prolog 💤

80 15 42
                                    

Jangan lupa dukung author dengan vote dan komen ya. Happy Reading!

 Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


|•|

"Malam ini kita nginap di hotel. Udah larut juga ini gak bagus buat perjalanan."

"Ya sudah, Mas. Dari pada ngantuk di perjalanan. Arlan juga udah nyenyak banget tidurnya itu."

Suami istri itu beberapa kali berbincang-bincang untuk mengisi ketenangan malam hari di jalanan. Namun, entah dari mana tiba-tiba saja truk besar oleng ke arah mereka.

"MAS AWASS!"

Dengan spontan sang suami membelokkan mobilnya dan membanting setir. Mereka selamat dari truk yang tengah oleng tersebut. Namun mereka justru menabrak pohon besar yang menyebabkan beberapa badan mobil remuk dan mereka tidak sadarkan diri.

Kepulan asap dari mobil yang menabrak pohon tersebut mulai muncul. Beberapa warga dan pengemudi yang melihat itu langsung menyelamatkan penumpang mobil tersebut. Terdengar pula suara ambulance untuk membawa para korban kecelakaan.

Sesampainya di rumah sakit, para perawat maupun dokter berusaha menangani pasien. Dari analisa dokter lainnya jika sang anak tidak mengalami luka yang serius bahkan ia sudah kembali sadar.

Arlan menunggu bagaimana dokter menangani kedua orang tuanya itu di ruang tunggu sembari di temani oleh beberapa orang yang mengantarkan mereka ke rumah sakit. Dengan kegelisahan yang mendalam, Arlan mengusap-usap kedua tangannya berusaha untuk tidak terlalu takut. Selang beberapa waktu, dokter pun keluar dari UGD dan menjelaskan semuanya.

"Dengan keluarga pasien?" tanya dokter tersebut.

"Iya, saya yang mewakili pasien dan ini anaknya." seseorang disamping Arkan memegang pundak anak itu.

Dokter itu menarik nafas dalam-dalam dan berkata, "Dengan meminta maaf sebesar-besarnya kami tidak bisa menyelamatkan kedua korban kecelakaan. Benturan keras karna kecelakaan membuat korban kehilangan banyak darahnya. Maafkan saya karna tidak bisa menolong orang tua kamu."

Arlan menatap dokter itu dengan tatapan sedih. Air matanya perlahan menetes mendengar ucapan sang dokter. "Gak mungkin. Ayah sama Bunda gak mungkin ninggalin Arlan. Dokter bohong! Arlan mau ke Bunda." Arlan memberontak dan kemudian masuk ke dalam ruangan yang terdapat kedua orang tuanya.

Ia menggelengkan kepalanya. "Bunda, ini bohong kan. Dokter bilang Ayah sama Bunda ninggalin Arlan. Kita kan mau ke pantai, mana janji Bunda ke Arlan," ucap Arlan dengan gemetar sembari menggoyang-goyangkan tangan Bundanya.

Arlangga | Haechan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang