࣪˖ ִֶָ07 ⊹

227 13 0
                                    

‼️ WARNING ‼️
🔞

Wooyoung puas melihat wajah datar di sebrang sana, senang sekali menjahili san. Entah sudah berapa kali dia jatuh ke dalam pesona Choi san itu.

Entah ide gila dari mana, wooyoung berinisiatif menelfon san dengan keadaan telanjang bulat hanya mengenakan apron saja, tingkahnya membuat san tidak bisa berfikir normal.

Terbukti san saat ini sedang menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya, tanpa wooyoung melihat pun dia sudah tahu jika tangan san tidak tinggal diam.

Wooyoung berjalan kesana kesini menampilkan dua bongkahan yang terlihat jelas di depan kamera, wooyoung hanya mengoceh sambil memasak dengan san yang setia menatapnya.

"Sebut namaku"

Wooyoung mengalihkan pandangannya, ia melihat san yang menatapnya begitu intens, senyum manis tertera di bibirnya lalu membelakangi kamera dan memajukan sedikit tubuhnya, sekarang dua bongkahan tersebut benar-benar di depan kamera.

"San"

"Sshhh"

Wooyoung menglus kedua pantatnya seksual, lalu menolehkan kepalanya kebelakang menatap san.

"Choi san"

"Argh"

"Fuck Jung wooyoung, habis kau setelah ini argh"

Wooyoung terus menatap san, sampai akhirnya san mencapai klimaksnya, dan wooyoung memutar balik badanya melanjutkan acara masaknya.

"Kau harus di hukum manis"

"Dengan senang hati"

Jongho menghembuskan asap rokok dengan santai, dia menatap orang yang lalu lalang di hadapannya, walaupun tidak ramai tapi ada saja yang lewat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jongho menghembuskan asap rokok dengan santai, dia menatap orang yang lalu lalang di hadapannya, walaupun tidak ramai tapi ada saja yang lewat. Dengan posisi jongho sedang berada di antara gang yang lumayan sempit tempat bisanya orang-orang merokok.

Song sialan mingi itu merepotkannya, dia yang bertengkar dengan kekasihnya malah jongho yang kesusahan karena mingi yang terus memaksanya minum, dan sekarang mingi benar-benar mabuk membuatnya tambah pusing.

Untuk melepas penatnya berakhir jongho keluar dan merokok, setidaknya menghilang dari hadapan mingi yang sedang gila akan membuat pikirannya kembali tenang.

Jongho terus menghisap rokoknya, dan menghembuskannya. Ketenangannya tidak lama saat seseorang tiba-tiba masuk ke dalam gang jongho saat ini berada, membuat ruangan yang sempurna semakin sempit.

Jongho membulatkan matanya ketika melihat seseorang di hadapannya, ketika ia ingin membuka mulutnya, seseorang yang berada di hadapannya dengan cepat menutup mulutnya jongho dengan kedua tangannya dan menggelengkan kepala seolah berbicara 'tolong jangan bersuara'.

Jongho diam memandangi pemuda di depannya, karena ruangan yang sempit membuat keduanya hampir menempel satu sama lain, bahkan saat ini kedua tangan jongho sudah memeluk pinggang pemuda di depannya.

"Sial kemana dia tadi?"

"Kucing itu berlari sangat cepat"

"Aku rasa kita harus berpencar, aku akan ke sana dan kau carilah di dalam toko-toko"

Setelahnya kedua pria tersebut pergi, jongho hanya terus memandangi pemuda di depannya, dialah yang tadi pagi membuat harinya terasa indah, entah reaksi bagaimana yang harus jongho keluarkan, intinya dia sangat senang bertemu kembali dengan yeosang.

Yeosang menghela nafasnya lega saat kedua pria tersebut pergi, lalu melepaskan tangannya yang berada di mulut jongho.

Bagaimana bisa dia lupa jika hari ini adalah pembayaran hutang terakhirnya, walaupun bukan yeosang yang meminjamnya tetap saja yeosang yang harus membayar karena mereka bilang dialah keluarganya.

Yeosang benar-benar lega, dia menyandarkan kepalanya kepada dada pria yang di hadapannya.

"Biarkan seperti ini sebentar". Yeosang berkata sambil terus mengatur nafasnya, tangannya memeluk leher jongho.

Jika seseorang melihat mereka, sudah pasti akan mengira sedang berbuat sesuatu yang tidak-tidak di tempat terbuka.

Cukup lama keduanya terdiam, akhirnya yeosang mengangkat kepalanya menatap jongho tanpa melepas tangannya yang mengalung indah di leher jongho.

"Kau merokok?"

Jongho menatap yeosang dan menganggukan kepalanya. Tetapi setelahnya yeosang melepaskan pelukan mereka dan berniat keluar dari gang tersebut.

Namun itu tidak mudah, jongho tidak melepaskan pelukannya di pinggang yeosang, tidak menyerah yeosang tetap berusaha melepaskan pelukannya.

"Ada apa?" Jongho bertanya bingung dengan yeosang yang tiba-tiba memberontak.

"Aku tidak suka bau rokok". Yeosang memandang kesal jongho, tindakan dia mengerti dengan perlakuannya yang memberontak setelah menanyakan apakah dia merokok?

"Ah, maaf aku tidak tahu. Aku tidak akan merokok lagi"

"Untuk apa? Itu hak mu"

"Kau tidak menyukainya"

"Apa urusannya denganku?"

"Jadi kau ingin aku terus merokok?"

"Tidak, itu tidak baik untuk kesehatanmu"

Jongho tersenyum, ia benar-benar senang. Mendapatkan yeosang sangat mudah, padahal dia sudah merencanakan untuk menguntitnya dan mengawasinya diam-diam tetapi Tuhan berkata lain, tanpa jongho mengeluarkan tenaga sedikit pun yeosang lah yang menghampirinya.




















































- BERSAMBUNG -

Illusion : Where are you? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang