"Maaf, bikin kamu nggak nyaman." gumam Serena setelah membanting pintu dan menangis kala mereka sudah masuk dikamar yang pintunya dibuka. Alan dalam diam meletakkan tas gendongnya kebawah sebelum keluar dari kamar dan berdiri didepan pintu.
"Nggak papa, kalau memang keadaanya seperti itu mau bagaimana lagi? cuma memang seharusnya aku nggak denger masalah itu sayang." balas Alan. Dirinya hanya menghindari kalau ngobrol dikamar yang ada diduga aneh aneh lagi sama keluarganya Serena.
"Iya maaf."
"Sana istirahat dulu, cuci muka biar seger." suruh Alan.
Serena ini lagi dalam kondisi yang belum bisa diajak ngobrol santai, diajak mikir bareng. Anaknya sudah dalam kondisi yang sangat emosi.
"Mau peluk dulu." pinta Serena.
"Sini." Alan langsung memeluk Serena sekilas di depan pintu dan langsung melepasnya setelah beberapa detik. Nggak seharusnya juga dia berani memeluk Serena dikandangnya, tapi bagaimana lagi?
"Kak lihat kondisi lah ini dimana? noh CCTV sebanyak dosa." tunjuk Hadden yang muncul secara tiba tiba dan menunjukkan seberapa banyak CCTV di Tacenda 1.
"Ck, beneran definisi nyamuk lo!" keluh Serena dan pergi meninggalkan Alan beserta adiknya Hadden.
"Masuk aja, kalau mau tiduran atau apa aja silahkan." ajak Hadden. Alan malah bingung kalau dia tidur atau ngapain dikamar.
"Bosen, lo nggak ada rekomendasi hal yang bisa dilakuin ?" tanya Alan langsung. Kalau ada bola besar setidaknya dia bisa main basket atau sepakbola. Bola kecil bisa pingpong, atau malah bulu tangkis gitu.
"Basket kah?" tawarnya.
"Ayo."
Seruan ajakan itu disambut baik keduanya, berjalan menuju lapangan indor yang ternyata tak kalah besar dari milik Serena. Lapangan yang dapat digunakan untuk olahraga apa saja. Definisi memanjakan diri yang sangat menyehatkan.
"Basket jadi olahraga kesukaan lo?" tanya Alan membuka pembicaraan dengan Hadden sebelum mereka akan saling berebut.
"Enggak juga, olahraga kesukaan gue itu tennis." balas Hadden. Alan nggak expect kalau Hadden itu sangat menyukai olahraga dengan bola hijau itu.
"Tapi lo juga jago di taekwondo bahkan basket?"
"Gue bisa taekwondo, basket dan permainan lainnya. Cuma 1 yang paling gue sukai ya tennis, yang lain hanya pelengkap aja. Gue bisa taekwondo karena Kak Nola yang join taekwondo dari SD bahkan TK." Jelas Hadden. Ternyata tidak cuma ibu dan ayahnya yang berusaha membuat Alan ini bisa semua hal. Tapi kalau keluarga mereka harusnya nggak kaget kalau jago.
"Keren."
"Kalo lo?"
"Gue suka taekwondo, tapi nggak yang jadi suka banget. Basket sama futsal cuma buat isi waktu luang." jelas Alan.
Dug..
Dug..
Dug..
Mereka memulai perebutan bola itu, saling mengejar dan berusaha shoot. Bahkan mereka tak merasa kalau sudah ditonton beberapa orang dipinggir lapangan. Keringat keduanya sudah menetes, bahkan Hadden sudah melepaskan kaos basahnya. Sungguh penampilan yang sempurna dan tidak ada gap antar keduanya. Semuanya jago.
Prok.. Prok ..
"Hahahah, Nova tumben kalah." ejek salah satu wanita paruh baya yang belum dikenal oleh Alan. Waduh, dirinya sudah dalam kondisi yang buruk, mau kenalan tapi kok keringetnya.
"Hah.. Kalah start aja nenek..hah." balas Hadden dengan nafas 1 2.
"Alan sini, Tante kenalin ke kakek neneknya Nola."
![](https://img.wattpad.com/cover/369404338-288-k261301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm ✔
Novela Juvenil[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyeba...