pun.

Pelatih pernah bilang, setiap hari lepaskan tinju pertama kepada dirimu sendiri. Barulah kamu mampu bertarung melawan yang lain.

Sementara di rumah yang berbeda. Janesa mungkin sedang bertapa di kamar mandi demi mendapatkan kesaktian. Ah, ini hanya lelucon saja.

"Mbak, kapan mandinya?" Sejak tadi Jani tidak mendengar bunyi air.

"Lagi luluran, Bunda."

"Aigoo! Hampir sejam. Dakimu belum lepas semua, Mbak? Coba kamu pakai lulur racikan bunda. Jangankan daki yang udah berkarat, komedo supranatural, jerawat batu granit, kudis dari zaman sebelum masehi, keangkat semua."

Tidak lama setelahnya terdengar suara air mengucur.

Nereya telah menghabiskan waktu latihan yang cukup lama, hingga baju melekat dengan keringat. Selalu setiap pagi, rutinitas wajib yang terasa aneh untuk dilewatkan sehari saja. Baru berhenti ketika mendengar bunyi alarm yang sengaja diatur agar tidak melampaui target waktu. Tidak langsung mandi, dia mendinginkan badan dengan beristirahat sejenak.

Keluar dari kamar mandi, tubuh dililit handuk. Janesa menyambar ponsel yang berbunyi dalam volume maksimal.

"Mau gue jemput dengan motor?" tanya Nereya setelah tersambung.

"Lalu sampai di sekolah, rambut gue berubah jadi rawah kodok? Hell no! Mobil aja." Hari ini Janesa ingin mengurai rambut. Naik motor adalah pilihan terburuk.

"As your wish."

Sekarang mereka menginjak kelas XI. Ya, waktu berlalu sangat cepat.

Seorang Janesa Janari butuh waktu yang banyak untuk bersiap ke sekolah. Perkara mandi saja, bisa sejam lebih. Belum berpakaian, menata rambut dan sebagainya. Itulah mengapa dia selalu bangun pagi lebih awal.

Nereya baru saja masuk ke kamar mandi. Tidak lupa menyetel musik. Dia suka lagu klasik juga instrumental. Sambil mandi dia mendengar A Summer Place versi instrumental oleh Percy Faith dan orkestranya.

Janesa sengaja hanya menggunakan singlet dan celana pendek. Pakai seragam nanti di akhir. Kini duduk di depan cermin, bersiap merias diri.

"Katanya,
nggak papa nggak cantik
yang penting baik
yang penting pinter.
Nyatanya,
cantik itu harus.
Kalau jelek nggak dianggap
banyak yang nilai fisik."

CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang