Leher dan telinga Gao Peizhi memerah. “Apa yang kau katakan? Pergi! Apa-apaan kau ini, bagaimana bisa seorang Kunze melihat Qianyuan tanpa pakaian!”
Gao Peizhi ini bersikap seperti berandalan yang tidak tahu aturan. Tetapi sebenarnya ia adalah pria kuno yang masih memegang beberapa prinsip tradisional. Kunze dan Qianyuan selalu diberi batas yang sangat jelas, bahkan Qianyuan ataupun laki-laki dilarang keras melihat betis gadis dan Kunze.
Shan Rui berpikir ini sangat lucu, ia maju beberapa langkah.
“Mengapa aku tidak boleh melihat, um? Tubuh indah seorang pria adalah berkat dari Dewa. Jadi aku menghargai berkat yang Dewa berikan padaku.”
Gao Peizhi mundur beberapa langkah, tatapan Shan Rui terkunci padanya. Tetapi Shan Rui tetap melangkah, sedikit demi sedikit. Memojokkan Gao Peizhi di tembok.
“Shan Rui! Aku peringatkan kau!”
“Peringatkan apa?” Jari Shan Rui menyentuh bahu telanjang Gao Peizhi, merasakan suhu tubuh Gao Peizhi yang cukup tinggi. Jari-jari ramping Shan Rui seperti batu Kumala dan kulit Gao Peizhi layaknya batang pohon yang tumbuh subur. Begitu kontras. Tetapi juga cocok.
Gao Peizhi menggigil. “Jangan menyentuhku!”
Shan Rui tersenyum mengejek. “Mengapa tidak boleh? Kau saja sering menggoda gadis dan Kunze sesuka hatimu. Kenapa aku tidak boleh menggodamu, um? Jangan malu-malu, tidak ada yang melihat kita disini.”
Jari meluncur menyentuh dada bidang kemudian perut Gao Peizhi.
Shan Rui sengaja menghembuskan nafasnya pada leher Gao Peizhi.
Gao Peizhi menggeram. “Jangan memaksaku berbuat kasar padamu. Sekarang singkirkan tanganmu dariku!”
“Tidak. Aku belum puas menyentuh.”
“Diam!”
“Buat aku diam.”
Kedua iris mata dengan warna senada bertemu, seperti ada percikan api yang tidak dapat dijelaskan. Jari-jari ramping semakin turun, kemudian berhenti di pinggang Gao Peizhi. Shan Rui jauh lebih pendek, ia mengangkat kepalanya untuk menatap Gao Peizhi.
“Kau bisa membuatku diam, mungkin disini.” Shan Rui menyentuh bibirnya sendiri. “Bagaimana?”
“Jangan harap kau Kunze tidak tahu aturan!” Gao Peizhi berucap kesal. “Kau mesum!”
Shan Rui samar mendengar suara langkah kaki mendekat. Tidak hanya satu orang tetapi dua orang. Ide lain segera muncul di benaknya.
Shan Rui meraih lengan Gao Peizhi, memutar posisi mereka menjadi ia yang dikungkung oleh Gao Peizhi.
“Tuan Gao! Kau sangat mesum padaku! Aku hanya menunggu anakku mengapa kau melakukan ini?!” Shan Rui berseru dengan keras, ia menarik pakaian di bagian dada sehingga kulitnya agak terlihat.
“Apa?!” Gao Peizhi bingung.
“Sudah kubilang aku tidak mau! Walaupun aku Kunze yang bercerai tapi aku…Aku…”
“Gao Peizhi, apa ini?” Gao Yanlin bertanya dengan tegas.
Gao Peizhi segera membalikkan badan dan terlihat pakaian Shan Rui yang acak-acakan. Wajah Gao Yanlin menjadi merah dan matanya melotot kesal pada adiknya itu.
“Sudah ku bilang jangan menganggunya! Apa kau ingin tidak dengar?!” Gao Yanlin memarahi adik kembarnya dengan keras, tidak memberikan ruang bagi Gao Peizhi untuk mengelak atau membela diri.
Dengan sungguh-sungguh Gao Yanlin meminta maaf pada Shan Rui.
“Tidak apa-apa Nona Gao. Memang Kunze yang bercerai sepertiku begitu rentan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Hujan Dan Angin Jatuh Ke Pangkuanku
RandomShan Rui pria modern yang pekerja keras, esok hari dirinya resmi menjadi Kepala Manager yang ia idam-idamkan selama ini. Tetapi Shan Rui tiba-tiba berpindah ke era kuno, menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, memiliki seorang anak dan sialnya...