Bab 1 : Kereta

1.9K 207 21
                                    

Dalam hidup seseorang harus memiliki ambisi agar mereka bisa terus maju untuk mencapai ambisi mereka. Bekerja tanpa lelah setiap hari, belajar dengan tekun, membangun relasi sebanyak-banyaknya. Itu adalah sedikitnya cara yang bisa digunakan untuk mencapai ambisi tersebut. 

Shan Rui baru menginjak usia tiga puluh tahun, ia terkenal sebagai pekerja yang sangat rajin, ya, Shan Rui akan datang lima menit sebelum jam kerja dimulai dan itu selalu rutin. Ia akan pulang lima menit setelah jam kerja selesai. Semua pekerjaan dipastikan rapi dan selesai dengan cepat. Bahkan dalam satu tahun Shan Rui hanya akan mengambil cuti sakit selama satu hari. Ia tidak banyak mengeluh atau menuntut pada atasan. Setidaknya Shan Rui menjadi contoh karyawan teladan nan bijaksana di mata atasan. 

Tentu saja Shan Rui yang bekerja keras sejak awal akhirnya bisa mendaki sedikit demi sedikit karirnya. Hingga akhirnya Shan Rui berhasil meraih posisi sebagai Kepala Manager di perusahaan tempatnya bekerja. 

Sebagai perayaan pengangkatannya, Departemen Pemasaran mengadakan pesta makan malam. Shan Rui tidak berhenti tersenyum sampai rasanya pipinya terasa pegal, ia menerima minuman, makanan, dan ucapan selamat yang begitu meriah. 

Mungkin ini adalah hari terbaik bagi Shan Rui sepanjang ia hidup! 

“Manager Shan, apa anda yakin pulang sendiri?” Seorang pria bertanya dengan agak khawatir pada Shan Rui. 

Shan Rui memandangi jam tangannya. “Ya, tidak masalah. Masih ada kereta terakhir aku bisa pulang.”

“Pulanglah bersama saya!”

Shan Rui menggeleng. “Rumah kita tidak searah. Jangan merepotkan dirimu! Pulanglah!”

Setelah gagal dibujuk, pria itu akhirnya menyerah untuk mengantar pulang Manager Shan. 

Shan Rui berjalan sedikit sempoyongan menuju stasiun kereta terdekat. Sebagai anak yang hidup sulit dan miskin semasa kecil, Shan Rui sangat bahagia karena bisa mencapai posisi ini. 

Ibunya adalah korban pelecehan seksual yang akhirnya memiliki dirinya. Kondisi mental ibunya tidak terlalu stabil setelah kejadian traumatis itu. Ia sangat membenci anak yang dilahirkannya karena selalu teringat bahwa impiannya harus kandas dan trauma yang ia hadapi ketika dilecehkan. Shan Rui kecil menjadi samsak emosi ibunya setiap hari, karena stereotip masyarakat terhadap korban pelecehan seksual pada masa itu masih begitu buruk, ibunya gagal mendapatkan pekerjaan baik dan hanya bisa berpuas diri menjadi penyapu jalanan. 

Masa kecilnya adalah masa-masa paling traumatis. 

Ibunya meninggal ketika Shan Rui lulus Sekolah Menengah karena ibunya kembali jatuh dalam masa depresi, memilih mengakhiri hidupnya sendiri. 

Bahkan mungkin jika dipikir ulang Shan Rui kecil tidak akan menyangka bisa memiliki pekerjaan bagus seperti ini dimasa depan! 

Shan Rui menunggu di stasiun yang mulai sepi. Terlihat beberapa orang menunggu kereta sama sepertinya dengan wajah lelah setengah mengantuk, berharap sampai rumah sesegera mungkin untuk mandi dan tidur. 

Dari kejauhan kereta mulai mendekat, suara pengumuman kereta terakhir terdengar cukup nyaring. 

Karena hari sudah sangat larut penumpang kereta tidak terlalu banyak. Shan Rui duduk dengan tenang, ia memandangi ID card yang sudah diperbarui dan jabatan barunya tertulis dengan jelas. 

Shan Rui tidak tahan untuk tersenyum lebar. Memikirkan hari esok apa yang harus ia lakukan? Jujur ia merasa agak gugup sekaligus antusias! 

Shan Rui yang terlalu bahagia mengabaikan sejenak rasa sesak yang datang di dadanya, ia berpikir mungkin dirinya terlalu bahagia! 

[BL] Hujan Dan Angin Jatuh Ke PangkuankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang