Selamat membaca sayangkuuu🌹
Angin malam berhembus, udara terasa semakin dingin, Nathan duduk di balkon, ada sepuntung rokok di jarinya yang sudah terbakar setengah. Manik hitamnya menyorot penuh pada dua foto polaroid di tangan kirinya.
Tak lama, dua foto itu ia remas kuat, melemparkannya pada kotak sampah, lalu kembali menghisap rokoknya dengan pandangan dalam.
"Donne-moi une chance," lirihnya dalam bahasa Prancis. "Ne me déteste pas, je regrette vraiment tout."
"Je t'aime."
Kamar Nathan berada di lantai teratas, bila duduk di sana maka pandangan mata bisa melihat pekarangan yang luas.
Nathan menoleh, menatap jam dinding besar di kamarnya. "Sudah jam segini, dia belum tidur," gumamnya kembali menatap ke depan, tepatnya di gazebo taman, di mana sesosok gadis cantik dengan piyama tidurnya yang duduk di sana.
Nathan berlari keluar, ia menuruni lift dengan tergesa-gesa, lalu keluar berlari menuju taman.
"By...," lirihnya.
Suasana yang hening, membuat suara lirihan Nathan terdengar, Bianca menoleh dengan senyum manis.
"Sini," ujarnya seraya menepuk-nepuk tempat di sisinya.
Nathan melangkah pelan, ia tatap sosok cantik itu penuh damba, debaran jantungnya semakin menggila, tatapan matanya sayu.
"Kenapa belum tidur?" tanyanya sembari duduk di samping Bianca, tangan kanan nya mengelus surai si cantik dengan lembut, sementara rokoknya sudah ia buang
"Ini dini hari, By," katanya lagi.
Bianca diam, ia tersenyum lembut. "Aku kebangun," jawabnya pelan, kedua tangannya meremas piyama yang ia pakai.
"Mimpi buruk?" ucap Nathan, ia bawa kepala si cantik untuk bersandar di bahunya. "Itu cuma mimpi oke, jangan terlalu dipikirkan," lanjutnya menenangkan.
"Iya." Bianca mendongak, menatap wajah rupawan Nathan, hal yang tidak pernah ia pikirkan, saat ini si Antagonis ciptaanya malah menjadi kekasihnya. "Kamu sendiri mengapa belum tidur?"
"Aku tidak bisa tidur." Nathan menghela napas.
"Insomnia?"
"Mungkin," jawab Nathan ragu.
"Kamu besok harus ke kantor," ujar Bianca. "Harus tidur," tambahnya.
"Kamu juga besok harus ke kampus, kan?" Nathan menaikkan satu alisnya, "Temani aku tidur, By."
Bianca menelan salivanya, ia menatap mata Nathan yang nampak sayu, gadis itu menarik napas dalam, ia berdiri seraya menggandeng tangan Nathan.
"Ayo." ucapnya yang membuat Nathan tersenyum senang.
***
Matahari begitu terik, mata Bianca menyipit, kakinya melangkah menyusuri lapangan Universitas, menuju ke fakultas ekonomi.
Dress biru laut dengan sepasang sepatu boots, rambutnya ia ikat setengah, menyisakan anak rambut pada dua sisi telinganya, ransel hitam menggantung di kedua bahunya, Bianca menarik napas dalam saat tiba di gedung fakultasnya.
"Panas sekali," ucapnya, ia menatap para mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang. Bianca menarik headphone di lehernya, menutup kedua telinganya dengan benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...