Pagi pagi buta, Hauhan merasa pergerakan disekitarnya. Membuat Hauhan terbangun dan keluar dari liontin. Dapat ia lihat Lizi tengah memakai sendal tidurnya.
"Mau kemana kamu masih jam 5." Menolognya sembari mengikuti Lizi ternyata dia masuk ke kamar mandi Hauhan tidak jadi ikut. Ia memilih untuk duduk dikasur Lizi.
Setelah dari kamar mandi, Lizi mengeringkan wajah. Dan turun kebawah ke lantai satu, ia memakai apron juga mencuci tangan. Hal itu tidak lepas dari pandangan Hauhan.
"Dia memasak, rajin sekali. Apa tidak ada pembantu di rumah semewah ini." Hauhan bersidekap tangan diatas dada.
Melihat keterampilan lizi memotong. Beberapa kali Lizi terlihaf menguap. Tentu ini masih jam 05.00 Hauhan menonton aksi Lizi dari awal hingga menghidangkan makanan tepat dipukul 06.00.
Lizi juga menyiapkan 1 bekal makanan dan dibawa ke lantai dua. Di kamar Lizi menaruh bekalnya yang masih terbuka diatas meja belajar. Dan masuk kedalam kamar mandi.
Suara guyuran air terdengar dapat Hauhan simpulkan Lizi sedang mandi.
Lizi hanya menaiki bus sekolah, Hauhan bingung kenapa Lizi anak orang kaya tidak diantar supir.
Tapi ia tak perduli, dan memilih membuntuti Lizi. Sekolah nampak ramai dengan anak anak Sma yang sedang membersihkan kelas. Menyapu lantai, membersihkan kaca, dan lain sebagainya.
Hauhan masuk kedalam kelas bersama Lizi, didalam Lizi langsung mengeluarkan bukunya setelah duduk di bangku nomer dua dari depan.
Baru saja membuka buku, dobrakan pada meja membuat keduanya terkejut. Dua pemuda lebih tinggi dari Lizi menatap remeh padanya.
"Ikut kami bos menunggumu!"
Lizi diseret oleh kedua pemuda tadi menuju atap. Disana sudah ada satu orang yang menantinya.
"Hey singkirkan tangan kotor mu itu!" Haohan memberi peringatan pada dua pemuda yang menyeret Lizi paksa.
Ia datang dan langsung meninju perut Lizi, membuat Haohan tercengang.
Haohan yang marah langsung saja merasuki tubuh Lizi.
"orang tidak berguna membuat banyak masalah"
Satu tinjuan lagi melayang pada perut Lizi namun itu langsung dirasakan oleh Prajurit Haohan.
Membuat Haohan murka. Ia langsung mendorong kedua tangannya, yang di pegang dua pemuda. Hingga kedua duanya terpental. Haohan ditubuh Lizi membuat Lizi Kuat tiada tanding, dengan tubuh kurusnya.
Ia mampu dengan mudah membuat dua pemuda yang mengunci pergerakannya tersungkur.
Ia menyerang tiga pemuda tersebut hingga babak belur, dan lari terbirit birit dengan kaki tak bisa berlari lurus.
Jika Haohan Serius mungkin tiga pemuda tadi akan merakan hal yang lebih parah.
Haohan hanya memberi peringatan, sebab lizi kini tuannya. Dan tidak ada yang bisa menyakiti Lizi.
Haohan keluar dari tubuh Lizi, lizi Syok akan ingatan apa yang ia perbuat barusan tadi.
"Hah, bagaimana bisa?" Lizi menolog, sembari mengangkat tangannya.
Tak lama berfikir 2 sahabatnya datang dengan tergesa gesa menghampiri Lizi.
"Lizi apa Kehuai menyakitimu lagi!." Hauhan menatap Reuming Wen, dan Yaode bergantian. Sudah dapat dipastikan 2 curut tersebut adalah teman teman Lizi.
Mereka membolak balik tubuh Lizi hanya kusut sedikit membuat mereka berdua lega.
"Sudah kusangka, kau tidak bisa berkelahi." Hauhan mentap lizi iba.
Bel sekolah berbunyi lizi memasuki kelas, masih dengan memikirkan bagaimana ia bisa membalas perlakuan pembuli disekolahnya itu tadi. Padahal ia sama sekali tidak bisa beladiri.
Lizi itu termasuk remaja yang tidak mempercayai hal hal gaib. Jadi wajar ia merasa heran dengan apa yang terjadi sampai Yaode dan Reuming menegur Lizi yang melamun didalam kelas.
...
Yaode dan Reuming sangat asik, layaknya siswa yang lain mereka kerap bercanda dengan Lizi berbanding terbalik dengan Lizi yang pendiam.
Seharian lizi aman, tak ada yang berani menganggunya hingga pulang. Dikelas Lizi dilempar dengan bola bola kertas namun itu langsung dihalau oleh Hauhan.
Hauhan yang lelah setelah mengikuti Lizi seharian pun memilih untuk masuk kedalam liontinnya dan tidur.
Gadis itu meringkuk diatas kasurnya yang nyaman, lelah seharianan hanya melihat siswa siswi yang belajar.
Malam menjelang Lizi membersihkan diri, dan hendak memasak. Ia memasukkan liontin tersebut didalam saku celananya. Dan mengenakan celemek memasak.
Sebentar lagi ayahnya akan datang, ia harus memasak. Ayah dan kakak suka dengan masakan Lizi karena resep yang Lizi ingat dan rasanya sama dengan almarhum ibundanya.
Setidaknya Lizi merasa berguna disini. Walau hanya sebatas membuatkan sarapan pagi, dan makan malam yang masih hangat.
Itu harus selesai dan siap disantap ketika mereka pulang, jika tidak Lizi akan mendapat hukuman berat.
Haohan mencium aroma masakan yang harum ia terbangun, dan keluar dari liontin.
Ia melihat Lizi yang bersenandung, dengan kegiatan masaknya. Aroma itu membuat Hauhan lapar. Dua jam berlalu masakan siap.
Aromanya mampu mengugah selera makan siapa saja, lizi berbakat dalam hal memasak batin Haohan.
Haohan mencuri sedikit masakan Lizi saat ia tidak tahu, ia benar benar menyukai masakan Lizi. Aromanya sangat seimbang dengan rasa yang dihasilkan disetiap kunyahan.
Bel mension berbunyi dan nampaklah seorang Pria paruh baya sekitar 48 tahun. Lizi mengambil koper serta jas pria itu, yang Huahan yakini adalah ayahnya.
Tak ada percakapan diantara mereka, pria itu hanya berlalu dan makan. Dengan wajah yang sedikit lelah.
Kunyahan demi kunyahan hingga makanan didalam piringnya hendak habis. Mata pria itu selalu memperhatikan Lizi.
Dan satu kalimat membuatnya terkejut.
...
Hauhan Akui Lizi itu cantik bahkan sangat cantik, apalagi ia melihat lizi secantik putri salju. Tapi dia tidak akan tau jika akan terjadi hal tidak baik.
Hauhan merasa bulu kuduknya meremang, kala adegan diluar prediksinya tepampang dihadapan mata.
Sudah jelas itu adalah hal yang tidak pantas wajah hauhan memerah.
Beberapa detik kemudiaan ia memilih untuk membuat ayahnya pingsan. Dengan cara meniupkan serbuk penidur dari saku bajunya.
Lizi menghela nafas lega hari ini ia beruntung, lolos dari bully. Ia keluar dari kamar ayahnya dengan perasaan lega.
Menuju ruang makan lagi dan membereskan bekas makan sang ayah. Beberapa menit kemudian, masuklah sosok pemuda dengan wajah marah mendekati Lizi dan mencikik lehernya tiba tiba.
Pemuda itu mirip dengan Lizi dapat ia simpulkan jika pemuda itu adalah kakaknya.
"Uhuk, kak" Lizi terbatuk karena cekikan kuat kakaknya, yang mampu membuat Lizi kesulitan bernafas.
Hauhan mencekik leher kakak Lizi hingga terjadi adekan saling cekik.
Xiujie weng melepas cengkramannya di leher Lizi setelah merasakan sesak dan sakit dilehernya.
Hauhan mengangkat tubuh Xiujie dan menghempaskannya diatas sofa. Xiujie terbengong dengan otak yang masih memproses apa yang terjadi dengan nafas terengah engah.
Lizipun menutup mulutnya dengan kedua tangan merasa kaget dengan hal aneh yang lagi lagi ia lihat.
"Malang sekali nasibmu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Ratu Siluman
Fantasi"Aku sudah menantimu selama 5000 tahun, dan kau bereinkarnasi jadi seperti ini?." Penantian Ratu keabadian membuatnya terkurung didalam sebuah liontin perak dengan baru biru sebagai buahnya. Ia tak bisa hidup bebas bahkan hampir sekarat didalamnya. ...