Muara Angke, Jakarta. Bagian tempat yang berada di sebelah utara pantai Jakarta. Memiliki penduduk dengan mayoritas mata pencaharian sebagai nelayan dan juga ABK. Ya, bagaimana tidak? Lokasinya saja berdekatan dengan pantai.
Hiruk pikuk terdengar nyaring, ibu-ibu menggendong anaknya menunduk seraya menawar dagangan ikan. Cat rumah yang mulai memudar dengan jendela kecil, digunakan para warga menilik dari dalam.
Kali ini, rombongan Aryo beserta timses tengah blusukan ke dalam pemukiman warga, yang dipenuhi ikan asin di setiap sisinya. Sampai-sampai, beberapa kali Sera harus menahan mual dengan menutup hidung. Arjuna yang melihat, lantas menyodorkan masker dan langsung diterima oleh Sera saat itu juga.
Tangan kecil menarik-narik bajunya dari bawah. Sera menoleh ke bawah, gadis kecil setinggi pahanya menatap lucu dengan ingus kuning yang sesekali keluar masuk.
Hati Sera menghangat, merogoh tisu dan membersihkan ingus yang meluber. "Kenapa, adek?"
"Bapak itu bakal jadi presiden ya?" Tanya anak perempuan dengan polosnya.
"Bukan, sayang. Bapak itu akan menjadi pemimpin kota ini. Sedangkan, kalau Presiden kan memimpin negara, paham?" Gadis kecil lantas mengangguk, tak lupa mengucap terimakasih sebelum melesat pergi setelah dipanggil oleh teman-temannya.
Interaksi kedua perempuan berbeda umur itu, tak luput dari perhatian Arjuna dari sampingnya, hingga tak sadar garis lengkung bibir menarik manis membentuk dimple yang manis.
"BAPAK, TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA. KAMI SANGAT TERSANJUNG ATAS KUNJUNGAN ANDA KEMARI,"
Begitulah kira-kira teriakan antusias dari beberapa warga. Sera tak dengar selanjutnya, kepalanya pening disertai demam yang cukup tinggi. Apa efek berenang tadi malam ya? Sekiranya seperti itu.
Arjuna mendekat, mendaratkan punggung tangannya di atas dahi Sera dan membolak-balikkan sebanyak dua kali. "Kamu demam, Sera," ucap Arjuna dengan nada khawatir langsung menggendong ala bridal style tanpa menanyakan persetujuan dari sang empu.
Arjuna menerobos kerumunan, beberapa pertanyaan selalu lolos dari seseorang yang dilewatinya. Bahkan, Rendy sempat mengikuti langkah Arjuna dari belakang. Namun, apa yang dikatakan Arjuna kepada Rendy? "Kamu selesaikan tugasmu dulu, Sera adalah tugas saya sebagai Ajudannya."
Wajah pucat pasi tak memiliki tenaga untuk melerai mereka berdua. Sera yang berada dalam kuasa Arjuna, hanya bisa menyandarkan kepala beratnya ke dada bidang lelaki itu.
Arjuna membuka kasar pintu mobil alpard, dan membuat kursi bangku menjadi datar agar Sera dapat berbaring nyaman. Dengan cekatan, dirinya merogoh kotak P3K, mencari obat pereda demam di sana.
Sementara itu mesin mobil ia nyalakan agar dapat menghidupkan AC, lalu beralih fokus ke Sera yang sudah berbaring tak berdaya dengan wajah pucat tak karuan. "Ayo diminum dulu," titahnya menyodorkan obat sejenis Paracetamol beserta satu botol air mineral.
Sembari menunggu Sera meminum obat, Arjuna mengambil selimut dan merentangkan di atas tubuh Sera, diakhiri usapan lembut setelahnya. Menyiratkan harapan 'cepat sembuh' di sana.
Sera mengangguk lemah sembari tersenyum.
Arjuna lantas menutup pintu, namun ditahan oleh Sera dari dalam. "Kenapa? Saya harus kembali, Pak Aryo mesti nyari saya jika pergi terlalu lama. " jelas Arjuna, namun Sera menggeleng lemah.
"Temani Sera sebentar saja, paling tidak sampai aku tertidur pulas, Om," pinta Sera yang benar-benar meminta.
Arjuna kembali bimbang, namun pada akhirnya mengangguk sambil mengambil posisi duduk di sebelah Sera di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA [Revisi]
عاطفيةIni tentang kehidupan Serana Kusumo Maheswari. Remaja cantik yang hidup di dalam sejuta kekangan sang ayah. Karena sebuah insiden besar menimpa keluarganya. Hingga, ia terpaksa mejadi objek untuk mengobati rasa trauma yang sang ayah alami. Hidup Ser...