Krisan dan Jaka duduk di teras kafe, menunggu Dimas yang masih bekerja pada shift-nya. Angin malam yang sejuk menyapu lembut di sekitar mereka, sementara lampu-lampu kota menyala dengan gemerlap yang tenang. Jaka, dengan gitar akustiknya, memetik beberapa akord, mencari-cari melodi yang tepat untuk penampilannya berikutnya. Krisan, yang tampak memikirkan sesuatu, duduk di seberangnya dengan wajah yang tampak berat.
"Jadi, bagaimana kabarnya?" tanya Jaka, menyesuaikan posisi duduknya untuk lebih nyaman. "Kamu terlihat agak cemas."
Krisan menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kegelisahannya. "Sebenarnya, aku baru saja bicara dengan Ortiz siang tadi. Aku bilang ke dia kalau aku mendukung dia, terutama setelah dia mengungkapkan bahwa dia gay."
Jaka berhenti memetik gitarnya sejenak dan menatap Krisan dengan penasaran. "Bagaimana reaksinya?"
Krisan mengangkat bahu, tampak kecewa. "Ortiz terlihat lebih tenang dan penuh harapan. Tapi, jujur saja, aku merasa seperti pendusta. Dia sangat berani, dan aku hanya... merasa tidak setangguh dia. Aku khawatir kalau dia bakal bertemu seseorang yang lebih cocok untuk dia daripada aku."
Jaka melanjutkan memetik gitarnya dengan lembut, berpikir sejenak. "Kamu tidak perlu merasa seperti pendusta. Setiap orang punya cara dan waktu mereka sendiri untuk menghadapi kenyataan. Tapi, kamu harus ingat bahwa kamu juga punya hak untuk merasa nyaman dengan keputusanmu."
Krisan mengangguk, tampak sedikit terhibur oleh kata-kata Jaka. "Aku tahu. Tapi aku juga takut kalau Ortiz akan bertemu dengan seseorang yang membuatku merasa tersingkir. Dan ada satu hal lagi yang mengganggu pikiranku. Dengan Ortiz menjadi saudara tiriku, fakta itu seharusnya membuat hubungan kita tidak mungkin terjadi. Aku tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kami adalah keluarga."
Jaka berhenti memetik gitarnya, dan menatap Krisan dengan serius. "Krisan, fakta bahwa Ortiz adalah saudara tirimu membuat situasi ini rumit, tapi itu tidak mengubah perasaanmu yang sebenarnya. Kamu harus memutuskan apa yang benar-benar penting untukmu. Kamu tidak bisa membiarkan kenyataan itu menghalangi apa yang kamu rasakan."
Krisan memandang Jaka dengan tatapan tegas. "Aku tahu ini tidak mudah. Namun, jika hubungan kami sebagai saudara tiri memang membuat segalanya jadi lebih rumit, aku harus bisa menerima kenyataan itu. Ini tentang menghormati batasan dan memikirkan dampak dari keputusan kita."
Jaka mengangguk setuju. "Benar. Kadang-kadang, kita harus memikirkan bukan hanya perasaan kita sendiri, tapi juga perasaan orang lain dan dampak dari tindakan kita. Apa pun keputusanmu, kamu harus membuatnya dengan penuh pertimbangan dan kejelasan."
Krisan mengangguk, merasa lebih mantap setelah berbicara dengan Jaka. "Aku belum bisa memutuskan. Ortiz tidak berpikir kalau aku sama dengannya. Aku sedang memastikan apakah kita sama-sama tertarik atau tidak."
Jaka meletakkan gitarnya sejenak, tatapannya serius saat menatap Krisan. "Krisan, aku tahu situasinya rumit. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, apapun yang kamu rasakan, kamu harus jujur pada diri sendiri dan pada Ortiz. Kamu nggak bisa terus berada di zona abu-abu, itu hanya akan membingungkan kalian berdua."
Krisan menghela napas panjang, merasa beban di dadanya semakin berat. "Kamu benar, Jaka. Tapi masalahnya, Ortiz nggak berpikir kalau aku sama dengannya. Dia sudah berani jujur, sedangkan aku... aku bahkan nggak tahu harus mulai dari mana."
Jaka menatap Krisan dengan penuh pengertian sambil mengambil gitarnya kembali. "Itu justru yang bikin semuanya jadi lebih penting untuk dibicarakan. Ortiz sudah jujur sama kamu, dan dia pantas tahu apa yang sebenarnya kamu rasakan. Apapun itu, Krisan, jangan biarkan ketidakpastian ini menghancurkan hubungan kalian."
Krisan termenung, lalu mengangguk perlahan. Suasana malam semakin santai dengan melodi gitar Jaka yang lembut. Tak lama kemudian, Dimas bergabung dengan mereka di meja. Wajahnya cerah setelah shift kerjanya selesai, dan dia membawa segelas kopi hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Something In The Air
Ficção Adolescente"Hanya udara yang tahu bagaimana cinta kita bertaut." Apa yang salah jika tergila-gila dengan cinta pada pandangan pertama dan dia adalah kakak tirimu? Orang tua Ortiz dan Krisan hendak menikah, mereka secara tidak langsung terikat sebagai Adik dan...