MENUTUP BAB YANG TELAH USAI

4 2 0
                                    

------------🌸

Ada kalanya kita harus menghadapi momen-momen sulit, salah satunya adalah belajar merelakan seseorang yang pernah begitu berarti dalam hidup. Termasuk dirimu.

Iya, kamu. Kamu tidak salah dengar. 
Kamu memang pernah menjadi salah satu yang paling berharga dalam hidupku. Namun itu dulu, bukan sekarang. Aku pernah memberikan tempat istimewa di hatiku untukmu, tetapi kamu justru mengabaikannya.

Kamu pernah mengatakan bahwa aku juga adalah salah satu yang paling penting dalam hidupmu, tetapi kenyataannya, itu hanya sekadar ucapan, bukan dari hati. Karena jika benar-benar dari hati, kamu tidak akan menempatkanku sebagai prioritas terakhir. Setidaknya, jika bukan yang pertama, aku berharap bisa menjadi yang ketiga setelah keluarga dan pekerjaanmu, karena aku sadar, kita memang hanya sebatas teman.

Tetapi seiring berjalannya waktu, aku sadar bahwa harapan-harapan itu hanya akan membuatku terjebak dalam bayang-bayangmu. Aku mulai memahami bahwa merelakanmu pergi bukan berarti kehilangan, melainkan memberi ruang bagi diriku sendiri untuk tumbuh dan menemukan kebahagiaan yang sejati.

Mungkin dulu aku terlalu takut untuk melepaskanmu, karena aku pikir kebahagiaanku bergantung padamu. Namun kini, aku menyadari bahwa kebahagiaan itu tidak seharusnya bergantung pada orang lain. Aku berhak untuk bahagia, dan aku memilih untuk menciptakan kebahagiaanku sendiri.

Meski sulit, aku memilih untuk merelakanmu dengan ikhlas. Biarlah kenangan tentangmu tetap menjadi bagian dari perjalanan hidupku, tapi aku tidak akan lagi terpaku pada apa yang pernah kita miliki. Aku akan melangkah maju, meski tanpa dirimu di sisiku. Karena aku tahu, inilah jalan terbaik bagi kita berdua.

Mungkin ini adalah akhir dari bab kita bersama, tapi bukan akhir dari ceritaku. Aku pamit. Bye.

------------🌸

PAMIT DENGAN SEJUTA MAAF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang