~C A N Y O U L I S T E N T O M E ~
~B A N D A A C E H ~
~ R A B U, 2 8 A G U S T U S 2 0 2 4~Seperti hari-hari biasanya Luna pulang dan berangkat sekolah tanpa sedikit pun mengeluh mengenai banyak hal yang sebenarnya sulit untuk di jalani. Tubuh yang seakan di rancang untuk tahan menghadapi sisi lain dari kehidupan yang kopleks akan kejahatan, gadis bertubuh kurus yang berusia 15 tahun itu terus bersemangat menjalani harinya.
Sudah hampir satu minggu sang Ayah tidak mengusik kehidupannya dengan sang Ibu. Satu minggu belakangan ini Luna dapat hidup dengan lumayan tenang, Ibunya bekerja dan pulang malam dengan membawa makanan untuknya dengan porsi yang lumayan besar. Walau pun sang Ibu tidak membawakan dua porsi untuk mereka namun, Luna sadar bahwa porsi yang di bawakan Ibunya akhir-akhir ini lebih bayak.
Jika dulu banyak rasa takut yang menghampiri Luna saat sang Ibu belum pulang mulai dari sang Ayah yang sering menggila dan juga rentenir yang tidak mau kalah dalam merusu dalam hidup Luna. Rentenir yang biasa menagih hutang kepada sang Ibu tidak jarang berbuat kekerasan kepada Luna sebagai pelampiasan rasa kesal dikarenakan Hilya sering telat membayar hutang.
Namun, seolah tuhan ingin memberikan waktu rehat kepadanya dengan menghilangkan kedua gangguan yang selama ini menjadi momok menakukan dalam hidup Luna. Tanpa kedatangan sang Ayah dan juga rentenir itu Luna bisa dengan tenang mempersiapkan ujian akhir sekolahnya.
“Ayah lagi ngapain.”
Luna melihat sang Ayah yang sudah ada di dalam kamarnya sambil memegang kotak kayu yang masih tergembok, “ kalian selama ini menyembunyikan harta karun tanpa sepangetahuan Ayah.”
Luna dengan kaget melihat kotak berharga yang selama ini ia jaga dengan sang Ibu sudah ada di genggaman sang Iblis, “enggak, itu punya Luna Ayah. BALIKIN.” Luna dengan sekuat tenaga merebut kotak itu dari sang Ayah.
Dikarenakan efek alkholok Jafran tidak dapat menahan dorongan sang Anak. Luna yang melihat sang Ayah terjatuh pun langsung mencoba berlari dengan memeluk kotak kayu tersebut.
Blam!!
Sebuah pukulan yang sangat keras mengenai punggung Luna. Pukulan yang berasal dari kayu balok besar. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Jafran. Tubuh Luna yang sudah berbaring di lantai pun dengan muda langsung di dibalikkan oleh jafran guna mengambil kotak kayu yang di peluk Luna.
Brak
Dengan sekali banting kotak kayu yang tadinya tergembok langsung terbelah seolah kaca yang sedang di banting. Kotak kayu yang sudah terbelah itu langsung mengeluarkan uang yang memang sudah hampir penuh itu.
Luna melihat uang yang selama ini di kumpuli sang Ibu dengan sangat ganas di ambil oleh Jafran. Seolah berusahan menahan sang Ayah, Luna meraih kaki sang Ayah, “A..ayah, jangan di ambil. Itu semua uang Ibu,” Luna berusaha menahan kaki sang Ayah yang sudah mau beranjak keluar rumah.
“Ini uangnya ayah pakai dulu buat judi, nanti kalau udah menang Ayah bakal baliki berkali-kali lipat. Kalian itu sabar aja, tenang nanti kalau Ayah udah kaya kita beli rumah yang mewah,” ujar Jafrat sambil tersenyum smirk.
Hanya orang gila yang percaya dengan perkataan orang gila judi.
~'~'~'~'~'~
Hari ini merupakan hari jumat dimana sekolah lebih selesai berakhir karena akan ada sholat jumat bagi umat muslim. Sudah menjadi hal yang wajar di Indonesia jika pada hari jumat tepatnya jam 12.00 sampai jam 13.00 aktivitas akan di berhentikan sejenak. Begitu juga dengan sekolah, saat hari jumat banyak sekolah yang sudah berakhir di jam 11.00.
Saat ini Luna sudah sampai di rumah saat jam menunjukkan pukul 12.00, gadis itu langsung mengganti pakaiannya dengan baju sehari-hari dan mulai membersihkan rumah. Seperti kegiatan sehari-hari, jika biasanya setelah membersihkan rumah Luna lanjut mengerjakan tugas atau merehatkan badannya. Untuk kali ini Luna ingin mengubah kebiasaannya, gadis itu sadar akan kesalahannya yang tidak becus dalam menjaga amana uang yang diberikan sang Ibu.
Kejadian saat sang Ayah mengambil uangnya dua hari yang lalu sampai detik ini Luna belum berani memberi tahu sang Ibu tentang kejadian tersebut. Sebagai gantinya Luna ingin kembali mengumpulkan uang yang di ambil sang Ayah dengan cara mencari kerja.
Luna akan berusaha mencari pekerjaan apa pun selagi pekerjaan itu halal dan dapat meringankan beban sang Ibu.
“Adek lagi mau pesen makanan ya, ini cafenya baru di buka. Adek kalau mau nunggu, bisa kedalam aja jangan di luar,” ujar seorang lelaki yang menggunakan apron dan topi khas pegawai café.
Luna yang masih malu, hanya menunduk sambil meremas jari-jari tangannya.
“Ada yang bisa Kakak bantu?” Tanya pria itu.
Dengan keberanian yang sudah mulai terkumpul, Luna berusaha menatap wajah pemuda tersebut, “Luna mau tanya, di…disini ada kowongan kerja gak Kak?” Tanya Luna dengan gugup.
Dengan raut wajah yang ketara kagetnya pria tersebut menganggukan kepalanya, “Ohh, kamu mau ngelamar kerja?” Tanya pemuda itu memastikan.
Luna yang mendapat pertanyaan itu pun langsung mengangguk, “kalau gitu kita masuk dulu kedalam boleh?”
“Bo…boleh.”
Keduannya pun masuk kedalam dan langsung duduk di ruangan itu café yang terkesan modis dengan model café kekinian. Café yang mengambil desai segar dengan banyaknya tanaman hidup yang merambat serta lukisan di dinding yang menambah kesegaran nuansa di dalamnya.
“Siapa Dra?” Tanya pemuda yang menggenakan apron dan topi yang sama dengan pemuda yang ada di depan Luna.
“Ini ada yang mau ngelamar kerja.”
“Ohh.” Pemuda tadi langsung kembali ke arah belakang tempat ia tadi keluar.
“Rileks aja,” ujar pemuda itu sambil tersenyum.
Manis. Satu kata yang ada di bayangan Luna. Senyum tersebut seakan menghipnotis Luna yang memang sedari tadi tegang saat di ajak masuk kedalam café tersebut.
Soalnya sudah 5 tempat yang Luna datangi dan ke 5 tempat itu tidak membutuhkan karyawan baru. Ada pun tempat counter handphon mereka mencari karyawan yang bisa bekerja secara full time. Sedangkan Luna masih sekolah yang mengakibatkan dirinya menolak pekerjaan tersebut.
“Kalau boleh tau nama kamu siapa?”
Luna yang tadinya menunduk, kembali menegakkan kepalanya. “Lu…luna, Saluna Tifanny.”
Pemuda itu tertawa kecil memperlihatkan lesung pipinya yang kecil di kedua pipinya yang dekat dengan bibir merah itu, “gak usah gugup, Kakak gak gigit kok.”
“Okey, namanya Luna yaaa…”
“Emm Luna udah perna kerja belum?”
“Belum Ka..kak.”
Pemuda itu pun langsung mengangguk, “Luna mau ngelamar pekerjaan gak ada bawa berkas-berkas gitu?”
Sambil menggigit bibir dalamnya Luna berguman, “ sebernanya Luna masih sekolah Kak. Luna mau cari kerjaan buat bantu-bantu Ibu Kak. Luna belum punya ijazah, emm…. kalau Kakak buka lowongan untuk jadi tukang cuci piring atau yang antar-antar makanan Luna mau daftar Kak. Berapa pun gaji yang Kakak tawarkan Luna mau terima Kak.” Luna berusaha menjelaskan detail keadaanya serta kempuan yang bisa di lakukan.
Tidak peduli mau di tolak. Luna memang membutuhkan uang, tapi ia tidak mau meninggalkan sekolahnya. Karna kalau bukan dari pendidikan, dengan apa lagi ia harus mengangkat drajat Ibunya?
“Ohh, oke-oke tenang dulu,” ujar pemuda itu sambil menenangkan Luna yang masih terlihat gugup.
“Kalau boleh tau Luna sekarang umur berapa?"
“Luna umur 15 tahun Kak.”
“Okey. Kelebihan apa yang dapat kamu miliki sehingga saya bisa menerima kamu bekerja di café ini?”
Luna memang sudah 5 kali datang untuk mencari kerja, tapi baru di café ini Luna benar-benar di interview, gugup. Itu yang Luna rasakan sekarang, “Luna belum punya pengalaman bekerja, tapi jika berhubungan dengan dapur. Semua pekerjaan di rumah Luna yang ngerjain karena Ibu Luna sibuk bekerja. Kakak bisa lihat pekerjaan Luna jika Kakak menerima Luna bergabung. Luna juga bakalan usahaain buat on time ketika bekerja walau pun Luna sekolah.”
Pemuda itu mengangguk-angguk sambil sedikit tersenyum. “Luna pulang sekolah jam berapa?”
“Kalau hari senin sampai kamis Luna baru pulang jam 1 Kak, tapi kalau Jumat itu jam 11 dan hari sabtu itu jam 12 siang Kak.”
“Café ini baru di buka 1 bulan yang lalu, Alhamdulillah banyak pelanggan yang datang dan kadang karyawan di sini banyak mengeluh. Kalau jujur Kakak lagi butuh tukang cuci piring dan Luna datang. Tapi yang Kakak cari itu pekerja full time bukan yang part time. Luna juga masih sekolah dan juga belum ada pengalaman kerja dengan orang ….” jeda pemuda tersebut yang membuat Luna tertundung.
“Kalau Luna Kakak coba kerjakan selama 1 minggu dulu dengan jam kerja dari jam 2 sampai jam 9 malam dengan gaji 250 Luna mau gak?” Mendengar penawaran tersebut Luna langsung melihat kearah pemuda tersebut.
“Mau Kak, mau Kak,” jawab Luna dengan semangat.
Pemuda itu langsung tersenyum, “nanti kalau Kakak udah liat gimana Luna kerja, Kakak baru berani tetapkan Luna jadi karyawa di sini. Luna juga kerjanya sama satu karyawan juga. Jadi kerjanya gak sendirian.”
Dengan senyum yang mereka Luna menjabat tangan pemuda itu, “makasih Kak, Luna bakalan professional, mohon bimbingannya Kak.”
Masih dengan tangan yang berpengangan, “iya Lunaa, ohh iya nama Kakak Keandra Adiputra.”Jangan lupa vote dan komen

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀɴ ʏᴏᴜ ʟɪꜱᴛᴇɴ ᴛᴏ ᴍᴇ?
Teen Fiction⚠️𝔻𝕚𝕓𝕦𝕒𝕥 𝕦𝕟𝕥𝕦𝕜 𝕕𝕚 𝕓𝕒𝕔𝕒 ⚠️𝔹𝕦𝕜𝕒𝕟 𝕦𝕟𝕥𝕦𝕜 𝕕𝕚 𝕡𝕝𝕒𝕘𝕚𝕒𝕥 Hidup dibawah garis kemiskinan ditengah hiruk pikuk ibu kota sudah menjadi rahasia umum. Nasib inilah yang terjadi pada gadis bernama Saluna. Ayahnya merupakan peju...