Stela sudah sampai di garasi rumahnya pun segera beranjak turun dari mobil kesayangannya yang berwarna merah itu.
Sesampainya di kamarnya, dia membuka tasnya untuk mencari ponselnya untuk memberi kabar pada Kevin— pacarnya.
Stela menepuk jidatnya sendiri saat menemukan amplop besar yang berwarna coklat yang berada didalam tas miliknya.
"Aduh! Gara-gara mau kencan, jadi lupa kan gue," Stela menggerutu sebal sembari menatap amplop yang saat ini dia pegang.
Dia lupa memberikan tugas kelompoknya kepada Kyra dan Nara, padahal amplop besar berwarna coklat itu tadi pagi sudah dia taruh di dalam tasnya saat dia mau berangkat ke rumah si kembar. Tetapi sayangnya dia lupa akan amplop itu.
Tiba-tiba sebuah ide bagus terlintas di kepala Stela, dia senyum-senyum sendiri saat membayangkan apa yang terjadi nantinya.
"Gue suruh Abang buat nganterin amplop ini aja deh!" Stela bergumam pelan sembari tertawa kecil.
Stela bergegas menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Tubuhnya terasa lengket karena telah joging dan berpanas-panasan.
Setelah selesai mengenakan pakaian, dia berjalan pelan menuju meja riasnya, dia memakai pelembap wajah dan memoleskan lip tint saja. Lagi pula Stela juga udah cantik dari lahir, dia juga tidak suka dengan riasan wajah yang berlebihan.
Stela menatap cermin sambil merapikan rambutnya yang panjang, dia membiarkan rambutnya tergerai indah di punggungnya.
"Let's go! Saatnya menjalankan aksi!" Stela memekik senang.
Stela mengambil tas selempang kemudian memakainya. Dia meraih high heels miliknya kemudian dipakainya, tidak lupa dia membawa amplop besar itu.
Stela yang sudah siap pun langsung menutup pintu kamarnya dari luar, lalu dia berjalan menuruni anak tangga.
"Pasti bang Daren jam segini udah pulang, mungkin sekarang dia sudah berada di dalam kamarnya, maybe?" Stela bermonolog sendiri sembari tersenyum penuh arti.
Daren sendiri yang saat ini sedang asik memainkan ponselnya, tiba-tiba menjadi terganggu akibat suara ketukan pintu di luar kamarnya itu.
Tok, tok, tok.
"Bang Daren!" Stela memanggil nama kakak laki-lakinya berulang kali tetapi tidak ada sahutan dari sang empunya yang kini tengah asik bermain ponsel.
"Brisik, La! Abang udah denger dari tadi, ganggu Abang aja!" Daren menyahut dengan meninggikan suaranya di dalam kamarnya.
Daren menaruh ponselnya di atas nakas dan beranjak turun dari kasur king sizenya, dia langsung berjalan menuju pintu kamarnya untuk membukakan pintu.
"Ada apa manggil Abang terus? Kangen apa gimana?" Daren bertanya sembari menampilkan wajah datarnya.
"Ih, ge-er banget sih bang!" Stela menyahut kesal sebelum menyodorkan amplop besar berwarna coklat.
"Tolongin Stela ya bang, please?
Anterin amplop ini ke rumah Kyra dan Nara temannya Stela," Stela memohon sambil memasang puppy eyes andalannya.Jujur saja, Daren mudah luluh jika adiknya meminta tolong kepadanya sambil memasang puppy eyes andalannya seperti saat ini.
"Gue nggak kenal sama sahabat Lo itu,"
Stela menghela nafasnya pelan. "Nah, makanya anterin bang, biar kenal."
Daren berdecak kesal, dia tidak ingin dan tidak tertarik untuk mengenal cewek manapun. Dia hanya ingin pujaan hatinya, hanya itu saja.
"Kenapa nggak lo aja yang nganterin?" Daren bertanya dengan mata yang masih setia menatap wajah adiknya.
"Tadi Stela lupa bang, sekarang Stela nggak bisa nganterin karena—" perkataan Stela terpotong karna dia sudah mendengar bel rumahnya berbunyi, tanda kalau dia sudah di jemput Kevin— pacarnya.
"Bang udah dula ya? Please anterin ya bang, entar Stela sherlock. Stela udah di jemput sama pacarnya Stela tuh! Bye abangku yang paling ganteng." Stela berpamitan, dia segera meraih telapak tangan kakaknya lalu dia menaruh amplop besar berwarna coklat itu ditangan Daren sebelum akhirnya pergi meninggalkan Daren.
Mau tidak mau Daren menuruti permintaan adik kesayangannya itu. Setelah adiknya pergi, Daren segera masuk kembali kedalam kamarnya, dia berjalan menuju lemari pakaiannya.
Dia mengambil jaket dan celana jeans lalu memakainya, rambutnya yang terlihat acak-acakan menambah kesan seksi dan sangat macho.
Daren mengambil ponselnya yang berada di atas nakas, lalu dia memasukan kedalam saku celananya, tidak lupa dia juga membawa amplop besar yang berwarna coklat itu.
Tidak lama ponselnya bergetar menandakan bahwa dia telah menerima pesan, Daren merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponselnya. Benar saja setelah dia lihat ternyata yang mengirim pesan, dia Stela.
Saat sudah tahu lokasi rumah sahabat adiknya, dia langsung menaiki motor ninja kesayangannya yang berwarna hitam sebelum melajukan motornya.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai dirumah sahabatnya adiknya. Daren turun dari motornya, kini dia sudah berada di depan pintu rumah sahabat adiknya— dia memencet bel beberapa kali dan menunggu.
Tap, tap, tap.
kemudian terdengar suara langkah-langkah kaki yang berasal dari dalam rumah dan pintu terayun terbuka.
Omaygat! Kenapa kakaknya Stela bisa datang kerumah Kyra? Kok dia bisa tahu rumah Kyra ya? Dari jauh aja kelihatan ganteng, apa lagi di lihat dari deket gini? Mana dia ganteng banget lagi, rambutnya yang acak-acakkan bikin dia tambah seksi, gilak! Gantengnya kelewatan! Batin Kyra, dia tengah senyum-senyum sendiri dengan mata yang masih setia menatap ke arah Daren.
Sejujurnya Daren merasa risih karna sedari tadi sahabat adiknya menatapnya terus menerus. "Lihatin gue mulu, sampai kapan Lo liatin gue dan diem terus kayak patung?" Daren melontarkan pertanyaan sembari memutar bola matanya kesal.
Refleks Kyra membulatkan matanya, dia kaget saat mendengar pertanyaan Daren yang terdengar sedikit menusuk baginya, dia merutuki kebodohannya sendiri.
"Eh, maaf kak." Cicitnya pelan sambil menundukkan kepalanya, takut jika Daren kembali menegurnya karena terus-menerus memandangi wajah tampan cowok itu.
Tanpa berniat menyahut Daren segera mengeluarkan amplop coklat dari dalam jaketnya dan menyerahkannya pada sahabat adiknya yang tidak dia ketahui namanya.
"Gue kesini cuma mau nganterin ini, adik gue yang nyuruh,"
Kyra lantas kembali mendongakkan kepalanya lalu matanya tertuju pada amplop bewarna coklat yang saat ini di pegang oleh Daren.
"Katanya Stela tadi pagi dia lupa memberikannya ke Lo, sekarang dia lagi pergi, jadi dia minta gue buat nganterin amplop ini ke Lo," Daren menjelaskan.
Kyra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil ber-oh ria, tanda bahwa dia paham. Dia segera mengambil alih amplop itu dari telapak tangan Daren.
"Makasih kak, maaf kalau udah ngerepotin kakak." Kyra menyahut sambil tersenyum manis.
"Em-hm, ya udah kalau gitu, gue balik dulu." Daren berpamitan untuk pulang.
Daren segera melajukan motor ninja hitam kesayangannya itu untuk pergi meninggalkan pekarangan rumah sahabat adiknya. Sedangkan Kyra hanya senyum-senyum sendiri saat Daren sudah pergi.
o0o
TBC!