BAB 5: GALAU

77 5 0
                                    

Di kantin sekolah, suasana makan siang terasa hidup dengan deretan meja yang penuh dengan siswa-siswa yang sibuk makan dan berbincang. Meja di sudut dekat jendela adalah tempat Hansol, Mingyu, Seokmin, dan Junhui berkumpul. Piring-piring penuh dengan nasi, ayam goreng, dan sayuran tumis tersebar di meja, aroma masakan memenuhi udara.

Mingyu, yang tampak sedang berusaha menahan tawa sambil melihat ke arah Junhui pun memulai percakapan dengan penuh rasa ingin tahu.

"Eh, Jun, lo sama Minghao gimana? Dia masih sensi?"

Junhui, yang tampaknya agak malas tapi tetap menjawab dengan sabar, mengambil sepotong ayam dan mengunyahnya sebelum mulai menjelaskan.

"Ada peningkatan, kemarin perut gue di tinju sama dia."

Seokmin, yang selama ini dikenal sebagai orang yang mudah tertawa, langsung ngakak mendengar cerita Junhui. Tawa lepasnya menggema di sekitar meja, sementara Mingyu ikut ketawa sambil memegang perutnya.

"Hahaha! Gila! Terus gimana?"

"Ya, nggak gimana gimana. Dia langsung pergi habis ninju gue,"

"Busett!"

"Cara lo salah kali. Ah, payah!"

Junhui hanya bisa mendengus kesal dan  sinis. Dia mengangguk pelan, tapi tampak jelas kalau dia masih agak kesal dengan kejadian itu.

"Emang dia nya aja yang udah kesel duluan, mana masih percaya lagi kalo gue yang dekatin tu cewek,"

"Niatnya dekatin Minghao, eh pacarnya yang kepedean, kocak!" Tawa Mingyu.

Hansol, yang dari tadi cuma menyimak dengan wajah datar dan ekspresi tenang, akhirnya membuka suara. Suaranya tetap tenang tapi penuh dengan nada ketegasan yang membuat semua orang terdiam.

"Makanya jangan maksa."

Seokmin dan Mingyu masih tertawa, tapi tatapan mereka mulai lebih serius mendengar Hansol yang berbicara dengan nada tegas. Junhui hanya mengangguk, walaupun wajahnya menunjukkan bahwa dia belum sepenuhnya puas dengan solusi yang diajukan.

"Kalo nggak gitu, dia nggak bakal mau ngomong sama gue, Solll." Junhui mengeluh.

Hansol menarik napas panjang, menatap Junhui dengan tatapan tajam dan penuh perhatian.

"Lo mau tau kenapa masalah lo sama Minghao nggak pernah selesai? Gampang—lo terlalu berambisi buat buktiin lo nggak bersalah, tapi dengan cara yang salah. Jadi, pandangan Minghao ke lo tu makin jelek lagi."

Junhui menoleh ke arah Hansol, wajahnya menunjukkan kebingungan dan sedikit kemarahan.

"Maksudnya?"

"Lo tau sendiri kan, kalo Minghao ngira lo rebut pacarnya padahal nggak. Jadi, daripada lo koar-koar dan maksa buat bicara sama dia, mending lo bawa Lin sama Minghao ketemu bertiga, sekalian serahin dah tu bukti chat flirt dari Lin ke Minghao,"

Junhui terdiam, tampaknya merenungkan kata-kata Hansol. Hansol terus mengalihkan pandangannya ke arah Seokmin dan Mingyu, yang mendengarkan percakapan ini dengan penuh perhatian.

"Jangan maksa kalo dia nggak mau. Lo nanti keliatan makin salah kalo maksa, udah di tinju kok nggak jalan tu otak. Harusnya Minghao tinju pala lo kemarin."

Dengan itu, Hansol meninggalkan meja, meninggalkan Junhui, Mingyu, dan Seokmin yang terdiam, memikirkan nasihat yang baru saja diberikan. Junhui menghela napas panjang, sementara Mingyu dan Seokmin saling bertukar pandang, merasa terkesan dengan keberanian Hansol untuk berbicara terus terang. Jika Hansol sudah angkat bicara, itu tandanya semua sudah begitu aneh dan berantakan menurutnya.

NEW YORK LESSON || VERKWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang