Bab 16 : Embun di sore yang riuh

2 0 0
                                    

Ortiz dan Krisan akhirnya tiba di Sunrise Mall—pusat perbelanjaan terbesar di kota Mojokerto—sekitar pukul dua siang. Mall ini memiliki arsitektur modern dengan eksterior yang memadukan elemen kaca dan logam, menciptakan suasana yang cerah dan ramai. Di dalam, lantai yang mengkilap memantulkan cahaya dari lampu-lampu gantung, sementara orang-orang lalu-lalang, sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Krisan mengenakan blus putih sederhana dan celana panjang hitam, terlihat profesional namun tetap santai. Sementara itu, Ortiz memilih kaus hitam dan celana jeans biru, penampilannya yang biasa santai tapi rapi. Suasana di mall cukup ramai, tapi tidak terlalu padat, sehingga mereka bisa berjalan dengan nyaman.

Ortiz berjalan di sebelah Krisan di koridor mall yang penuh warna, dinding-dindingnya dipenuhi dengan etalase yang menggiurkan. Aroma kopi segar dan parfum mahal bercampur di udara, menciptakan suasana yang tenang namun bersemangat. Krisan, dengan blus putih yang elegan dan senyum lembut di wajahnya, menatap Ortiz dengan tatapan penuh perhatian.

"Jadi, bagaimana kalau kita mulai dari sini?" Krisan menunjuk sebuah toko pakaian yang menawarkan diskon besar-besaran.

Ortiz mengangguk sambil tersenyum, namun matanya terpaku pada gerai es krim gelato di sebelahnya. "Tapi Kak, sebelum itu... bagaimana kalau kita mampir ke sana dulu?" ujarnya dengan nada meminta.

Krisan mengikuti pandangan Ortiz dan tertawa kecil. "Ah, jadi ini alasan sebenarnya kamu mau menemani aku keliling mall, ya? Oke, kamu menang. Ayo kita ambil gelato dulu."

Setelah mendapatkan gelato mereka, keduanya duduk di salah satu bangku yang menghadap atrium mall. Krisan mulai bercerita tentang pengalamannya mengunjungi beberapa toko yang bermitra dengan produk baru yang sedang dia tangani di tempat kerjanya, sementara Ortiz mendengarkan dengan penuh minat, meski sesekali mencuri waktu untuk menikmati gelatonya.

"Ortiz, kamu tahu tidak? Semakin dekat pernikahan Papa dan Mama, semakin aku merasa kita perlu lebih sering bersama. Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan, dan aku butuh bantuanmu," kata Krisan sambil menggandeng lengan adiknya.

Ortiz mengangguk, meski hatinya masih dibayangi oleh rahasia yang selama ini ia simpan. Dia menatap lantai ubin di bawah kakinya, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Mall yang seharusnya penuh dengan kehidupan kini terasa seperti panggung yang sunyi, hanya menyisakan dia dan Krisan.

"Kak, sebenarnya... aku ingin bicara soal sesuatu yang penting," suara Ortiz terdengar sedikit gemetar, namun ada keberanian yang mengalir di dalamnya. "Aku rasa Kakak perlu tahu sebelum orang tua kita menikah."

Alih-alih merespon Ortiz, Krisan justru mencoba mengabaikan. "Ayo, kita cek booth kosmetikku dulu, sebelum kita keliling," ajak Krisan sambil tersenyum hangat pada Ortiz.

Mereka berdua menuju booth kosmetik yang Krisan kelola sebagai bagian dari tugasnya di bidang marketing. Booth tersebut tampak menarik dengan pencahayaan lembut dan desain yang modern. Krisan dengan sigap mengecek stok produk, berbicara dengan staf yang bertugas, dan memastikan semuanya berjalan lancar. Ortiz berdiri di samping, melihat kakaknya dengan penuh kebanggaan.

"Kamu benar-benar pro di sini, Kak," ujar Ortiz dengan nada kagum.

Krisan hanya tersenyum, lalu melihat Ortiz dengan tatapan lembut. "Ini bukan hanya pekerjaan, ini juga bagian dari diriku. Tapi sekarang, bagaimana kalau kita menikmati hari ini? Aku butuh belanja beberapa barang untuk persiapan pernikahan Papa dan Mama."

Ortiz tampak terkejut sejenak, belum sepenuhnya menyadari bahwa momen besar itu semakin dekat. "Pernikahan Papa dan Mama? Apa mereka sudah menetapkan tanggalnya?"

"Belum, tapi Papa mulai stres memikirkan persiapannya. Kita perlu membantu meringankan beban mereka," jawab Krisan sambil menggandeng lengan Ortiz dan menariknya ke arah toko perhiasan.

Something In The AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang