Dia kembali, Dan Hauhan menatap sosok Hui ge dengan tatapan tak suka.
Ditempat yang sama, Huhan tengah menonton pertandingan sepak bola kelas 12 dilapangan.
Sembari menemani Lizi yang sedang belajar didalam kelas. Sungguh bosan jika harus didalam saja.
Dan mobil itu lagi lagi masuk kedalam sekolah. Pria itu menatap kearahnya namun Hauhan buang muka, acuh tak acuh.
Tetap harus bersiaga, siapa tau level kekuatan pemuda itu diatas dirinya. Rasa penasaran Hauhan dan seperti kakuatan mereka menandakan sinyal tak asing membuatnya terbang dan diam diam mengikuti pemuda tadi.
Mengikuti dari belakang diam diam,
Ia menguping dibalik pintu ruang kepala sekolah. Sesaat setelah Hui ge masuk kedalam ruang guru.
...
"Baiklah Bapak Hui ge, kami sangat berterima kasih karena anda menjadi salah satu penyokong dana sekolah kami. Kami tidak akan mengecewakan tuan dalam hal pendidikan." Ucap pak kepala sekolah, yang Hauhan tidak tau namanya.
"Baik, saya percaya hal itu. Saya senang bisa mengenal sekolah ini." Hui Ge dengan wajah tampannya tersenyum ramah kepada kepala sekolah. Hui Ge memakai jas dan celana hitam pakaian kantor, sangat cocok untuknya membuat dia terkesan lebih gagah.
"Oh ya bapak, Kami guru guru serta murid mengundang bapak sebagai tamu pertandingan basket persahabatan. Sekolah kami melawan sekolah sebelah. Kiranya jika bapak ada waktu dan bersedia datang ke acara tersebut. Tepatnya tanggal 13 Mei 2024, kami pasti akan senang."
Undangan tersebut tentu akan sangat berarti jika pembisnis muda tersebut mau menghadirinya sebab Hui ge, adalah salah satu pengusaha urutan nomor 3 terkaya di daerahnya.
Hui Ge mengangguk angguk senang. Tentu ia sangat senang, akan ada alasan untuk menyelidiki lebih dalam tentang sosok yang ia incar kemarin. (Hauhan)
"Sepertinya dia, dari kasta dewa kecil anak dewa dan manusia." Menolog Hauhan, ya karena wajah Hui ge yang begitu membuat orang lain damai dan terkesan pintar ia bisa menyimpulkan hal tersebut dengan yakin.
"Kami pasti akan datang" satu kata membuat pak kepala sekolah sedikit terkejut.
"Terima kasih!"
"Saya pamit undur diri." Pamit Hui ge, dengan sedikit membungkukkan badan. Lalu berlalu keluar.
"Baiklah" Hauhan lantas cepat cepat keluar dari ruang kantor dan bersembunyi dibalik pohon. Hauhan memakai Sweeter tipis berwarna biru, dan celana Jeans cream. Rambutnya tergerai indah dengan jepit naga di sisi telinga.
Angin menerjang wajahnya hingga membuat rambutnya tanpa sadar berkibar dari balik tempat persembunyian.
Aroma has yang berasal dari tubuh Hauhan (manis dan segar) tentu Huige langsung tau jika Hauhan ada disini. Sedikit terkikik didalam hati.
'Kau penasaran denganku' Hui ge melirik sekitar dan benar saja. Dapat ia lihat sesuatu menjuntai dari balik pohon.
'Kau lebih manis jika mode seperti itu.'
Hui ge berjalan santai kearah pohon, dengan berpura pura tidak tau ada Hauhan disana.
Jantung Hauhan berdetak kencang, ia sangat takut jika ketahuan menguntit. Namun beberapa detik kemudian ia terkejut bukan main dengan tarikan ditangannya.
"Hei, lepas!"
"Ikut aku!." Perintah pemuda itu dengan sedikit berbisik.
Hauhan menghempaskan tangannya tak suka, pasalnya pemuda itu menarik paksa pergelangan tangan kecilnya. Namun energi kuat bak rantai membuat hauhan terdiam.
"Sakit?"
Hui ge bertanya pada kepala sekolah dimana toilet berada, pak kepala sekolahpun menunjuk kesebuah arah. Hui ge yang sedang memegang satu tangan Hauhan dibalik punggungnya menyeret gadis itu ikut bersamanya.
Brakk
"Kau lepaskan aku!" Perintah Hauhan dengan mata memincing nyalang sebab genggaman tangan Hui ge yang erat pada pergelangannya membuatnya sulit bergerak.
"Kau siluman jahat kenapa ada disini?" Tanya Hui ge dengan senyum, membuat Hauhan tersentak. Namun ia senang karena lengannya tak lagi di genggam erat.
"Bukan urusanmu, pergi!" Hauhan mendorong bahu Hui ge kuat membuat Hui ge sedikit bergeser. Namun tidak jika kau berfikir ia akan terjungkal.
"Tidak akan, sebelum kau katakan siapa tuan barumu Hauhan Sang." Hui ge tersenyum jahil, membuat Hauhan geram.
Ia mengeraskan rahang sampai, bola mata nya yang semula biru.
Berubah menjadi merah darah. Tatapan mereka saling bertemu cukup lama.
Sampai Hauhan menghilang tiba tiba dari tempat tersebut.
...
Hauhan bersungut sungut, berjalan menuju kantin. Namanya dipanggil, jadi harus cepat kembali pada Lizi yang sedang mengawasi setiap langkahnya.
Auranya masih tak terkendali, membuat siapapun yang ia lewati. Merasakan hawa panas yang menjalar keseluruh badannya.
"Pst pst" lizi memanggil dan Hauhan menoleh, lizi berada dibalik pohon sedang duduk menghadap lapangan basket.
Hauhan duduk di sebelahnya.
"Hei, kenapa kau seperti itu kak. Tak biasanya." Komen Lizi yang memandang wajah Hauhan yang kesal.
"Bukan urusanmu." Ketus, membuat Lizi cemberut.
"Baiklah, terserah. Nanti sore aku mau latihan basket, jadi nanti kita pulang dan kembali lagi kemari." Jelas Lizi senang.
"Basket?" Ulang hauhan, membuat Lizi mengangguk. Hauhan ingat jika kepala sekolah mengundang pria tadi untuk melihat pertandingan basket.
"Jika kau tidak mau, aku akan meninggalkanmu dirumah."
"Hanya latihan bukan, bawa aku. Jika aku bosan aku tidak akan keluar dari liontinku." Jelas Hauhan singkat.
Mereka berduapun jalan menuju kantin, untuk mengisi perut mereka.
...
Sore menjelang.
Dimension Lizi dengan cepat, menyiapkan seragam dan mandi untuk segera kembali ke sekolahnya. Dan Hauhan membantu lizi urusan dapur.
Mereka berbagi tugas, dengan ogah ogahan tetapi tetap saja jadi dan matang. Cukup 1 jam dengan 4 kompor menyala bersamaan. 4 hidangan siap disajikan.
"Sudah?" Tanya Lizi yang turun dari lantai dua. Hauhan menangguk.
"Itu makan dulu, tunggu aku selesai mandi." Hauhan menunjuk piring yang sudah disiapkan didalamnya sudah ada lauk dan nasi didalam mangkuk.
"Terima kasih kak." Hauhan mengangguk dan langsung pergi kelantai dua untuk mandi. Jangan tanya darimana ia memakai pakaian berganti ganti.
Tentu saja, ia punya banyak pakaian yang ia pakai pada cincin ruang ajaibnya. Itu ia beli dari uang Liyang Wu, dan Uang tuannya dulu Beiyue Shuang.
Anggap saja upahnya, menjaga mereka toh. Body guard mana yang mau berjaga siang dan malam tanpa diupah. Apalagi Beiyue Shuang, dia adalah Mafia yang memiliki uang banyak. Ia hampir tak bisa tidur gara gara ikut bersama, Beiyue.
Hauhan menatao dirinya dicermin, dengan pakaian casual dan sepatu berhak agak tinggi dibelakang. Rambutnya ia kuncir kuda.
Lantas turun menemui Lizi yang memang sudah selesai makan.
'Cantik' puji Lizi dalam hati.
"Ayo nanti terlambat, oh ya nanti aku akan menunjukkan diriku. Bilang saja aku sepupumu yang mengantarmu." Lizi mengangguk saja.
Tapi dengan wajah secantik itu, apakah dia akan baik baik saja. Bahkan Hauhan lebih cantik dari pada Yili.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Ratu Siluman
Fantasy"Aku sudah menantimu selama 5000 tahun, dan kau bereinkarnasi jadi seperti ini?." Penantian Ratu keabadian membuatnya terkurung didalam sebuah liontin perak dengan baru biru sebagai buahnya. Ia tak bisa hidup bebas bahkan hampir sekarat didalamnya. ...