03 • Tempting Thought's

6 2 0
                                    

Saat siang menjelang, sinar matahari yang hangat menembus celah jendela, membanjiri kabin mobil dengan cahaya lembut. Elara perlahan membuka matanya yang berat, merasakan sisa-sisa pengar yang menekan kesadarannya. Kepalanya terasa berat, seperti tertimpa beban yang tak terlihat. Kebingungan mulai merayap dalam pikirannya. Elara terkejut saat mendapati dirinya berada di dalam mobil, sebuah tempat yang asing baginya. Ia buru-buru menoleh ke kanan dan kiri, dan jantungnya berdegup kencang saat menyadari bahwa ini adalah mobil milik Orion.

Dengan tangan gemetar, Elara menutup mulutnya yang nyaris berteriak. Ia menyadari bahwa sebagian besar dari dirinya tidak bisa mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Tubuhnya terasa kaku, terutama bagian pahanya yang kini sakit dan tegang. Orion, yang duduk di kursi pengemudi, hanya mengenakan celana panjang berbahan tipis yang melekat erat kaki dan pinggulnya, memperlihatkan otot-ototnya yang kokoh dan atletis.

Tubuh Orion tinggi dan tegap, dengan otot-otot yang terbentuk sempurna dari latihan yang disiplin. Bahunya lebar, dan lengannya kuat, Meski begitu, ada sesuatu yang lembut dalam cara ia bergerak, seakan menyimpan kekuatan itu dengan hati-hati.

Dengan perasaan yang masih membuatnya terkejut Elara membuka pintu mobil dan keluar dengan langkah pelan. Ia melihat sekeliling, mencari taksi di sepanjang jalan untuk membawanya pulang ke apartemennya. Kakinya hampir goyah saat mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Namun, sebelum ia bisa menyusun potongan-potongan memori itu, ponselnya bergetar di saku. Nama Samantha muncul di layar.

"Bagaimana pesta semalam?" tanya Samantha di ujung telepon dengan nada ceria.

Elara berusaha menjaga suaranya tetap tenang, tapi nada gemetar tak bisa ia sembunyikan. "Sam, bisa kamu datang ke apartemenku? Sekarang?" tanyanya, suaranya penuh kegelisahan.

Samantha langsung terdengar khawatir. "Tentu, aku akan ke sana sekarang."

Sesampainya di apartemen, Elara langsung menuju kamar mandi. Kamar mandinya minimalis dan rapi, dengan dinding marmer putih dan pancuran air yang kadang sedikit macet dibagian kerannya. Cermin besar di atas wastafel memantulkan bayangan wajahnya yang masih terlihat lelah. Elara membuka keran shower dan membiarkan air hangat mengalir deras dari atas, meresap ke kulitnya yang dingin.

Di bawah pancuran air, perlahan-lahan ingatan Elara mulai kembali seperti kepingan puzzle. Adegan-adegan malam itu muncul satu per satu. Ia ingat ciuman itu-ciumannya dengan Orion. Entah bagaimana, di tengah kekacauan malam itu, mereka terjerat dalam momen yang sangat intim. Air hangat membasahi wajahnya, dan Elara menutup mata, berusaha memahami perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.

Setelah mandi dan rapi, Elara merasa sedikit lebih tenang. Dia mengisi perutnya yang kosong dengan sepiring sosis dan telur dadar. Rasa hangat dari makanan membuat pikirannya sedikit lebih jernih, meski bayangan malam sebelumnya masih menghantui. Samantha datang tidak lama setelah Elara merapikan meja makannya, membawa beberapa buah berry segar sebagai tambahan sarapan. Biggy, anjing kecil Elara, langsung menjilati Samantha dengan penuh kegembiraan saat dia masuk. Samantha pun menggendong Biggy, mengelus kepala kecilnya dengan penuh kasih sayang.

Samantha segera bertanya, "Ada apa? Kamu terdengar aneh di telepon tadi."

Namun, Elara memilih diam. Dia tidak siap menceritakan kisah cinta satu malamnya dengan Orion-bosnya sendiri. Rasa canggung dan takut menguap dalam dirinya. Jadi, dia mengalihkan pembicaraan dan bertanya, "Bagaimana kencanmu semalam dengan pria misterius itu?"

Samantha tersenyum malu dan mulai bercerita dengan antusias. "Oh, itu cukup menakjubkan. Dia menjemputku di rumah tepat waktu, dan kami pergi makan malam di sebuah restoran kecil yang romantis. Makanannya enak, dan kami berbicara tentang banyak hal. Setelah makan malam, dia mengantarku pulang. Sebelum aku keluar dari mobil, dia mencium tanganku dan berkata, 'Selamat tinggal, Samantha. Sampai jumpa lagi.' Ada sesuatu yang begitu tulus dalam caranya berbicara. Aku merasa ada sesuatu yang istimewa di antara kami."

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang