lelaki manis, namun tidak dengan kehidupannya. penuh dengan banyak tantangan tak membuat Arlangga putus asa. saudara yang seolah menjadikan dirinya saingan tidak membuat Arlan goyah untuk terus menjalani semuanya. ditemani pula oleh beberapa teman-t...
Hai, jangan lupa vote dan komen. ayo ramaikan agar cepat update lagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Payung untuk berteduh tak cukup untuk aku yang menyukai hujan. Penasaran dan menyukai suatu hal. Namun, membuat sakit.” -Arlangga ─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Sorakan terdengar nyaring di area lapangan. Suara histeris sekaligus menjadi semangat untuk para pemain bola basket. Ricuhnya suara teriakan mereka menjadikan suasana pertandingan semakin memanas. Tim Arlan melawan anak dari sekolah sebelah yang merupakan lawan sepadan untuk masing-masing tim.
Arlan menggiring bola basket dengan begitu lincah. Postur tubuh yang tak terlalu berisi membuat ia bisa meringankan tubuhnya dengan kelincahannya. Tatapan Arlan tertuju pada ring basket di depannya dan dengan sekali lemparan bola tersebut masuk ke dalam ring basket yang membuat para penonton bersorak ria.
Pertandingan pun selesai dengan point tertinggi dimenangkan oleh tim Arlan. Selepas pertandingan resmi dimenangkan oleh tim Arlan, kedua tim pun berbaris dengan saling berhadapan. Kedua tim saling menjabat tangan dan saling memberi selamat karena skill kedua tim sangat bagus.
Arlan saat ini berjalan ke tempat duduk bersama dengan beberapa teman-teman setimnya. Mereka beristirahat sembari mengelap keringat masing-masing. Arlan, pemuda itu duduk dan lalu meminum air putih untuk menghilangkan dahaganya sedari tadi. Keningnya mengerut seketika karena merasakan pusing yang teramat sakit.
Ia lalu menggelengkan kepalanya dan kemudian melebarkan kedua matanya untuk menetralkan keadaannya. Tak tahan dengan rasa pusingnya, pemuda itu lantas menunduk sembari memejamkan kedua matanya. Rasa pusing itu menyelimutinya saat ini ditambah seperti ada rasa mual pada dirinya.
Tiba-tiba saja Arlan merasakan sesuatu keluar dari hidung mancungnya. Bau anyir ia rasakan sepersekian detik. Arlan membuka kedua matanya dan mengelap cairan yang keluar dari hidungnya.
Ia terkejut ketika melihat cairan kental berwarna merah itu keluar dari hidungnya. Sontak rasa pusing itu terus saja menjalar pada kepalanya. Mahen yang melihat gelagat Arlan yang sedih aneh itu pun langsung memegang pundaknya dan duduk di sampingnya.
Mahen menatap Arlan yang masih menunduk yang kemudian Arlan memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya yang membuat Mahen terkejut. Darah. Mahen lantas panik dan menyahuti Arlan sembari mengguncang tubuh pria itu.
“Lan, Arlan lo kenapa? hidung lo mimisan,” ujar Arlan yang membuat Arlan kembali mengelap darah dari hidungnya.
Setelah mengatakan itu, Arlan memegangi tangan Mahen dan dengan seketika ia jatuh tak sadarkan diri. Semua orang histeris sekaligus panik. Mahen dan yang lainnya lalu menggotong Arlan membawanya segera ke uks.