Bab 5- Ulang tahun

12 4 15
                                    

Hai, jangan lupa vote dan komen ya. ramaikan komentarnya dong. Happy reading

 Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|•|

“Setidaknya aku masih mempunyai teman-teman baik yang selalu ada disaat semua orang menjauhi dan tak memperdulikan ku”


Bersenandung kecil di tengah-tengah jalanan yang sudah mulai jarang orang berkendara. Sepi dan tenang, inilah yang Arlan sukai. Remaja itu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang sembari menikmati suasana tentram malam hari ini. Namun, dengan sontak ia membulatkan matanya ketika melihat di kaca spion siapa yang tengah mengikutinya dari belakang.

“Sialan, anak itu lagi,” monolog Arlan setelah melihat siapa yang berada di belakangnya itu.

Dengan kesadaran penuh, ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia menghindar dari orang tersebut tak ingin berbuat onar apalagi saat ini sudah larut malam. Walaupun Arlan bisa sedikit menghindar dari orang tersebut. Namun, tak dipungkiri jika orang itu tetap saja mengejar Arlan dan kini ia sudah berada di samping Arlan.

Arlan tidak akan goyah, ia berusaha fokus untuk tidak terkecoh dengan pemuda itu. Namun, ia justru terjatuh karena pemuda itu mendorong motor Arlan. Arlan terjatuh bersamaan dengan motor miliknya, tertimpanya badannya oleh motor itu dengan sedikit rintihan kesakitan.

“Butuh bantuan?” tawar Faris sembari tersenyum licik.

“Sialan. Apa mau lo,” ucap Arlan yang berusaha bangun.

“Jauhi Nara,” tekan Faris sembari menatap tajam Arlan.

“yea kocak, lo siapa ngatur-ngatur gue? Selain donatur dilarang mengatur,” balas Arlan dengan lantang.

“Cih, terserah lo. Lo bakal tau akibatnya.” Faris menunjuk ke arah Arlan dan lalu berbalik untuk pergi dari hadapan Arlan.

“Sok iya banget, siapa yang takut coba. Gini-gini gue pemberani, angsa aja gue tantang walaupun sambil lari,” kekeh Arlan mengingat hari itu ketika ia dikejar angsa milik Mahen.

Arlan lalu kembali mengendarai motornya mengingat hari sudah semakin larut malam. Sesampainya di rumah, Arlan sedikit lega karena lampu yang ada di teras rumahnya masih menyala. Jujur saja ia sedikit takut kegelapan yang katanya akan ada hantu bila di kegelapan.

Arlan menuntun motornya dengan pelan ke dalam garasi rumah. Arlan bergegas untuk masuk ke dalam rumah. Namun, Arlan mematung ketika melihat Ayahnya masih berada di depan tv bersama Mamanya. Arlan berdecak sebal, ia tahu pasti akan di marahin habis-habisan.

“Udah nasib ini,” batin Arlan dengan mengatupkan bibirnya.

“Dari mana aja? Jam segini baru pulang. Mau jadi berandalan? Baju kamu kenapa kotor terus sobek gitu?” tanya Bianca kepada anak sulungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arlangga | Haechan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang