Disengaja atau tidak
Pada akhirnya menimbulkan bekas
Dunia memang terasa tidak adil bagi mereka yang terlahir serba kekurangan. Sekeras apa pun lisan berucap syukur kalau batin tidak terpenuhi raga bisa berkata apa?
Bagi sebagian orang hidup dapat menyenangkan bahkan memberikan kesan indah, namun yang harus di garis bawahi dunia tidak selalu berputar sesuai dengan apa yang kita mau. Hidup yang sebenarnya menjadi impian kita tidaklah selalu indah jika ada dalam kenyataan.
Orang yang kaya, popular, punya segalanya, selalu berharap kehidupan yang normal dengan ketenangaan yang ada pada orang sederhana, sedangkan yang hidup sederhana menginginkan hal yang lebih dari yang ia miliki. Bukankan semua manusia itu serakah?
Tak akan ada orang yang benar-benar bahagia dengan hidup yang di jalani. Mau orang itu sekaya apa pun, pada hakikatnya rasa kurang adalah sifat asli manusia.
Tidakkah burung selalu memandang iri ikan yang berenang di lautan, sedangkan ia bisa menjelajahi langit yang tiada ujungnya. Ya, ternyata sifat rasa kurang tidak hanya dimiliki manusia tapi seluruh makhluk didunia ini.
“Luna,” panggil Hilya, menatap sang putri yang sedang tertidur.
Luna perlahan membuka kelopak matanya dan perlahan mengumpulkan kesadarannya saat melihat seseorang yang sedang duduk di depannya.
“Ibu udah lama pulang?” Tanya Luna sambil berusaha bangun dari tidurnya.
“Barusan pulang kok, yuk kita makan. Ibu bawain nasi goreng ayam suir kesukaan kamu,” Hilya tersenyum melihat sang anak yang terlihat bersemangat ketika makanan favoritnya di sebut.
“Ayok Bu.” Keduannya bangun dan lekas menuju ke dapur.
Rumah yang tadinya berserakan terlihat sudah kembali bersih tanpa ada barang yang berserakan. Sepertinya sang Ibu lah yang telah membereskan kekacauan yang ada. Keduanya duduk di meja makan dengan satu porsi nasi goreng jumbo yang di dalamnya ada suiran ayam, telur, sosis, tomat, dan selada dimana nasi goreng itu sudah tertata dengan rapi.
Sajian yang hanya ada satu minggu selalu dimana setiap malam minggu Hilya akan membawakan Nasi goreng ini untuk sang putri. Nasi goreng yang harganya 30 ribu ini hanya bisa mereka nikmati seminggu sekali saat Hilya menerima gajinya yang memang pas-pasan.
“Enak gak?” Tanya Hilya sambil tersenyum menatap Luna yang makan dengan lahap.
“Enak Bu. Gak perna berubah,” jawab luna dengan mulut yang penuh.
“Dimakan yang banyak.”
“Ibu juga makan.” Luna menyodorkan sendok penuh berisikan nasi goreng dan mengarahkannya ke mulut sang Ibu.
Dengan gelengan pelan Hilnya menolak dan menurunkan sendok yang ada di tangan Luna, “kamu aja yang makan, Ibu masih kenyang. Tadi ada bonusan makanan gratis.”
Tentu saja Luna sadar dengan ucapan sang Ibu yang selalu berbohong saat di tawari berbagi makanan,“tapi Ibu harus makan satu sendok aja, biar Ibu nyicipin kalau nasi goreng Pak Dudung gak pernah berubah, aaaa.” Luna mengambil satu sendok nasi goreng dan menyodorkannya ke sang Ibu.
“Satu kali aja ya,” ujar Hilya yang di angguki Luna.
Setelah makanan itu berhasil masuk kedalam mulut Hilya pun mengangguk-anggukan kepalanya menyetujui ucapak Luna tentang nasi goreng Pak Dudung, “ iya gak perna berubah.”
Luna pun tersenyum sambil terus memakan nasi goreng itu. Malam ini sepasang Ibu dan Anak yang sedang berbincang ditemani lampu remang-remang dan juga diselingi canda tawa keduanya. Sang Ibu yang menceritakan hari-harinya di restoran yang terkesan sangat nyaman dengan rekan kerjanya yang baik, sedangkan Luna mengceritakan tentang harinya di sekolah yang tak kalah menyenakangkan.
Keduanya seakan sedang berbagi kebahagian layaknya orang tua dan anak yang baru saja menjalani hari luar biasa menyenangkan. Siapa yang tahu jika keduanya saling memasang topeng dan memainkan sandiwasa yang sangat epic?
Brak
Terdengar suara pintu yang terbuka dengan cara didobrak. Luna dan Hilya sudah tahu siapa pelaku yang kembali merusak pintu mereka.
“Luna, masuk kamar. Ini uangnya kamu simpen jangan sampai Ayah kamu tau, cepet masuk Luna!!” Hilya langsung mendorong Luna ke arah kamar sang Anak.
“Ibu juga masuk. Ibu gak boleh jumpa sama Ayah. Ayo Ibu masuk!!” Luna mencoba menarik sang Ibu agar ikut masuk kedalam kamarnya.
Tanggan Luna yang awalnya berusaha menarik sang Ibu agar ikut masuk kedalam kamarnya pun terhempas dengan cukup keras yang mengakibatkan Luna terjatuh akibat dorongan itu.Brak
Pintu kamar Luna di tutup dengan kencang dan terdengar suarah pintu terkunci. Entah sejak kapan pintu itu bisa kembali berfungsi. Pada hal saat Luna terbangun dari pingsannya pintu itu masih dalam keadaan rusak.
Akhh
Suara itu, suara yang selalu membuatku ketakutan.
Suarah Ibu yang mengerang kesakitan membuatku trauma. Kejadian yang terus berulang sejak aku kecil sampai di umurku yang 15 tahun. Setiap malam yang ku rasakan adalah rasa takut. Takut jika Ayah pulang, takut jika Ayah memukulku, takut jika Ayah melukai Ibu lagi, takut jika Ayah menghancurkan rumah kosan ini, semua ketakutan yang membuatku pasrah dengan keadaan.
“Ibu, Ibu Luna takut,” ujar Luna sambil penutup telingahnya dan membenakan kepalanya di atas kedua lutut yang rapatkan.
Brak brak brak
“Luna buka pintunya, Luna buka pintunya!!!”
“Jangan kau sentuh anakku biadab,” terdengar suarah Ibu yang lemah.
“Diam kau jalang. Kau sembunyikan uangmu di anak itu kan.”
“Uangku sudah denganmu semua. Tak ada lagi uang yang ku pegang.”
“Kau kira, kau bisa menipuku.”
Plak plak
Brak brak brak
Akhh
“AYAH UDAH, Ayah udah hiks. Luna mohon udah Ayah jangan pukuli Ibu lagi hiks hiks.”
“Kalau kau tidak mau Ibumu mati malam ini, buka pintunya sekarang!!!”
“Luna gak bisa buka pintunya. Ibu yang kunci Luna dari luar,” ujar Luna yang sudah berdiri di depan pintu.
“Dimana kuncinya jalang.”
Brak
“AYAH JANGAN PUKUL IBUUU!!!!”
“Kau tak usah berlagak pingsan, bangun kau sialan, bangun.”
“Ibu, Ibu, Ibu denger Lunakan Bu, Buuu, Ibuuu.” Luna berusaha bendobrak pintu kamarnya.
Derdengar langkah kaki yang mulai menjauh dari ruang tamu yang Luna yakini bahwa itu sang Ayah yang keluar dari rumah.“Ibu hiks, Ibu jangan tinggali luna Bu,” dengan air mata yang berlinang Luna terus berusaha mendobrak pintu kamarnya.
“Lu-luuna te-tenang,” terdengar suarah yang lirih dari arah luar kamar.
“Ibuuu, Ibu.”
“I-iiya sabar.”
Klik
.
.
.
Dapet fellnya gak sih.
Aku bukan dari keluarga broken home yang punya trauma di masa perkembangan. Jadi kalau kurang ngenak kasih tau dimana yang kurang enak biar aku bisa punya gambaran buat revisi.Aku tunggu saran kalian yaaa.....
Jangan Lupa vote dan komen.
Banda Aceh, 27 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀɴ ʏᴏᴜ ʟɪꜱᴛᴇɴ ᴛᴏ ᴍᴇ?
Teen Fiction⚠️𝔻𝕚𝕓𝕦𝕒𝕥 𝕦𝕟𝕥𝕦𝕜 𝕕𝕚 𝕓𝕒𝕔𝕒 ⚠️𝔹𝕦𝕜𝕒𝕟 𝕦𝕟𝕥𝕦𝕜 𝕕𝕚 𝕡𝕝𝕒𝕘𝕚𝕒𝕥 Hidup dibawah garis kemiskinan ditengah hiruk pikuk ibu kota sudah menjadi rahasia umum. Nasib inilah yang terjadi pada gadis bernama Saluna. Ayahnya merupakan peju...