29. Robert Tama Varendra

41.3K 4K 236
                                    

Tandain yak kalo typo
Mintak tolong🌷

Selamat membaca sayangkuuu🌹

Bulan bersinar terang, bintang pun begitu, malam ini nampak cantik dengan sinarnya. Begitu indah jika dilihat, tidak bisa digambarkan, belum lagi angin malam ini yang begitu sejuk, menambah kenyamanan bagi penikmatnya.

Bianca merenung, ingatannya melayang pada kejadian dua hari yang lalu. Pulang kuliah ia melihat kedua tangan Nathan yang sudah berbalut perban, bahkan warna merah masih nampak, yang berarti darahnya belum kering.

Apa yang terjadi dengannya?

Apa yang menyebabkan sakit Nathan kembali kambuh?

Bukankah seharusnya ia sudah bisa mengontrol? Tapi mengapa?

Banyak pertanyaan di kepalanya, namun tidak bisa diutarakan begitu saja. Belum lagi melihat Nathan yang selalu menatapnya penuh akan sesal.

"Apa yang terjadi padanya?" gumam Bianca pelan

Matanya beralih ke bawah, menatap sekitar di mana ada bodyguard yang berjaga, berjalan mengelilingi mansion dan sekitarnya demi keamanan sang pemilik dan semua orang.

Ia menghela napas pelan, rumit di kepalanya dan sungguh berisik, rasanya sakit, Bianca memilih masuk. Gadis cantik itu memilih membaringkan tubuhnya, memejamkan mata, berharap rasa sakit itu hilang esok harinya.

Mengingkari janjinya yang akan menunggu Antonio pulang malam ini.

***

"Apa yang kau dapat?" tanya Nathan, kaki kanannya ia letakkan di atas kaki kiri, menatap dua bawahannya yang berdiri dengan posisi tegap

Dia Deo, laki-laki itu maju lebih dulu, menyerahkan beberapa lembar foto beserta dengan sebuah flashdisk.

"Ini yang Saya dapatkan beberapa hari ini Tuan, semua sudah saya rekap di flashdisk itu," ucap Deo.

Nathaniel mengambil lembar foto itu, bibirnya tersungging dengan senyum miring, menatap dua sejoli yang dikenalnya.

"Naren?"

"Sama Tuan, semua laporan saya di rekap dalam satu flashdisk itu," jawab Naren.

Nathan mengangguk, ia menatap benda kecil itu. "Apa..., di sini ada laporan tentang siapa orang di belakangnya, Deo?"

"Ada Tuan, sedikit sulit menggali informasi orang itu, namun akhirnya saya berhasil setelah mengikutinya diam-diam kemarin."

Hening di ruangan itu membuat Naren menyenggol lengan Deo, keringatnya sebesar biji jagung. Gugup sekali setiap kali menghadap Tuannya ini.

"Kalian boleh pergi!" titah Nathan yang membuat keduanya menghela napas lega

"Baik Tuan, kalau begitu kami permisi," ujar keduanya serentak, meninggalkan Nathan di ruangannya sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Antonio sudah pulang sejak sejam yang lalu. Nathan mengambil flashdisk itu, menyambungkannya pada laptop.

Matanya menatap fokus pada layar, wajahnya tidak berekspresi, namun ada riak terkejut di netranya, sesuatu yang baru ia ketahui sekarang.

"Kau... Anak dari bajingan itu heh," kekehnya dengan tawa hambar. "Dan lagi...."

Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar. "Sejak kapan kau mempunyai kembaran, Dad!" katanya

"Robert Tama Varendra, jadi di masa lalu kau menggunakan keponakan tirimu untuk membuat hidupku hancur," ujarnya dengan senyum sinis. "Pantas dulu bajingan itu tiba-tiba menghilang, ternyata kau yang menutup rapat identitasnya."

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang