Selamat datang dan selamat membaca🌹
Bianca duduk, ia kikuk, karena ditatap intens oleh mereka. Matanya menatap Antonio yang memijit pelipisnya.
"Ayah sakit?" celetuknya, ia melupakan kegugupannya tadi.
Sementara Antonio segera menggeleng, ia lupa jika putrinya ini begitu sensitif. "Ayah baik Bia," jawab Antonio lembut, matanya menatap Nathan tajam, bisa-bisanya laki-laki itu menyuruh Bianca duduk di kursinya, sementara dirinya sendiri berjongkok, melepas sepatu Bianca dan menggantinya dengan sepasang sandal berbulu.
"Ayah?" suara penuh kebingungan itu berasal dari Dean, ia menatap Bianca dan Antonio bergantian. "Maksudnya?"
"Bia Putri saya, Tuan," jawab Antonio, membuat Dean terkejut.
Matanya menatap Nathan yang kembali berdiri, melepas ransel si cantik, dan menepuk pelan pucuk kepalanya, matanya memancarkan kelembutan yang hanya akan tertuju pada Bianca.
"Itu Nathan?" bisik Ron pada El, ia menyenggol bahu laki-laki itu kuat hingga membuatnya hampir terjerembab.
"Bukan, itu si kulkas," jawab El ketus, ia memperbaiki kembali posisi duduknya, menatap Ron yang cengengesan.
"Jadi... ah hahaha." Dean tertawa, mengundang tanya dari beberapa pihak.
"Kau gila?" El meletakkan tangannya di kening Dean, langsung ditepis si lelaki
"Tidak, aku waras," sinisnya.
"Lalu kau kenapa?" tanya Ron juga, ia menatap Dean ngeri, apa efek tidak berkumpul membuat sahabatnya itu stres
Dean menggeleng. "Tidak ada, hanya lucu saja dengan pikiranku," ucapnya dengan menatap Bianca dalam.
"Ingin ku lepas matamu itu?" ketus Nathan, ia memutar-mutar pena di tangannya, menatap Dean tajam.
"Santai bro." Dean menggeleng, ia tertawa jenaka.
***
Bianca menghela napas, ia menatap sekeliling kamarnya, setelah tawa jenaka Dean, Nathan langsung membawanya pulang, tanpa izin ayahnya, membuat Bianca meringis.
Tanpa mengetahui siapa dua laki-laki lainnya, Bianca menerawang, apa ia pernah menuliskan dua orang itu di novelnya?
"Sepertinya tidak pernah," gumam Bianca.
"Tapi...." Gadis itu mengalihkan tatapannya, ia menatap sebuah buku yang berisi semua informasi novel 'Kisah Naqila'.
"Mengapa tatapan itu... aku merasa familiar? Aku seperti pernah melihatnya? Apa Bianca dulu pernah bertemu dengannya?" ujarnya dalam keheningan
"Tapi kapan?"
Suasana kembali hening dengan pikiran Bianca yang kacau, ia beralih menatap handphone-nya ketika benda pipih itu bergetar, sebuah pesan masuk di sana.
N. Renata :
Saya mempunyai waktu besok, kamu bisa membawa orangnya kemari, Bia.Itu isi pesan dari Renata, seorang Psikolog, ia membuat janji dengannya.
Me :
Baik, terima kasih atas waktunya.Mengirim balasan, Bianca membuka galeri, menatap jadwal mata kuliah di sana.
"Hanya ada satu besok, pulang dari kampus aku bisa mengajak Nath pergi, tapi..., apa waktunya luang besok," katanya, ia kembali membuka room chat whatsapp dengan Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...