JEJAK HUJAN YANG TERTINGGAL

8 2 0
                                    

------------🌸

Hari ini, hujan kembali turun. Sekali lagi, bayangmu hadir dalam benakku. Tapi tenang saja, Tuan, aku tak akan mengusikmu lagi. Aku tetap teguh pada pendirianku, rela melepaskanmu untuk mengejar kebahagiaan bersama perempuan lain. Aku mengerti bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tak membalas perasaan itu.

Aku pamit, Tuan. Semoga hujan malam ini mampu menghapus jejak kenangan tentangmu, meski aku tahu itu sulit. Dan semoga, kamu menemukan kebahagiaan dengan keadaan yang ada sekarang.

Namun, Tuan, ada sesuatu yang tak pernah bisa kusampaikan padamu, meski keinginan itu ada. Di antara tetesan hujan ini, ada berjuta kata yang tertahan di ujung lidahku, tersembunyi di balik senyum yang selalu kupakai di hadapanmu. Kata-kata itu tak pernah terucap, terperangkap dalam hati yang penuh harapan namun tetap tahu diri. Harapan yang kini kupasrahkan kepada waktu, biarlah waktu menjadi saksi bisu dari semua yang tak pernah terungkap.

Setiap kali hujan turun, aku selalu teringat pada momen-momen ketika kita masih berbagi cerita. Saat kita duduk berdua, hanya ditemani secangkir kopi hangat dan obrolan tanpa akhir. Waktu itu, dunia terasa begitu sederhana, hanya ada aku dan kamu. Tapi kini, semua itu hanya menjadi kenangan yang terkubur dalam relung hatiku, tak lagi dapat kugapai.

Aku ingat jelas ketika kamu pertama kali berbicara tentang mimpimu, bagaimana kamu ingin menjelajahi dunia dan menemukan makna dari setiap perjalananmu. Aku begitu terkesan dengan semangatmu, dengan binar matamu setiap kali berbicara tentang masa depan. Saat itu, aku mulai jatuh cinta padamu, meski aku tahu perasaanku belum bisa disebut cinta sejati. Namun, aku juga tahu, aku hanya bisa mendukungmu dari kejauhan, karena aku tidak bisa bersamamu bukan karena aku tidak bisa jatuh cinta kepadamu, melainkan karena kita memiliki perbedaan yang sangat besar.

Kini, aku hanya bisa berharap agar setiap langkahmu selalu diberkahi, agar setiap mimpimu terwujud tanpa halangan. Aku tak pernah berhenti mendoakan yang terbaik untukmu, meskipun aku melakukannya dari tempat yang jauh, dari sudut hatiku yang terdalam. Dalam setiap doa yang kupanjatkan, terselip harapan agar kamu selalu bahagia, meski kebahagiaan itu tak bersamaku.

Tuan, mungkin aku tak pernah cukup berani untuk mengungkapkan perasaanku yang baru tumbuh ini. Aku takut, takut kamu akan menjauh jika mengetahui betapa aku mulai menyukai kamu. Jadi, aku memilih untuk diam, menyembunyikan perasaan ini di balik senyum dan tawa yang kugunakan sebagai topeng. Namun, diamku ini bukan berarti aku tak peduli. Sebaliknya, diamku adalah bukti dari betapa besar ketertarikanku padamu, yang tak ingin mengganggu atau merusak kebahagiaanmu.

Aku pamit, Tuan. Semoga hujan ini mampu menghapus semua rasa yang pernah ada. Tapi jika suatu saat nanti hujan turun dan kamu teringat padaku, ketahuilah bahwa aku tak pernah benar-benar pergi. Aku hanya mundur agar kamu bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri. Mungkin, di tempat lain, di waktu yang berbeda, kita akan bertemu lagi. Namun untuk sekarang, biarlah aku pergi membawa kenangan tentangmu, meski kenangan itu akan selalu tinggal di hatiku.

Dan jika pada akhirnya kita benar-benar tak bertemu lagi, aku hanya berharap kamu mengingatku sebagai seseorang yang pernah hadir dalam hidupmu, seseorang yang pernah mulai jatuh cinta padamu, meskipun kamu tak pernah mengetahuinya.

------------🌸

PAMIT DENGAN SEJUTA MAAF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang