Bab 4 : Langkah Pertama Menuju Kehangatan

2 0 0
                                    

Di tengah keramaian kantin sekolah, Ortiz duduk di meja bersama dua sahabatnya, Bella dan Azmi. Kantin dipenuhi dengan siswa yang sedang menikmati waktu istirahat mereka, suara obrolan dan tawa bercampur dengan suara denting piring dan gelas. Meski suasana ramai, Bella dan Azmi tampak sangat fokus pada Ortiz, menunggu cerita yang sudah mereka nantikan sejak pagi.

"Jadi, gimana kemarin pertemuan dengan calon keluarga baru?" tanya Bella sambil menyuap makanannya. Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Azmi juga ikut menambahkan, "Iya, kami penasaran banget, Ortiz. Kamu pasti punya banyak cerita seru!"

Ortiz, yang masih merasa canggung dengan semua yang terjadi, mencoba menyusun kata-katanya dengan hati-hati. "Hmm, ya... jadi kemarin aku ketemu mereka di kafe, yang udah Papa rencanain. Awalnya sih biasa aja, ngobrol-ngobrol. Tapi... yang bikin kaget itu, cowok yang dulu pernah aku ceritain ke kalian—saat aku nggak sengaja buka saat ini cowok kencing di toilet kafe—ternyata namanya Krisan, dan dia sekarang jadi calon kakak tiriku."

Bella dan Azmi terdiam sejenak, lalu keduanya tertawa terbahak-bahak. "Astaga, serius? Cowok yang kamu maksud itu calon kakak tiri kamu? Dunia ini beneran sempit!" Bella berkata sambil menepuk meja, masih tak percaya dengan kebetulan yang terjadi.

Azmi mengangguk, berusaha menahan tawa. "Gila sih, ini kayak plot drama. Terus gimana rasanya ketemu dia lagi, dan tahu dia akan jadi kakak tiri kamu?"

Ortiz menghela napas panjang, masih mencoba memproses semuanya. "Jujur aja, aku masih canggung banget. Kemarin setelah pertemuan itu, Kak Krisan yang nganterin aku dan Mama pulang. Terus, tadi pagi dia juga yang nganterin aku ke sekolah, dan nanti katanya dia juga bakal jemput aku."

Bella menatap Ortiz dengan pandangan penasaran. "Dia baik nggak sih? Maksudku, kesan pertamanya gimana?"

Ortiz mengangkat bahu, terlihat bingung. "Dia kelihatannya baik sih, dia bilang dia nggak masalah nganter jemput aku, tapi aku masih belum tahu harus merasa gimana. Rasanya aneh aja, tiba-tiba ada orang baru dalam hidup aku yang harus aku panggil Kak."

Azmi mengangguk mengerti. "Ya, pasti butuh waktu untuk terbiasa. Tapi lihat sisi positifnya, sekarang kamu punya kakak yang bisa diajak curhat atau minta bantuan kalau butuh. Sedangkan kamu selama ini apa-apa sendiri Nenek kamu juga nggak selalu bisa kamu andalkan saat Mama kamu nggak ada di rumah."

Bella tersenyum dan menambahkan, "Dan siapa tahu, kalian malah jadi akrab nanti. Lagipula, dia kelihatannya perhatian sama kamu, kan? Itu tanda bagus."

Ortiz mengangguk pelan, meski masih ada rasa canggung yang sulit ia jelaskan. "Iya, mungkin aja. Tapi ya, aku masih butuh waktu. Semuanya terjadi begitu cepat."

Percakapan mereka berlanjut, dengan Bella dan Azmi memberikan dukungan dan bercanda untuk meringankan suasana. Meski masih canggung, Ortiz merasa sedikit lebih tenang setelah berbagi cerita dengan sahabat-sahabatnya. Ia tahu bahwa perjalanan untuk menerima situasi baru ini mungkin tidak mudah, tetapi dengan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, ia mungkin bisa menyesuaikan diri perlahan-lahan.

Ketika bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang, Ortiz berjalan menuju gerbang sekolah bersama Azmi dan Bella yang tak sabar untuk melihat sosok Krisan, kakak tirinya yang baru saja diceritakan oleh Ortiz di kantin. Rasa penasaran mereka semakin besar setelah mendengar cerita Ortiz tentang Krisan yang, meski masih canggung, berhasil menarik perhatian mereka.

Di depan gerbang, Ortiz sudah melihat mobil HRV yang dikemudikan oleh Krisan semalam. Mobil itu berhenti perlahan, dan saat Krisan turun dari mobil, Azmi yang berdiri di samping Ortiz langsung melompat kegirangan. Matanya membulat, penuh kekaguman.

"Astaga, Ortiz! Kakak tirimu keren banget!" seru Azmi dengan antusias, suaranya nyaris melompat karena terkesima. "Dia bukan cuma cocok jadi kakak, tapi kayaknya lebih cocok jadi pacarmu!"

Something In The AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang