BAB II

15 6 4
                                    

>>>>>SENANDIKA<<<<<
"dinginnya pawana mengalahkan segala nya, seolah menusuk atma yang di penuhi sunya, prabhu yang ku cinta kini menghilang seiring dengan berjalannya samaya"-Starlla

samaya semakin berlalu, dari sore menuju malam, Sandyakala menemani Starlla bersama hembusan pawana yang membuat nya sedikit merasa kedinginan, dan lebih parahnya tak ada satu pun Atma yang memeluk nya.

"kamu kenapa? ko dari tadi diem aja" Athalariq bertanya dengan nada yang lembut, membuat Starlla takjub padanya, tetapi seperti biasa, Starlla tidak pernah mau seseorang mengetahui kondisi dia yang sebenarnya. "ohh aku gapapa ko, kayanya karna aku terlalu kecapean, soalnya tadi sebelum kesini aku ada acara lain" jawab Starlla dengan sedikit kebohongan, padahal aslinya dia sangat ingin berbincang dengan asik bersama mereka. "acara apa tuhh" sepertinya Athalariq sengaja membuka topik pembicaraan, agar Starlla tak diam terus sendirian. "tadi aku habis nari di acara puncak hut ri" menari dan bernyanyi adalah hobi Starlla dari ia kecil.

lalu mengapa menulis tidak menjadi hobi Starlla? "dia seperti Bumantara yang Anindhita, sangat jauh untuk dapat aku gapai, memiliki nya hanya sebatas Chaya, maka aku memilih untuk memilikinya di dalam sebuah aksara di hiasi dengan Prosa."-Starlla
kalimat di atas dapat menjadi jawaban dari pertanyaan pertanyaan itu.

"wihh keren banget, ternyata kamu bisa nari yah" jawab Athalariq, dan Starlla bisa merasakan sesuatu yang baru saja Athalariq ucap itu bukan sebuah kebohongan, mereka berdua pun akhirnya mengobrol, Athalariq sedikit bertanya tentang apa saja bakat yang Starlla punya. Starlla merasa aneh pada dirinya sendiri, perasaan tadi dia sangat gugup berbicara dengan orang baru, tapi ntah mengapa saat berbincang dengan Athalariq rasa gugup itu menghilang, dan Starlla mulai sedikit cerewet, tidak seperti biasanya.

saat sedang asik berbincang berdua, tiba tiba Algas ikut mengobrol saat Starlla dan Athalariq mulai membahas ilmu bela diri, selain menari, Starlla juga ikut kelas bela diri, sama seperti Algas, oleh karna itu Algas ikut mengobrol dengan mereka, ntah mengapa Starlla malah sangat excited mengobrol dengan Algas, padahal seharusnya itu tidak boleh terjadi, karna algas sudah mempunyai pasangan.

saat sedang asik mengobrol, tiba tiba ada seorang laki laki menghamipiri mereka, dan ternyata laki laki itu ingin bertemu dengan Narlaletta, Starlla tidak tau hubungan apa antara mereka, tetapi nampaknya mereka sangat mesra, seperti sepasang kekasih. tida lama kemudian Algas pergi meninggalkan mereka, Starlla tida tau dia akan pergi kemana, dia berusaha acuh terhadap Algas.

mereka lanjut mengobrol hingga tak terasa Sandyakala sudah berlalu, dan Ambara sudah mulai gelap. Starlla merasa sangat senang berbincang dengan Athalariq, meskipun Starlla bicaranya sedikit berantakan, Athalariq tetap dapat mengerti maksud nya, terbiasa memendam semuanya sendirian, membuat Starlla tak mampu mengontrol kalimat kalimat yang akan dia keluarkan. mereka mengobrol seputar pendidikan dan yang lain lain, hingga tak di sadari Starlla mulai membicarakan keluarga nya, keluarga yang tidak terlalu mengukir banyak kebahagiaan di hidup Starlla, karna kedua orang tua nya memiliki sebuah usaha yang mengharuskan mereka berpindah pindah tempat bahkan hingga ke luar kota. lagi lagi Starlla tak mengerti mengapa bisa dia terbuka seperti itu terhadap orang lain yang baru saja dia kenal, alih alih berhenti bicara, Starlla malah semakin melanjutkan cerita nya, taada sedikitpun rasa takut, yang ada hati dan pikiran Starlla mulai tenang. Athalariq mendengarkan ceritanya dengan detail, Starlla merasa sangat di hargai karna sudah di dengar.
lalu obrolan mereka pun berlanjut pada alasan mengapa Starlla bisa masuk rumah sakit.

ATLANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang