Hari ini sebagian harta mahar Shan Rui yang dijual akhirnya datang, sesuai dengan apa yang ada dalam kesepakatan. Harta mahar itu dicicil. Sekarang yang datang berupa beberapa tael perak, kain berkualitas tinggi, dan sedikit perhiasan.
Shan Rui mengajak Tang Feifei untuk datang lagi ke ladang, ia memandangi ladang miliknya yang cukup luas. Shan Rui berencana membuat sebuah kedai teh yang khusus untuk Kunze dan para perempuan agar mereka lebih nyaman bercengkrama. Untuk bisnis lain Shan Rui akan memikirkannya nanti. Terpenting bisnis pertama jalan terlebih dahulu.
Beberapa anak pedesaan yang sederhana mulai mencoba mendekati Tang Feifei, mukanya Tang Feifei ingin berlari mendekati Die-Niangnya. Tetapi Shan Rui tidak ingin kehidupan Tang Feifei terganggu, ia dengan tegas menyuruh putri kecil itu untuk bermain dengan teman sebaya.
Awalnya Tang Feifei begitu pendiam, namun lama kelamaan atas ajakan bermain teman-temannya anak itu mulai ikut bermain dan memiliki teman baru, membuat Shan Rui merasa lega.
Shan Rui sendiri sibuk mencabuti sayuran yang sudah mati, pekerjaan yang sangat melelahkan dengan matahari yang bersinar begitu terik.
“Tuan Shan, apakah kau membutuhkan bantuan?” Sun Liu muncul, tubuhnya basah oleh keringat dan wajahnya memerah karena kelelahan. Di belakang Sun Liu adalah Gao Peizhi yang memberikan pelototan tajam padanya.
Shan Rui mengabaikan keberadaan Gao Peizhi. “Ah, tidak perlu. Pekerjaanku hampir selesai.”
“Kau mencabut semua sayuran milikmu. Ada apa? Apakah kau ingin menanam tanaman baru? Tetapi ini bukan waktunya musim untuk mulai menanam.” Tanya Sun Liu kebingungan.
“Hmph, orang kota sepertinya tahu apa?” Gao Peizhi berkata dengan sinis.
“Kau bersikap seperti Selir yang dicampakkan dan cemburu karena suamimu memiliki Selir baru.” Shan Rui membalas.
“Apa kau bilang?!”
Sun Liu menggeleng kecil, keduanya berdebat seperti ini seperti kucing yang siap saling cakar.
“Sudah kalian!” Lerai Sun Liu.
“Baiklah, karena Liu-er yang memintanya aku akan melepaskan Kunze Gi-” Kata-kata Gao Peizhi terhenti. Ia melirik Tang Feifei yang tengah bermain kejar-kejaran dengan temannya. Gao Peizhi masih ingat sakitnya gigitan kelinci kecil itu. Gao Peizhi menelan kembali kata-katanya.
“Aku tidak akan menanam apapun. Aku berencana membuat kedai di tanah ini. Aku tidak pandai bertani dan Paman serta Bibiku juga tidak bisa merawat ladang. Lebih baik gunakan untuk hal yang lebih berguna, kan?” Shan Rui mengatakan ide yang ada di dalam kepalanya.
Sun Liu mengangguk. “Itu benar, itu benar. Lebih baik gunakan untuk yang lainnya. Bertani memang bukan hal yang mudah, kerugian kadang lebih besar dari keuntungan.”
“Meski kedai penghasilannya tidak seberapa tetapi uangnya bisa digunakan untuk bertahan hidup.”
Sun Liu mengesah pelan. Shan Rui adalah Kunze yang bercerai, secara otomatis ia tidak memiliki orang yang menafkahinya. Apalagi Shan Rui membawa seorang anak. Apapun caranya Shan Rui pasti akan bertahan.
“Tapi apa kau yakin? Biaya membangun kedai tidak sedikit. Membeli kayu, perabotan, distributor teh, perlengkapan. Dengan uangmu sendiri itu tidak akan cukup, itu jika kau berniat membuat kedai dengan skala pendapatan yang besar. Semakin besar pendapatan yang kau inginkan, modal yang dikeluarkan semakin besar. Kau juga harus menyiapkan dana darurat dan dana cadangan jika saja kedaimu bangkrut.”
Shan Rui pada dasarnya tahu semua itu. Tetapi ia tertarik dengan jalan pikiran Gao Peizhi. Menurutnya Gao Peizhi bukan hanya pengangguran yang berotak kosong. Memang benar bahwa Gao Peizhi berasal dari keluarga kaya, tetapi strategi bisnis semacam ini bukan pemikiran yang dangkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Hujan Dan Angin Jatuh Ke Pangkuanku
RandomShan Rui pria modern yang pekerja keras, esok hari dirinya resmi menjadi Kepala Manager yang ia idam-idamkan selama ini. Tetapi Shan Rui tiba-tiba berpindah ke era kuno, menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, memiliki seorang anak dan sialnya...