BAB 2: BAPER

103 8 2
                                    

[Hansol's POV]

Hansol berjalan di koridor sekolah yang sepi, memutuskan untuk pergi ke WC setelah meminta izin kepada guru. Dia merasa sedikit jenuh dengan pelajaran yang sedang berlangsung dan berpikir untuk menyegarkan pikirannya sejenak. Langkah-langkahnya terhenti saat ia mendengar suara teredam dari dalam WC. Suara itu samar, tetapi jelas sekali adalah seseorang yang sedang dalam masalah.

"Tolong! Gue kejebak di dalam! Tolong buka pintunya!" suara itu terdengar panik, namun cukup untuk menarik perhatian Hansol. Dia merasa ada sesuatu yang salah.

Tanpa berpikir panjang, Hansol mendekati pintu WC yang tertutup rapat. Ketika dia mendekat, suara itu semakin jelas, dan dia bisa mendengar seseorang di dalam sedang berusaha keras untuk membuka pintu. Dengan wajah tetap datar dan tenang, Hansol berkata dengan nada rendah, "Mundur! Gue bakal coba buka."

Ada keheningan singkat dari dalam, seolah orang di sana sedang mencoba memahami situasinya. Hansol masih mencoba mengutak-atik pintu itu namun tidak ada suara dari dalam, membuatnya menjadi panik. Hansol mengenal dengan jelas suara itu.

Hansol mencoba membuka pintu secara manual, tetapi pintu itu tidak bergerak sama sekali. Dia mencoba lagi, tetapi tetap saja, gagang pintunya tidak bisa diputar. Menyadari bahwa tidak ada cara lain selain mendobraknya, Hansol menoleh ketika seorang petugas kebersihan lewat dan melihatnya mencoba membuka pintu.

Petugas kebersihan itu segera memahami situasinya dan berkata dengan nada mendesak, "Kenapa, dek? Bermasalah lagi pintunya?"

"Iya, pak. Ada orang juga di dalam."

"Yaudah, dobrak aja. Yang di dalam, jauh jauh dari pintu!"

Hansol mengangguk tanpa banyak bicara, menyiapkan dirinya untuk mendobrak pintu. Dengan tekad yang kuat, dia menendang pintu itu sekali, dua kali, tetapi pintu masih bertahan. Namun, pada tendangan ketiga, pintu akhirnya terbuka dengan keras.

Hansol melihat Seungkwan di dalam WC dengan wajah penuh kecemasan, hampir menangis. Seungkwan terlihat sangat terkejut ketika melihat siapa yang telah membebaskannya. Hansol dengan cepat mendekati Seungkwan, bertanya dengan suara lembut, "Lo gapapa?"

Seungkwan hanya bisa menatapnya dengan mata terbelalak, berusaha menenangkan dirinya yang gemetar. Dia mengangguk pelan, tetapi wajahnya masih menunjukkan tanda-tanda ketakutan dan kelegaan yang campur aduk. Namun, sebelum Hansol bisa mengatakan apa-apa lagi, Seungkwan tiba-tiba pingsan.

"Seungkwan! Jawab!"

Namun Seungkwan hanya diam. "Ayo kita ke UKS," Tanpa ragu, dia mengangkat Seungkwan dan membawanya ke ruang UKS. Meski wajahnya tetap datar dan dingin, dalam hatinya dia merasa cemas. Hansol berjalan cepat melalui koridor sekolah yang mulai ramai karena jam istirahat, langsung menuju ruang UKS, berharap Seungkwan baik-baik saja.

Setelah membawa Seungkwan ke ruang UKS, Hansol berdiri sejenak di ambang pintu, menatap Seungkwan yang terbaring lemah dalam keadaan pingsan di atas ranjang. Perasaan cemas yang tadi sempat menyeruak kembali menguasainya, meskipun dia berusaha menutupinya dengan ekspresi datar yang biasa. Ada sesuatu yang aneh dan tidak nyaman di dadanya.

Hansol menghela napas pelan dan menoleh ke arah perawat yang sedang memeriksa kondisi Seungkwan. "Gimana?" tanyanya dengan suara yang tetap tenang, meskipun ada nada khawatir yang samar.

Perawat itu mengangguk sambil tersenyum tipis. "Cuma kelelahan, mungkin sedikit syok juga. Dia harus istirahat seharian ini."

Hansol mengangguk, lega mendengar jawaban itu. Namun, saat dia melihat ke arah jam di dinding, dia sadar bahwa bel istirahat sebentar lagi akan berbunyi. Meski dia tahu seharusnya kembali ke kelas, ada perasaan kuat yang membuatnya enggan meninggalkan Seungkwan sendirian.

NEW YORK LESSON || VERKWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang