"Mas." Panggil Vano saat Danu sedang duduk di ranjang rumah sakitnya, memakan bubur hambarnya.
"Kenapa?" Tanya Danu masih fokus pada makanannya. Walaupun rasanya bener-benar dibawah rata-rata tapi karna dia lapar dan gengsi menyuruh Vano untuk membelikannya makanan maka Danu mau tak mau memakan bubur hambar itu.
"Oh iya, kemaren ada yang mau lo omonginkan? Ada apa?" Tanya Danu, mengambil gelas yang berisi air putih dinakas dekat tempat tidurnya dan meneguk semua isi gelas tersebut.
Vano menghela nafas berat dan memberikan sebuah gambar yang memperlihatkan sebuah foto rahim dan sebuah titik sebesar biji selasih disana.
"Lo ngehamilin orang?" Tanya Danu yang dibalas anggukan pelan oleh Vano.
Danu mengerutkan keningnya heran. "Terus, hubungannya sama gw apa? Berharap gw-"
"Yang hamil itu mas Danu." Sela Vano membuat Danu hanya bisa terdiam.
"Hahaha, lo jangan ngelawak deh. Lo nakutin gw tau." Danu berpura-pura tertawa dan menatap Vano tak percaya.
"Aku jujur mas, apa perlu aku bawain dokternya yang ngecek mas kemarin? Aku juga punya suratnya." Vano mengeluarkan sebuah berkas dan langsung diambil alih oleh Danu.
Dengan saksama pria tersebut membaca kertas tersebut, kata demi kata dia baca dan Danu hanya bisa tertegun melihat diagnosa yang dokter terahkan disana untuknya.
Danu hanya bisa diam, namanya tertulis jelas dalam kertas itu tanda tangan sang dokter juga memperjelas bahwa kertas itu memang bukan sebuah editan atau semacamnya.
"Jangan gini Al, gw gak suka." Danu menunduk menatap kertas tersebut dengan tatapan kosong. Kedua tangannya meremas kertas tersebut kuat.
"Maaf mas, aku gak sengaja..."
"LAMBEMU GAK SENGAJA!!" Danu merobek kertas tersebut hingga menjadi serpihan kecil. Melemparkan serpihan kertas tersebut di wajah Vano dan menangis.
"PLEASE NGOMONG SAMA GW, LO BECANDAKAN! DIA GAK TUMBUHKAN DIPERUT GW!? BILANG AL, BILANG!!" Danu berdiri depan Vano. Kedua matanya terus menerus mengeluarkan air mata. Tatapannya tampak takut dan bingung.
"Mas-"
"Gw lagi banyak pikiran Al jangan nambahin beban pikiran gw..." Ucap Danu dan akhirnya pingsan. Untung Vano dengan sigap menangkap tubuh tersebut hingga Danu tak terluka.
"DOKTER!!" Panggil Vano panik memencet sebuah tombol didepan ranjang Danu.
Beberapa menit kemudian seorang dokter masuk kedalam ruangan milik Danu dan mulai memeriksa tubuh Danu.
"Gimana dok?" Tanya Vano pada sang dokter yang juga memeriksa Danu beberapa hari yang lalu.
"Dia hanya syok, kamu baru saja memberitahukannyakan?" Tanya sang dokter yang diangguki oleh Vano.
"Hmm, itu lebih baik dari pada kau memberitahunya lebih awal. Mungkin kesehatannya akan lebih bermasalah."
"Terus saya harus gimana dok?"
"Cukup perhatikan mood pasien dan jangan mengkasarinya. Ini pasti sulit untuk dia terima." Vano hanya diam menatap wajah Pujaan hatinya. Dia memang senang mendengar kabar itu tapi jika ini konsekuensinya dia merasa tak enak.
"Oh iya perkenalkan nama saya William. Kau boleh memanggilku dokter Liam." Dokter William menjulurkan tangannya dan dijabat hangat oleh Vano.
"Nama saya Vano, panggil Vano aja. Mungkin saya bakalan lebih sering repotin dokter William nanti jadi mohon bantuannya ya dok." Vano tersenyum kecil.
"Iya, lagi itu udah jadi tugas saya." Keduanya mengangguk dan melepaskan jabat tangannya.
"Kalo begitu saya undur diri, masih ada pasien yang harus saya priksa."
"Iya silahkan." Kemudian dokter William pergi meninggalkan ruangan tersebut meninggalkan Vano dan Danu berdua.
•••
Satu jam berlalu, Vano hanya diam disana. Duduk disebuah sofa dan memerhatikan Danu yang tertidur di ranjangnya. Beberapa detik kemudian Danu menunjuk pergerakan dimana itu adalah tanda jika dia akan bangun.
"Mas..." Vano mendekati Danu tapi pria dewasa tersebut tampak berpaling, membalikkan tubuhnya memunggungi sang pemuda. Vano hanya menghela nafas pelan dan duduk didekat Danu.
"Maaf mas, aku gak tau kalo bakalan begini." Ucap Vano pelan, menumpu dagunya di kasur Danu.
"Aku bakalan tanggung jawab. Kalo perlu mas gak perlu kerja." Vano melirik Danu yang tak bergerak sama sekali.
"Vano bakalan kerja buat mas-"
"Jangan gila, lo masih dibawa umur." Sela Danu tak berbalik sama sekali.
"Tapi satu bulan yang lalu aku udah 18 tahun."
"Lo masih belajarkan? Gw gak mau ngebebanin lo-"
"Bukannya aku yang ngebebanin mas?"
"Andai aja dedek bayi gak muncul." Ucap Vano dengan sedih. Dia sedih karna merasa sebagian darinya ditolak oleh sang pujaan hati. Tapi dia sadar bahwa tak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya seorang anak SMA.
"Gak, ini salah gw. Gw ceroboh. Andai gw gak pergi. Andai gw gak salah masuk mobil dan andai gw-"
"Udah lah, lo pergi aja. Ini masalah gw." Vano tersentak. Apa maksudnya ini malah miliknya? Ini terjadi karenanya juga kan? Dia yang menanam benih itu.
"Maksud mas gimana? Mas gak ngakuin kalo aku ayah dari-"
"LO MASIH KECIL AL LO GAK TAU APA-APA. LO GAK BISA APA-APA!!" Seru Danu. Dia bangkit dari kasurnya dan membelakangi Vano.
"Masalah ini gak sekecil yang lo kira. Hal ini bukan tentang lo atau gw tapi dia juga. Ini gak semudah yang lo pikirin." Danu menunduk menatap ubin keramik yang terasa dingin dikakinya.
"Memangnya apa yang aku pikirin?"
"Orang hamil butuh banyak pengeluaran Al, gw cuman orang biasa yang ke kota buat hidupin adek gw di desa."
"Orang tua gw bisa bantu kita-"
"Gw gak suka hutang budi. Apa lagi sama orang kaya lo." Dalam diam Danu mengepalkan tangan. Air matanya turun membasahi pipinya berbagai macam gambaran dirinya dimasa depan terlintas di kepalnya membuatnya takut.
"Kenapa mas? Sebegitu bencinya mas sama aku?"
"Salahku-"
"Ini bukan tentang lo ataupun sikap lo. Ini tentang derajat."
"Gw cuman orang miskin. Beda sama lo. Dimana dengan gampang lo permainin orang-orang kaya gw."
"Gw benci sama kehadiran orang kaya lo."
"Jadi mending lo pergi dari sini." Lanjut Danu membuat Vano mundur perlahan dan berbalik pergi dari sana.
Danu menangis, hatinya terasa nyeri. Didalam sana terasa seperti ribuan pedang sedang menusuk-nusuk hatinya.
"Gw gak tau harus apa. Gw gak suka mereka. Gw gak tega sama lo. Gw takut. Gw takut." Gumam Danu remas perutnya
To be continue
Gimana menurut kalian tentang bab kali ini?
Kalo kalian jadi Danu kalian bakalan terima tawaran Vano atau gak? Tulis alasannya juga ya (≧▽≦)
Written: Sab 24 Agust 2024
Publish: Sab 2 November 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Bottom [MPREG]
Ciencia FicciónNama gw Danuja Satiorjo, Seorang pria kantoran biasa yang punya hidup yang sederhana. Punya gebetan dan nafsu sama melon kembar. Tapi gimana kalo gw, Danuja Satiorjo pria tulen macho tiba-tiba hamil gara-gara Having sex dengan bocah ingusan!? "Maaf...