ARJUNA [2]

324 30 33
                                    

𝐃𝐢𝐬𝐜𝐥𝐚𝐢𝐦𝐞𝐫⚠️

𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐭𝐚. 𝐓𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐤𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐮𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐚𝐬𝐥𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡. 𝐃𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠-𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠.

𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐚 𝐟𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 🧚‍♂️
_____________________

Pagi sekali, lebih tepatnya hari senin. Meja makan dengan desain megah terisi dua pasang orang tua dan anak yang saling menciptakan keheningan. Aryo memilih menghadap pada layar tab, sedangkan Sera memilih fokus melahap salat sandwich roti yang dimasak oleh pelayan rumah.

"Makan yang kenyang, hari ini upacara kan?."

Sera mengangguk lesu, tak minat untuk menghabiskan sandwich kesukaan. Antara bosan dan malas. Setiap hari hampir tak pernah bertemu dengan nasi. Sandwich telor mata sapi dipadukan aneka sayuran di dalamnya menjadi santapan Sera sehari-hari.

"-kemarin, kata Arjun. Kamu belum mencapai target yang Ayah berikan?." Tanya Aryo dengan mata yang beralih menatap Serana, serta kacamata bening yang sengaja dipelorotkan.

Serana mengangguk dengan mulut yang penuh makanan. Bukan karena lapar, tapi ia ingin segera menyudahi acara sarapan yang berujung penghakiman sepihak padanya.

"-lain kali ditingkatkan lagi. Ayah akan tetap memantau perkembangan fisik kamu." Ujarnya kembali terfokus pada layar besar sebuah tablet Androidnya.

"-nanti malam, ayah akan mengadakan rapat dengan pak presiden. Tolong pintu kamar jangan lupa dikunci. Gorden rumah jangan lupa ditutup. Suruh Aris dan Danu jaga di depan pintu rumah."

"Om Arjuna ikut ayah?."

"Dia berjaga di depan gerbang pintu masuk."

Sena menunduk. "Mas Danu bisa diganti sama Om Arjuna yah?."

Alis Aryo memincing sebelah. "Kenapa?."

Sera mati kutu. Otak cerdasnya diprogram begitu cepat hingga dapat dengan mudah menampilkan jawaban yang tepat.

Oke, Serana harus rileks agar dapat meyakinkan ayahnya.

"Sera nggak terlalu akrab sama Mas Aris. Orangnya cuek, nggak bisa diajak ngobrol. Mending sama Om Arjun, udah kenal sama Sera..."

Aryo nampak terdiam sejenak, sebelum pada akhirnya. "yasudah, nanti Ayah usahakan."

Sera sontak bersorak dalam hati. Tak mungkin diungkapkan, bisa-bisa Aryo menaruh curiga padanya. Dengan cepat, Serana menghabiskan segelas susu hingga tandas sebelum menyambar tas ransel putihnya.

"Mulai sekarang, kamu jangan naik taksi..."

Sera menoleh cepat. "Kenapa, Ayah?."

"Ajudan Ayah yang akan mengantar jemput kamu, agar kamu tidak keluyuran kayak kemarin. Bagaimana jika media tau? Orang terkemuka seperti Ayah, mempunyai anak binal seperti kamu?."

Hati Sera mendidih. Panas dan juga sakit. Sejak kapan Serana menjadi binal?. Perasaan, semua ucapan perintah Aryo selalu ia laksanakan tanpa terkecuali. Baru satu kesalahan saja, Aryo melupakan seribu kebaikan yang Serana lakukan padanya.

Sungguh tidak adil.

"Aku-aku tidak ingin ayah..."

Bukan Aryo namanya, mempertimbangkan? Tidak!. Keputusan Aryo seperti juri pada perlombaan. TIDAK DAPAT DIGANGGU GUGAT.

ARJUNA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang