San menatap wooyoung yang terus tersenyum di sampingnya.
"Kau senang?"
Wooyoung mengalihkan pandangannya pada san, lalu mendaratkan kepalanya di pundak san.
"Aku sangat senang, sudah lama sekali aku tidak melihat laut, rasanya aku ingin tinggal di sini saja"
San mengelus tautan tangan mereka, sesekali mengecupnya.
"Kalau begitu mari tinggal disini bersama"
Wooyoung mengangkat kepalanya menatap san, terkadang wooyoung memiliki sedikit kekhawatiran kepada pria di depannya ini, ia hanya tahu san menyukainya tapi... benarkah suka? atau dia hanya sedang bosan dan ingin mencari suasana yang berbeda.
"Kita tinggal bersama?"
"Hm, kau dan aku, kita tinggal bersama di sini, kau tidak mau?"
Wooyoung terdiam sembari menatap wajah san yang setia memandanginya menunggu jawaban dengan senyum tipisnya.
"Aku mau, tapi ini sangat jauh ke perusahaan mu, kau akan sangat kelelahan jika pulang pergi terus menerus"
San menggelengkan kepalanya, "tidak tidak, aku kan bisa bekerja dari rumah, jika ada sesuatu yg mendesak baru aku pergi ke perusahaan"
"Kau tidak bisa seperti itu, jangan karna kau pimpinannya kau malah seenaknya". Wooyoung menghela nafasnya pelan.
"Apapun yang membuat mu senang akan ku lakukan wooyoung, bahkan jika kebahagiaan mu adalah kepergianku maka tidak akan kulakukan"
Wooyoung membulatkan matanya, ia mencoba untuk tidak tertawa dengan perkataan dan barusan, apa-apa itu tadi?
"Kau tidak akan melakukannya? Berarti kau menyakitiku?"
"Kau ingin aku pergi? Aku tidak mau pergi, kita bisa mencari solusi lainnya kan?". San merengek seperti anak kecil, membuat wooyoung benar-benar gemas, benarkah dia berumur 29 tahun?
"Kau sangat menggemaskan". Wooyoung tersenyum manis sambil ngelus pipi san.
"Kalau begitu cium aku di sini". San menunjukan pipi sebelah kirinya yang sedang wooyoung elus.
Tidak menerima jawaban tetapi langsung bertindak, wooyoung mengecup pipi san berkali-kali membuat san menahan senyumnya malu, bukan malu karena orang-orang melihatnya tapi malu karena ia sangat menyukainya.
"Berhentilah san, aku sedang memasak, kau tidak lihat aku sedang memegang pisau?"
San yang sedari tadi sibuk memeluk wooyoung dari belakang hanya menggelengkan kepalanya di pundak si manis, san benar-benar sudah jatuh pada setiap gerak gerik wooyoung.
"Aku lebih tua darimu, kenapa memanggilku begitu?"
"Lalu kau ingin di panggil apa?"
"Apapun yang keluar dari mulut mu aku tidak masalah"
Wooyoung berdecak pelan, sedikit menahan tawanya. Apapun? Okay.
"Kalau begitu bagaimana dengan bajin--"
Sebelum wooyoung menyelesaikan kalimatnya, san lebih dahulu membungkam bibir wooyoung dengan bibirnya.
Ia tidak akan pernah membiarkan wooyoung menyebut dirinya dengan kalimat menjijikan itu, tidak akan pernah.
Wooyoung menuruti apa yang dilakukan san, kepalanya ia tolehkan kesamping agar san lebih leluasa bergerak, jangan lupakan telapak tangan san yang mengelus leher depan wooyoung.
Hanya ciuman tanpa nafsu, tetapi mereka menikmatinya. Setelah beberapa saat san melepaskan tautan mereka, menatap wooyoung yang menatapnya juga.
"Jangan sebut aku dengan panggilan itu, aku tidak suka"
Wooyoung tersenyum manis melihat mimik wajah san sekarang, sungguh seperti anak anjing yang sedang marah namun wajahnya begitu menggemaskan.
"Baiklah baiklah, aku tidak akan. Lalu aku harus memanggilku apa? Sayang?"
Seketika san mengangguk ribut, dia menyukainya, sangat menyukainya.
"Panggil lagi"
"Tidak"
"Kenapa?"
"Aku sedang memasak, kalau aku mengulanginya ku jamin masakan ini tidak akan jadi sampai besok"
San melepaskan pelukannya, mental wooyoung beberapa saat lalu pergi dengan kaki yang sedikit di hentakan.
Wooyoung hanya menghela nafas pelan seraya terkekeh, bayi tetaplah bayi walaupun badanya begitu besar.
( Jangan lupa vote nya guys )
- BERSAMBUNG -
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion : Where are you? [END]
Short StorySelama 29 tahun san hidup dengan pendirian tidak akan pernah mau jatuh cinta bahkan sampai mati sekalipun, tetapi setelah bertemu dengan pemilik toko bunga pada malam hari itu membuatnya menelan ludah sendiri. dom ; Choi San sub ; Jung Wooyoung 📍...