02 • Passion Ignited

2 2 0
                                    

Elara tiba di kantor lebih awal seperti biasanya. Dengan langkah cepat, dia menuju meja kerjanya dan mulai menyiapkan seluruh berkas yang dibutuhkan oleh Orion.  Setiap dokumen diperiksa dengan teliti, memastikan tidak ada yang terlewat. Setelah semuanya siap, Elara memutuskan untuk membuat secangkir kopi di pantry.

Saat Elara memasuki pantry, dia melihat seorang wanita cantik yang tempo hari ia lihat di kantin, seolah-olah keluar dari halaman majalah mode. Wanita itu adalah rekan kerjanya yang kemarin menggosipkannya. Ia berdiri dengan anggun, mengenakan dress merah marun yang memeluk tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah. Rambutnya yang panjang dan berkilau tergerai bebas, menambah kesan glamor. Sepasang sepatu hak tinggi berwarna senada melengkapi penampilannya yang mewah.

Ia tersenyum manis saat melihat Elara, seolah-olah tidak ada yang terjadi kemarin. "Hai, kau pasti Elara, kan? Aku Diana Sanders," katanya dengan suara lembut penuh percaya diri.

Elara menatap Diana dengan begitu terpesona, dengan kulit yang halus dan riasan yang sempurna. Setiap gerakannya tampak anggun, seperti seorang model di atas catwalk. Dress yang dikenakannya tampak mahal, dengan detail renda yang rumit dan potongan yang elegan.

"I-iYa, aku Elara," jawab Elara sambil mencoba tersenyum. Dia merasa sedikit canggung, mengingat gosip yang didengarnya kemarin. Namun, berusaha untuk tetap ramah.

Diana melangkah mendekat, aroma parfum mahalnya tercium lembut. "Senang bertemu denganmu. Aku dengar kau baru di sini. Bagaimana kesan pertamamu bekerja di Hawke Industries?"

Elara mengangguk pelan. "Sejauh ini, semuanya berjalan baik."

Diana melirik ke arah mesin kopi. "Kau sedang membuat kopi untuk Orion, ya?" tanyanya dengan nada yang tampak dibuat seramah mungkin.

Belum sempat Elara menjawab, Diana sudah bergegas mengambil cangkir kopi dan menuangkan bubuk kopi dari tempat yang indah yang dibawanya sendiri. Dia menuangkan air panas dan mengaduk pelan hingga aroma khas kopi menguar di udara. "Orion suka kopi luak dan tidak bisa minum kopi murah sembarangan," katanya sambil tersenyum sinis. Diana juga meletakkan beberapa potong cookies di piring kecil untuk menemani kopi Orion.

"Kalau kamu tidak tahu kesukaan dan ketidaksukaan Orion, dia akan lebih cepat memecatmu," sindir Diana dengan nada yang tajam.

Elara merasa tersudut, namun sebelum dia bisa membalas, pintu pantry terbuka dan Orion masuk. Diana dan Elara sama-sama terkejut.

"Oh, Anda datang pagi sekali, Mr. Hawke," kata Elara dengan basa-basi, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Diana segera menyodorkan cangkir kopi buatannya kepada Orion. "Ini kopi favorit Anda, Mr. Hawke. Kalau kurang, saya bisa membawakan cookies lagi."

Orion menolak dengan sopan. "Terima kasih, Diana, tapi saya hanya ingin minum air putih." Dia mengambil gelas biasa dan mengisinya dengan air dari dispenser. Setelah itu, dia menoleh ke Elara. "Ada pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum siang ini. Elara, tolong cek email dari klien yang kemarin, ya."

Elara mengangguk dan mengikuti Orion keluar dari pantry, meninggalkan Diana yang tampak kecewa.

Saat jam makan siang, Elara bertemu dengan Samantha di kantin. Samantha tersenyum dan bertanya, "Bagaimana rasanya menjadi asisten Orion selama enam hari ini? Masih mengalami kesulitan?"

Elara menggeleng. "Semua mulai lancar, hanya saja tadi pagi aku berkenalan dengan Diana. Dia bilang kalau Orion lebih suka kopi luak."

Samantha mengangkat alis. "Jangan terlalu dipikirkan. Diana itu pengacau handal. Sebenarnya, tak ada yang suka dengan gadis haus validasi sepertinya. Dia tergila-gila pada Orion, meski semua tahu kalau Orion tidak menganggapnya penting."

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang