BAB 15: SIKAP HANSOL

69 7 1
                                    

Seungkwan, Minghao, dan Wonwoo duduk santai di bangku taman sekolah, menikmati waktu istirahat mereka. Suasana sore yang hangat dengan angin sepoi-sepoi membuat suasana terasa nyaman. Seungkwan sedang bercerita tentang kejadian lucu yang dialaminya di kelas ketika tiba-tiba suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Ketiganya langsung menoleh, melihat Hansol dan kawan-kawannya, termasuk Mingyu, Seokmin, dan Jun, berjalan mendekati mereka.

Seungkwan tiba-tiba merasa gugup. Dia tidak bisa menahan rasa canggungnya setiap kali Hansol ada di dekatnya. Padahal mereka tidak terlalu dekat, tetapi setiap kali Hansol berada di sekitarnya, Seungkwan merasa seperti menjadi pusat perhatian—meski dia tidak tahu apakah itu hanya perasaannya sendiri.

Mingyu adalah yang pertama membuka suara.

"Wonu!" seru Mingyu dengan wajah sumringah, melangkah lebih cepat menuju kekasihnya. Wonwoo tersenyum kecil, meskipun tampak sedikit malu karena teman-temannya masih ada di situ. 

"Heboh amat," sahut Wonwoo, memukul lengan Mingyu pelan.

Minghao, yang tadinya diam saja, mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia sudah mulai lebih santai di sekitar Jun, meskipun ada sejarah panjang di antara mereka. Namun, kini hubungan mereka mulai membaik, dan itu adalah hal yang melegakan bagi semua pihak. Jun mengangguk ramah kepada Minghao, menunjukkan bahwa tak ada lagi ketegangan di antara mereka.

Tapi yang membuat Seungkwan tidak tenang adalah Hansol. Dari awal mereka mendekat, Seungkwan sudah merasakan tatapan Hansol yang intens ke arahnya. Hansol tidak berbicara apa-apa, tetapi ada sesuatu dalam caranya melihat Seungkwan yang membuat pipinya memerah.

Ketika Hansol dan teman-temannya hendak melanjutkan perjalanan mereka, Hansol tiba-tiba berhenti tepat di depan mereka.

"Kita pergi dulu, ya," ucap Mingyu sambil menatap semua orang. 

Lalu, tanpa peringatan, Hansol mengulurkan tangannya dan dengan lembut mengelus kepala Seungkwan. Sentuhan itu singkat, tetapi cukup untuk membuat Seungkwan terpaku di tempat.

"Bye, Seungkwan," kata Hansol dengan senyuman yang membuat jantung Seungkwan berdegup lebih cepat.

Begitu Hansol dan teman-temannya beranjak pergi, keheningan canggung menguasai tempat itu selama beberapa detik, sampai akhirnya Minghao membuka mulut dengan suara yang lebih tinggi dari biasanya. 

"APA ITU TADI, KWANNN?" Minghao heboh.

Wonwoo juga terlihat kaget, "Hansol... ngelus pala lo, Kwan?"

Seungkwan hanya bisa tersenyum malu, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Tidak sanggup untuk berkata-kata lagi dengan wajahnya yang merah dan senyum canggungnya membuat Minghao dan Wonwoo makin heboh.

Minghao, dengan matanya melebar, berkata, "Seungkwan! Sejak kapan? Lo tiba-tiba banget!"

Wonwoo langsung menimpali, "Iya, iya! KALIAN PACARAN?"

Seungkwan menggeleng cepat-cepat, "NGGAK! Bisa, nggak, kalo ngomong tu di pikir-pikir dulu? Ngomong kok asal ngerocos aja, tapi bener kata gue, kan? Dia aslinya baik, ramah juga,"

Tapi Minghao dan Wonwoo tidak berhenti di situ. Keduanya langsung berseru, menggodanya tanpa ampun. "Ramah, katanya! Kalau ramah, kenapa nggak ngelus kepala kita juga, hah?" Minghao tertawa.

Seungkwan hanya bisa tertawa malu sambil menundukkan kepalanya. Di dalam hati, dia tahu ada sesuatu yang lebih dari sekadar keramahan di balik senyuman dan elusan Hansol tadi, tapi dia tidak berani mengatakannya—bahkan kepada dirinya sendiri.

[HANSOL SIDE]

Setelah Hansol dan teman-temannya pergi, Minghao dan Wonwoo masih sibuk menggodai Seungkwan yang wajahnya memerah akibat perlakuan Hansol. Di tengah tawa dan canda itu, Jun, yang berdiri agak di belakang, mengamati kejadian dengan mata tajam. Dia tampak tenang, tetapi ada sedikit senyum yang tersirat di wajahnya.

NEW YORK LESSON || VERKWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang