ARJUNA [3]

277 26 34
                                    

𝐃𝐢𝐬𝐜𝐥𝐚𝐢𝐦𝐞𝐫⚠️


𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐭𝐚. 𝐓𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐤𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐮𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐚𝐬𝐥𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡. 𝐃𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠-𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠.

𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐚 𝐟𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 🧚‍♂️
_____________________

Apa ini? Bola mata Sera terasa panas. Dadanya juga bergemuruh hebat menghasilkan letupan-letupan api panas yang membuat bola mata bulat mengembun.

"Sera!...bangun!, Kita sudah sampai." Ujar Arjuna sedikit meninggi, setelah beberapa kali membangunkan gadis yang terlelap, hingga enggan untuk bangun.

Perlahan, tapi pasti. Sera mengerjapkan mata, setetes air keluar, cepat-cepat ia menyeka sebelum Arjuna menyadarinya. "Udah sampai ya?." Jawabnya dengan nada serak, serta mata yang memerah delima.

"Udah dari tadi. Kamu kebanyakan tidur."

Serana bersorak dalam hati. Rasanya gembira saja, ternyata perkataan buruk yang baru saja ia dengar semua hanya mimpi semata. Tetapi, rasa gembira tak bertahan lama. Sera belum tahu pasti, apakah Arjuna sudah benar-benar mempunyai pasangan, ataupun sedang menjalani masa lajangnya.

"Om...nanti malam ajarin Sera ngerjain tugas ya."

"Katanya mau drakoran." Sindir lelaki itu.

"Nggak...mendadak pengen belajar."

"—belajar buat anak sama om." Imbuhnya dalam hati, tak lupa senyum licik terbit dari wajah imut itu.

Arjuna hanya mengiyakan, sebelum pada akhirnya mereka berjalan berdampingan memasuki kawasan rumah mewah dengan penjagaan yang ketat.

***

"Kamu yang akan maju pada pilkada tahun ini, Aryo." Teh hijau panas masih mengeluarkan asap. Menemani keheningan yang tercipta antara dua orang dewasa. Aryo masih terdiam, menikmati setiap sesapan demi sesapan teh hijau panas yang terasa pahit, hingga ia beberapa kali terpejam saat teh terapi itu membasahi lidahnya.

"—saya rasa, kamu yang pantas mendaftarkan diri dalam pemilihan kali ini." Lanjut Airlangga—seorang presiden yang akan mengakhiri masa jabatannya dalam waktu dekat ini.

"Kenapa harus saya pak?. Banyak anggota perwakilan lain yang lebih bisa memegang kota Jakarta ini."

"Tapi, saya lebih mempercayai kamu. Terhitung sepuluh tahun kamu mendampingi saya, menjadi ajudan pribadi yang begitu kompeten. Tak ada alasan lain bagi saya, untuk tidak mengajukan kamu dalam pilkada tahun ini."

"—Dan, lagi pun. Saya tidak bisa mencalonkan Sasmita untuk maju pencalonan tahun ini. Karena, sebentar lagi penggeledahan berkas akan dilakukan badan kejaksaan. Semua kejahatan yang dia lakukan diam-diam akan diungkap dalam waktu dekat ini."

"Bapak mengetahuinya?." Tanya Aryo semakin penasaran.

"Tahu...tidak lama ini tim kejaksaan mengamati gerak-geriknya."

"Bagaimana dengan Pak Restu?. Apa beliau juga mengetahui pencalonan ini?."

"Dia justru yang merekomendasikan kamu ke saya. Setelah tim penyelidik KPK memberi rambu-rambu pada saya, dia lah yang menunjuk kamu untuk pencalonan pilkada tahun ini."

ARJUNA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang