"Emm Ayah..." panggil Cecilia mendayu, memegang tangan milik Hendra yang sudah berkepala empat.
"Hmm, ada apa?" Lembut sekali alunan suara tersebut hingga membuat Saina semakin ingin mencibir saja.
'Pria tua pilih kasih' begitulah kalimat yang mewakili segala cibiran gadis berusia dua puluh tahun tersebut. Sejauh yang ia kenal, pria tua itu bersikap kasar dan tidak pernah alunan suara selembut pantat babi terucap untuknya.
Cecilia mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah untuk diberikan kepada Hendra. Ia tersenyum seraya berucap. "Ini untuk Ayah, Jerry yang membelikannya, semoga Ayah suka."
Hendra tersenyum dan mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Cecilia. "Ini baru anak Ayah, terima kasih, Sayang." Selanjutnya, ia membuka kotak merah tersebut dan menemukan sebuah cincin emas yang cukup indah.
"Dia 'kan memang anakmu yang paling berbakti. Tidak seperti seseorang yang bahkan tidak ada inisiatif memberikan hadiah," celetuk Meilani seraya melirik Saina.
"Hah, sudahlah. Memang gitulah orang yang iri dengki. Aku gak akan bodoh seperti sebelumnya. Lagi pula, dia pikir aku mau jadi anak pria tua gak berotak itu?"
Tiba-tiba, Saka menyodorkan sebuah paper bag ke arah Hendra membuat perhatian di meja makan itu terpusat pada paper bag tersebut. "Ini dari saya dan Saina. Semoga Ayah Mertua menyukainya," ujar Saka.
Tangan Hendra terulur, menerima pemberian itu. "Terima kasih," balasnya kemudian membuka paper bag tersebut. Sebuah kotak dengan merk terkenal langsung menyapa Hendra, pria itu menatap tak percaya dengan apa yang menantu miskin itu berikan.
"Apa isinya? Kenapa respon Ayah berbeda? Bukankah di kehidupan sebelumnya Saka hanya memberikan baju untuk Ayah?" batin Saina penasaran.
"Apa isinya? Paling cuma hadiah harga lima belas ribuan," cibir Meilani.
"Stt, diamlah!" balas Hendra dengan tangan yang mengambil kotak tersebut dan meletakkannya di atas meja. Melihat merk brand yang tertera di atas kotak tersebut, sontak membuat orang-orang terkejut tak terkecuali Saina. Bahkan Melani sendiri sudah melotot tak percaya.
"Bagaimana bisa?" gumamnya setelah itu menggeleng. "Tidak-tidak, pasti ini palsu!"
"Anda bisa mengecek sertifikatnya di dalam kotak, Mama Mertua," sahut Saka sopan.
Tak mau percaya begitu Saka, Meilani langsung merebut kotak tersebut sehingga membuat Hendra menatap tajam wanita itu. Meilani dengan tergesa-gesa membuka kotak tersebut sehingga terpampanglah sebuah jam tangan mahal dilengkapi dengan sertifikat kecil di sebelahnya. "Ini... Asli?"
Beralih kepada Saina yang menatap tak berkedip ke arah Saka dengan benak yang dipenuhi oleh pertanyaan. Entah bagaimana bisa Saka membeli hadiah semewah itu padahal penghasilannya hanya mencapai empat juta sebulan. Apa ini salah satu efek kupu-kupu karena sejauh ini ia tidak pernah menggunakan uang Saka untuk berfoya-foya? Baiklah, ia akan menanyakan pada suaminya nanti.
Untuk sekarang... Lebih baik ia memanfaatkan ini untuk merendahkan wanita yang bergelar ibu tirinya tersebut. "Siapa ya, yang tadi baru saja mengatakan aku tidak berinisiatif membelikan hadiah," ucap Saina seraya tersenyum kecil. "Mulut besar padahal hadiah punyaku lebih baik dari pada cincin emas itu. Memangnya, untuk apa memberikan Cincin perak kepada laki-laki?" Saina beralih menatap Cecilia. "Apakah? Kakak mau menikahi Ayah?"
"Saina!" bentak Hendra membuat Saina terkekeh kecil.
"Ups, maaf. Kayaknya mulutku mulai ketularan seseorang," sindirnya. "Oh iya, aku ngasih ayah hadiah bukan berarti aku mau berbakti kepadamu, ya Ayah! Jadi... Jangan percaya diri," lanjut Saina seraya tersenyum.
Setelah itu, meja makan hanya hening dengan kebungkaman orang-orang yang di sana. Saka menatap dalam istrinya yang sangat lepas kendali hari ini. Bukannya Saka tidak menyukai aksi istrinya tadi, hanya saja, ini semua sangat berbeda dengan bayangan masa lalu di mana Saina justru memakinya.
"Aneh, benar-benar aneh..." batin Saka.
Dentingan sendok berbunyi saling bersahutan, pertanda makan malam telah di mulai. Saina melirik ke arah dapur di mana seorang pelayan sedang menyiapkan minuman untuk mereka. Melihat sebuah sesuatu yang mencurigakan, Saina menyeringai samar. "Kayaknya aku mau ke toilet," ucapnya seraya tersenyum lurus.
Tanpa menunggu jawaban, Saina berjalan menuju kamar mandi melewati pelayan yang sedang menyeduh minuman jeruk untuk mereka. Sebuah ide cemerlang tiba-tiba hinggap di otaknya membuat Saina lekas menghampiri pelayan tersebut. "Permisi, tolong isi air di toilet, tadi habis," ujar Saina.
Pelayan itu mengangguk sekilas kemudian berlalu menuju toilet. Perlahan, Saina membuka botol mencurigakan yang ada di sebelah gelas-gelas berisi seduhan jeruk tersebut kemudian memasukan dua tetes cairan ke dalam salah satu minuman.
Tangannya mengaduk gelas yang sudah di isi dengan obat itu kemudian membawa nampan tersebut ke meja makan. Satu per satu minuman tersebut ia letakkan di atas meja, dan untuk gelas yang sudah di isi racun, Saina khususkan untuk si nenek lampir, Meilani.
"Sedang belajar jadi pelayan, ya?" cibir Meilani tiba-tiba.
Saina hanya tersenyum tak membalas, ia kembali berjalan ke dapur meletakkan nampan kosong tersebut di atas meja. Bersamaan dengan itu, ia juga melihat pelayan yang tadi ia suruh sudah menunggu di sana dengan wajah yang pucat. "Nona, minumannya bagaimana?"
"Tenang saja, sudah saya bawa ke depan!" balasnya enteng.
"Tapi, Nona--"
"Tidak apa-apa, lagi pula aku bukan majikan di rumah ini," balas Saina. Dalam hati, perempuan itu menyeringai karena rencananya berjalan lancar. Sekarang, tinggal satu langkah lagi, yaitu menyelipkan kotak racun ini di dalam kamar Cecilia.
Ya, ia berencana untuk menjebak Cecilia dan meracuni Meilani. Ada alasan mengapa Saina mengatakan Cecilia ingin menikah dengan ayahnya tadi, itu dikarenakan untuk mematik api cemburu di dada Meilani. Dengan begitu, setelah Cecilia terbukti bersalah, hubungan pasangan ibu dan anak itu akan merenggang karena Meilani merasa Cecilia ingin merebut Hendra darinya.
Hendra, si pria mapan dan kaya raya dengan tubuh proporsional meski umurnya hampir menginjak kepala lima. Tidak masalah 'kan, Memanfaatkan ayahnya dalam hal ini?
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enervate (Republish)
RomantizmEND --------- Satu hal yang benar-benar Saina sesali hingga akhir hayatnya adalah menyia-nyiakan sang suami yang mencintainya hanya karena sebuah kesalahan berpikir. --------------------------------------- Insiden cinta satu malam yang merenggut kes...