07 • Caught in the act

0 0 0
                                    

Elara mengetuk pintu ruang kerja Orion dengan pelan sebelum membukanya sedikit. Ia melongokkan kepalanya ke dalam dan melihat Orion sedang sibuk dengan beberapa dokumen.

“Mr. Hawke untuk makan siang nanti, apa yang Anda inginkan? Saya bisa memesan sesuatu untukmu,” tanya Elara sambil berjalan mendekati meja Orion.

Orion mengangkat kepalanya dari dokumen yang sedang dia periksa, dan menatap Elara sejenak sebelum memberikan jawaban. “Kau formal sekali pada kekasihmu, dan kenapa kita tidak makan siang bersama saja?”

Elara menoleh ke belakang untuk memastikan pintu tertutup rapat agar tidak ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka. “Kau lupa, kita sedang di kantor, Orion. Orang-orang akan tahu kalau kita sudah berkencan jika mereka melihat aku terlalu santai atau sering bersamamu,” ucap Elara pelan nyaris berbisik.

Orion mendengus kesal, wajahnya menunjukkan rasa frustrasi. “Kau tahu, aku mungkin memiliki dirimu, Elara, tetapi aku seakan tidak bisa merasakan seutuhnya. Semua ini membuatku gila,” ucapnya sambil menghela napas panjang.

Elara merasa sedikit bersalah. Dia mendekati Orion dan meletakkan tangannya di bahu pria itu dengan lembut. “Maafkan aku, Orion. Tapi jika kita ingin hubungan ini berhasil, kau harus lebih bersabar. Ini penting, terutama di tempat seperti ini,” katanya berusaha menenangkan pria itu.

“Selain itu,” lanjut Elara, “aku sudah berjanji untuk makan siang di kantin bersama Samantha. Aku merasa bersalah karena kemarin telah membatalkan janji dengannya.”

Orion menatap Elara sebentar, lalu mengangguk dengan pasrah. “Baiklah, aku akan makan siang di luar saja, sendirian.” Orion menekan kata terakhirnya seakan sedang merajuk.

***

Elara dan Samantha duduk di kantin kantor, menikmati makan siang dengan suasana yang nyaman. Wajah Samantha tampak cerah saat ia berbicara mengenai Dave, kekasihnya.

"Aku rasa, Dave mulai serius, Elara," ujar Samantha, nada suaranya terdengar bahagia. "Dia mengatakan minggu depan ingin bertemu dengan orangtuaku."

Elara tersenyum tak bisa menutupi rasa senangnya, menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil menatap Samantha dengan penuh perhatian. "Sam, katakan padaku jika kamu juga sedang merencanakan pernikahan dengan, Tuan Dave-mu itu."

Samantha tertawa kecil, bahunya sedikit terangkat. "Belum ada rencana pasti, tetapi jika dia memang serius, mungkin tidak akan lama lagi."

Elara menarik napas panjang, senyumannya tetap mengembang. "Aku iri padamu, Sam. Kamu sudah memiliki seseorang yang bersedia berkomitmen, sementara aku masih sibuk dengan urusanku sendiri. Sepertinya hidupmu jauh lebih sempurna."

Tanpa mereka sadari Diana muncul dari belakang dan langsung bergabung dengan mereka tanpa permisi, duduk di samping Samantha dan meletakan baki dengan burrito yang sudah terpotong menjadi dua.

"Iya, Elara," ucap Diana dengan nada menyindir, "mungkin kau memang perlu mencari pacar agar hidupmu tidak melulu dihabiskan untuk bekerja dan mengurus jadwal-jadwal sibuk Orion."

Samantha mengangguk setuju, suaranya ikut menasihati, "Benar, Elara. Kamu terlalu banyak memikirkan pekerjaan dan jadwal Orion. Jika kamu punya pacar, hidupmu pasti akan lebih santai."

Diana mengangkat dagunya sedikit, tersenyum tipis dengan nada sinis. "Tapi sekalipun kamu sibuk dengan Orion, aku rasa lelaki tampan itu tidak akan tertarik padamu."

Elara berusaha mempertahankan senyumannya meskipun merasa terganggu dengan perkataan Diana. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, "Jadi, Samantha, jika kamu menikah nanti, kalian akan berbulan madu ke mana?"

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang