•1•

23 12 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi, namun Nara Chalondra tidak pergi ke kantin, tetapi dia pergi menuju taman besar yang berada dibelakang sekolah.

Biasanya jika bel istirahat berbunyi dia langsung bergegas pergi ke kantin untuk makan, namun tidak untuk hari ini. Dia memilih untuk pergi ke taman.

Saat ini Nara sedang duduk dikursi panjang yang letaknya di taman besar yang berada dibelakang sekolah SMA-nya. Dia juga masih kelas sepuluh.

Tadi cinta pertamanya mengirimkannya pesan— mengajaknya bertemu ditaman ketika waktu istirahat sudah tiba. Tentu Nara tidak menolak dan langsung menyetujuinya.

Sejujurnya dia sangat bahagia saat di ajak ketemuan oleh cinta pertamanya. Wajahnya juga tampak berbinar. Sungguh, dia tak sabar akan bertemu dengan Elan.

"El ngajak gue ketemuan dibelakang sekolah ada apa ya?" Nara bermonolog sendiri.

Tiba-tiba seorang remaja laki-laki sudah berada tepat di belakang Nara. Dia datang ke taman ini dengan diam-diam sembari tersenyum manis saat melihat pujaan hatinya sudah duduk dikursi.

Dengan cepat dia langsung menutup kedua mata Nara dengan kedua telapak tangannya untuk memberikan remaja cewek itu kejutan.

Nara sedikit terperanjat karena terkejut, tetapi dia sudah tahu kalau itu adalah Elan— cinta pertamanya. Jantungnya sekarang sudah berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Rasanya Nara ingin pergi dari sini saja, sungguh dia tidak sanggup saat berada didekat Elan. "Elan, lepasin tangan lo, ih!"

Elan hanya tertawa kecil saat mendengar Nara merengek karenanya sembari melepaskan tangannya. "Iya Nara cantik."

Elan segera berjalan menghampiri Nara, lalu dia berjongkok tepat di hadapannya Nara yang masih setia duduk dikursi panjang itu.

Elan tersenyum manis sambil menatap wajah Nara yang cantik nan manis. "Nara... lo mau nggak jadi pacar gue? Kalau iya terima bunga ini, tapi kalau lo nolak, buang aja bunga ini. Gue nggak bakalan maksa. Kalau lo nolak, ya udah nggak apa-apa." Elan berbicara sungguh-sungguh sembari menyodorkan setangkai bunga mawar yang menawan nan harum yang sengaja dia simpan dibalik punggungnya tadi.

Jika ditanya mengapa Elan menyukai Nara dan berharap gadis itu menjadi kekasihnya maka jawabannya adalah Nara suka tersenyum, gadis itu selalu ceria dimanapun dia berada.

Nara membulatkan mata karena tak percaya. Ingin rasanya berteriak sekeras-kerasnya, tetapi dia mengurungkan niatnya itu. Mengingat bahwa saat ini dia masih berada di sekolah.

Hari ini gue bahagia banget sumpah, mimpi apa gue semalam?
Bisa-bisa nya gue ditembak oleh Elan, cowok yang gue sukai dari dulu, gue kira Elan nggak suka sama gue, ternyata gue salah. Batin Nara dalam hati.

Tanpa berpikir panjang, Nara segera menerima setangkai bunga mawar merah itu lalu mencium wanginya  sembari memejamkan matanya untuk sesaat.

Ini mawar wangi banget. kata itulah yang terbesit dipikirannya.

"Jadi lo mau jadi pacar gue, Ra?"

Nara mengangguk malu-malu sebagai responnya.

Elan tidak percaya jika Nara menerima cintanya, dia kira akan ditolak mentah-mentah oleh Nara— tetapi dugaannya salah besar. Jujur, dia bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

*

Ketika bel sudah berbunyi Nara bergegas menuju kelasnya. Saat dijalan dia tidak henti-hentinya tersenyum malu-malu mengingat kejadian romantis tadi.

Bahkan Nara tidak pernah menduga jika cinta pertamanya akan menembaknya seperti tadi. Menurutnya kejadian tadi adalah hal yang tidak terduga.

Setibanya di kelas, Nara langsung menghampiri Vio— sahabatnya. Keduanya juga duduk sebangku.

"Gue seneng banget, Vi!" Nara memekik senang, wajahnya terlihat begitu berbinar, lalu dia berhambur ke pelukan sahabatnya.

"Kenapa lo? Kelihatannya bahagia banget?" Vio bertanya antusias, dia masih fokus terhadap sahabatnya yang menurutnya super-super bawel.

"Masa Elan tadi nembak gue, Vi? Gue seneng banget!" Nara menyahut heboh sekaligus bahagia.

Vio langsung memasang raut wajah tak suka. Dia sakit saat mendengar penjelasan yang membuat Nara bahagia seperti ini.

Gimana tidak sakit coba? Vio sudah menyukai Elan dari kelas tujuh SMP.

Tetapi sayangnya Elan menyukai Nara. Jelas Vio merasa tidak terima, dia jadi merasa tersaingi. Vio seketika tersenyum jahat dibelakang Nara.

Nara ditembak oleh Elan? Apa-apaan tuh si Nara, enak aja Nara ngomong kayak gitu, nggak tahu apa hati gue sakit. Elan itu punya gue, nggak boleh ada orang yang bisa dapetin dia kecuali gue, nggak peduli sahabat gue atau bukan, yang bisa dapetin Elan, siap-siap aja. Hidup lo nggak bakalan bahagia. Gue bakal rebut Elan dari lo dari belakang, Ra. Gue egois? Gue fakefriend? Bodoamat, gue nggak peduli. Batin Vio dalam hati.

"What?" Vio membeo, pura-pura terkejut.

Nara segera melepaskan pelukannya, lalu dia tersenyum ceria. "Iya, Vio. Masa lo nggak percaya sama gue sih?"

"Iya gue percaya kok." Vio menjawab sembari tersenyum palsu di hadapannya Nara.

Demi apapun Vio sangat membenci Nara, menurutnya Nara adalah cewek yang hampir sempurna. Jujur dia iri terhadap Nara.

Vio ingin lebih dari Nara, tidak peduli jika Nara sahabatnya. Nara cantik, pintar, dan Kaya. Sementara dirinya? Bahkan dirinya merasa tidak sebanding dengan Nara.

Maka dari itu Vio ingin menghancurkan Nara dengan cara merebut Elan dari Nara. Tidak peduli jika dia dicap sahabat bangsat oleh Nara.

Tidak sekarang, tetapi nanti dia akan membuktikan bahwa dia bisa merebut Elan dari Nara. Dia ingin Nara hancur karenanya. Dia sudah terlalu sakit, tidak adil rasanya jika hanya dia yang merasakan sakit ini.

Gue seneng banget punya sahabat yang baik seperti Vio. Vio sudah gue anggap seperti saudara gue sendiri layaknya seperti kembaran gue. Sekarang hidup gue jadi lebih berwarna karna cowok yang gue cintai akhirnya nembak gue. Semoga keduanya tidak mengecewakan gue. Batin Nara dalam hati.

Mengingat bahwa Nara tidak tahu jika sahabatnya selama ini hanya pura-pura baik terhadapnya. Jadi Nara masih bahagia untuk saat ini. Bahkan Nara tidak tahu jika Vio akan menghancurkan hubungannya.

*

TBC!

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang