11 • Walls Between Us

0 0 0
                                    

Orion baru saja selesai berpakaian rapi untuk bekerja, mengenakan kemeja biru muda dan dasi yang serasi. Saat ia turun ke lantai bawah, rumah terasa sepi. Ia mengernyitkan dahi saat menyadari bahwa Elara sudah tidak ada di rumah. Biasanya, mereka pergi bersama, tapi pagi ini berbeda. Ia melihat meja makan yang masih kosong, tanpa bekas sarapan yang biasanya mereka nikmati berdua. Orion menghela napas panjang, sedikit kecewa karena tidak ada perbincangan pagi yang hangat seperti biasanya. Apakah Elara masih marah karena perdebatan mereka semalam?

Di kantor, Elara sudah menenggelamkan diri dalam pekerjaan sejak tiba. Tangannya cekatan mengetik laporan di layar komputer, mencoba mengalihkan pikirannya dari percakapan mereka malam sebelumnya. Lama sampai akhirnya ia mendengar suara langkah kaki yang familiar mendekat ke mejanya.

“Elara,” suara Orion terdengar penuh tanya. Elara mendongak, melihat Orion berdiri di depan mejanya. “Kau pergi lebih dulu hari ini. Kenapa?”

Elara menghindari tatapan penuh selidik Orion, ia kembali fokus pada pekerjaannya di layar komputer. “Ada banyak tugas yang harus aku selesaikan hari ini. Aku hanya ingin mulai lebih awal agar semuanya selesai tepat waktu.”

Orion mulai menautkan alisnya lalu menatap dengan serius, tampak tidak sepenuhnya puas dengan jawaban itu. “Apakah kau bisa ke kantorku sekarang? Aku ingin bicara sebentar.”

Jemu karena merasa diusik Elara akhirnya memberi alasan untuk menunda pembicaraan mereka. "Aku ingin ke toilet dulu, bisa?”

Orion mengangguk pelan, meskipun jelas terlihat bahwa ia bingung dengan perubahan sikap Elara. “Baiklah, aku akan menunggumu di ruanganku.”

Elara hanya mengangguk, mengambil tas kecilnya, dan beranjak menuju pintu lift. Alih-alih menuju toilet, ia malah berjalan ke arah kantin. Rasa kesal dan beban pikiran dari malam sebelumnya masih terasa berat di benaknya. Kantin yang sepi di pagi hari mungkin bisa memberinya sedikit waktu untuk berpikir jernih.

Mike melihat Elara dari kejauhan, lalu melambaikan tangan dengan antusias. “Hai, kau ingin sarapan?” sapanya menawarkan kursi agar ikut duduk.

Elara tersenyum dan duduk. “Aku tidak ingin sarapan, aku lebih ingin duduk-duduk saja sebelum mulai bekerja. Mungkin juga untuk menenangkan pikiran.”

Mike mengangguk. “Kau yakin? Baiklah kalau begitu temani aku saja. Lagipula, sarapan tanpa teman itu seperti kopi tanpa gula.”

Elara tertawa kecil, merasa sedikit lebih rileks dari ketegangan yang Orion buat. “Kau tidak sekikuk yang aku kira, Mike.,” balasnya.

Mike mengangkat bahunya dengan sedikit pura-pura angkuh. “Itu karena aku tidak ingin mencari masalah di hari pertama bekerja. Lagi pula, siapa yang ingin sarapan sendirian kalau bisa ditemani wanita seperti kau?”

Elara menggelengkan kepala sambil terkekeh, menyadari betapa mudah Mike membuatnya merasa lebih baik. “Baiklah, aku akan mengambil sesuatu untuk dimakan.”

Saat Elara bangkit, Mike tersenyum puas. “Nah, itu baru namanya sarapan yang benar. Kalau kau butuh rekomendasi, croissant di sini lumayan enak.”

"Kau benar, Mike croissant di sini benar-benar enak." Elara mengangguk setuju.

***

Elara menghabiskan hari itu dengan menghindari Orion. Ia sibuk dengan pekerjaannya, menghindari segala bentuk percakapan, bahkan tatapan mata biru pria itu. Saat istirahat, ia lebih memilih pergi ke kantin atau berpura-pura sibuk di toilet, hanya untuk menghindari kemungkinan berpapasan dengan Orion. Ia tahu betul bahwa percakapan mereka tadi pagi belum selesai, tapi ia tidak siap untuk menghadapinya.

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang